Cuaca Buruk, Penyeberangan di Pelabuhan Kolaka Ditutup Sementara
Penyeberangan di Pelabuhan Kolaka, Sulawesi Tenggara, ditutup sementara akibat cuaca buruk. Tinggi gelombang mencapai 2,5 meter dan kecepatan angin hingga kisaran 30 knot, atau 50 kilometer per jam.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Penyeberangan kapal di Pelabuhan Kolaka, Sulawesi Tenggara, ditutup untuk sementara akibat cuaca buruk. Selain tinggi gelombang hinga 2 meter, kecepatan angin mencapai 30 knot, atau kisaran 50 kilometer per jam. Kondisi penyeberangan akan dibuka saat kondisi cuaca kembali normal.
Koordinator Satuan Pelayanan Penyeberangan Kolaka, La Radna, menuturkan, penyeberangan di Kolaka telah ditutup sejak Senin (6/12/2021) seiring cuaca buruk yang terjadi. Ketinggian gelombang di atas 2 meter membahayakan pelayaran.
”Sampai hari ini, kami putuskan penyeberangan tetap ditutup karena cuaca buruk masih terjadi. Selain gelombang tinggi, kecepatan angin bahkan hingga 30 knot,” kata Radna, dihubungi dari Kendari, Selasa (7/12/2021).
Kondisi itu, terang Radna, masih terus terjadi hingga saat ini. Hal ini sangat membahayakan pelayaran, baik dari Kolaka ke Bajoe, Bone, maupun sebaliknya. Terlebih lagi, kondisi cuaca bisa berubah dengan cepat dan tidak bisa diprediksi.
Penutupan pelayaran akan terus dilakukan hingga cuaca membaik. Pihaknya terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk memantau cuaca terkini. ”Yang jelas, kami tidak ingin mengambil risiko dan mengancam keselamatan penumpang,” ujarnya.
Di Pelabuhan Kolaka, terdapat dua jenis kapal penyeberangan. Kapal feri melayani Kolaka ke Bajoe, sementara kapal cepat memiliki rute Kolaka ke Siwa, Wajo. Dua jenis kapal penyeberangan ini telah ditutup seiring cuaca buruk yang tengah terjadi.
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Kolaka Masri Tulak menyampaikan, penyeberangan kapal cepat yang berada di kewenangannya juga telah dihentikan sejak Senin kemarin. Hujan dan angin kencang yang terjadi membahayakan pelayaran.
”Sampai saat ini angin kencang dan hujan masih berlangsung. Lebih baik kami menghindari terjadinya hal yang membahayakan daripada memaksakan pelayaran. Kami harap penumpang dan pengguna jasa bisa mengerti hal ini,” kata Masri.
Pembukaan kembali pelayaran akan dilakukan setelah cuaca membaik. Pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak terkait, khususnya BMKG, untuk memantau kondisi dan perkiraan cuaca ke depan.
Pembukaan kembali pelayaran akan dilakukan setelah cuaca membaik.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Sugeng Widarko menjelaskan, kondisi di sebagian besar perairan Sultra memang mengalami cuaca buruk. Kondisi itu terjadi di perairan barat dan Selatan ”Bumi Anoa” itu.
Ketinggian gelombang di perairan tersebut berada di kisaran 1,25 meter hingga di atas 2,5 meter. Kondisi itu diperparah dengan kecepatan angin yang berembus di kisaran 20 knot, bahkan tercatat mencapai di atas 25 knot.
”Di Kolaka, beberapa hari terakhir, (kecepatan angin) sempat mencapai 26 knot atau kisaran 50 kilometer per jam. Kondisi itu termasuk ekstrem dan membahayakan, baik untuk pelayaran maupun warga,” katanya.
Pihak BMKG telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di wilayah Sultra. Gelombang setinggi hingga 2,5 meter hampir merata terjadi, dari Teluk Bone, perairan Baubau, Wakatobi, hingga sekitar Laut Banda.
Akibat cuaca buruk ini, sejumlah kegiatan dan pelayaran juga terganggu. Pada Senin malam, sebuah kapal penyeberangan di Bombana sempat terombang-ambing sebelum diselamatkan kapal tunda.
Menurut Sugeng, situasi ini terjadi akibat perubahan cuaca menuju musim hujan. Sejumlah daerah di luar Sultra juga mengalami hal serupa, bahkan dengan intensitas hujan yang lebih tinggi.
”Kondisi ini diperkirakan terjadi hingga tiga hari ke depan. Kami terus berkoordinasi dengan instansi terkait dan pemerintah daerah agar selalu mewaspadai kondisi cuaca saat ini,” ujarnya.