Warga Masih Sibuk Evakuasi Barang, Pengungsian Masih Belum Tertata
Warga masih lalu lalang ke rumah mereka untuk menyelamatkan barang. Di sisi lain, pengungsian mulai penuh, tetapi tak semua tempat pengungsian tertata baik.
Oleh
DAHLIA IRAWATI, AMBROSIUS HARTO, BAHANA PATRIA GUPTA, SIWI YUNITA
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Di tengah kondisi Semeru yang belum stabil, warga di kawasan rawan dampak erupsi Semeru masih sibuk mengevakuasi barang-barang berharga mereka. Kondisi sebagian tempat pengungsian yang dihuni warga juga masih belum tertata baik.
Di Desa Supiturang Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, sejak pukul 08.00, warga mulai mendatangi rumah mereka. Mereka mengambil perlengkapan, baju, dan memberi makan ternak yang tertinggal. Mereka memanfaatkan momen selagi puncak Semeru terlihat cerah, tanpa asap ataupun awan.
Di kampung itu mereka memberi makan dan minum ternak yang ditinggal. Sebagian ternak seperti sapi dan kambing dalam kondisi terluka dan terpaksa ditinggal karena tak ada tempat untuk merelokasi mereka.
Ali (38), warga Dusun Sumbersari, Minggu lalu, juga menyempatkan diri memberi makan sapinya yang terpaksa ditinggal mengungsi. Sapi seharga Rp 25 juta itu dengan lahap mengunyah dedaunan.
Hal serupa juga terlihat di Dusun Kajarkuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin (6/12). Warga memaksa masuk ke kawasan rawan karena harus mengambil barang berharga di rumah mereka. Sukarelawan dan polisi pun membantu mereka mengevakuasi barang dan ternak agar warga lekas kembali ke tempat aman di pengungsian.
Kondisi ini terjadi di hampir semua desa terdampak. Anton, sukarelawan yang bertugas di Sumberwuluh, mengatakan, dirinya dan rekan-rekan lainnya tak bisa mencegah warga untuk kembali ke kampung. Ia hanya bisa membantu dan saat kondisi hujan atau ada informasi erupsi susulan, ia segera meminta warga kembali ke pengungsian.
Di hari ketiga seusai erupsi, tempat-tempat pengungsian mulai penuh. Namun, tak semua tempat pengungsian tertata baik. Di Masjid Nurul Jadid, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, misalnya masih mendapatkan penerangan terbatas. Aliran listrik PLN masih mati sampai sore ini. Sukarelawan memanfaatkan genset, tetapi kemampuannya pun terbatas sehingga penerangan masih temaram. Pengungsi, terutama anak-anak, masih membutuhkan selimut, sarung tangan dan kaus kaki untuk berlindung dari udara dingin.
Penyaluran bantuan bagi warga yang terdampak erupsi Semeru juga masih belum tertata. Sempat terjadi ketegangan antara warga yang datang untuk mengambil bahan kebutuhan pokok di Posko Pengungsian Masjid Nuril Jadid Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, dengan pengelola posko.
Uswatun Hasanah, sukarelawan yang membantu mengelola posko Masjid Nurul Jadid, mengatakan, belum ada pendataan identitas diri warga. Ia khawatir bantuan tak merata.
Hingga saat ini tidak ada perangkat desa yang bisa menjadi penjamin bahwa warga yang datang meminta bahan pokook adalah warganya. ”Sampai hari ini data simpang siur. Saya hanya dibantu sukarelawan. Saya harap kepala desa datang dan memastikan pengungsi di sini agar jangan sampai warga yang benar-benar terdampak justru tidak menerima bantuan,” katanya.
Di Nurul Jadid setidaknya ada 140-150 orang pengungsi. Kawasan ini berada di sisi barat Lumajang, atau terputus dari pusat kota Lumajang karena ambruknya Jembatan Gladak Perak.
Saya harap kepala desa datang dan memastikan pengungsi di sini, agar jangan sampai warga yang benar-benar terdampak justru tidak menerima bantuan.
Komandan Kodim 0818 Letkol Inf Yusub Dody Sandra, saat meninjau beberapa lokasi pengungsian di SDN Supit Urang bersama Kapolres Malang Ajun Komisaris Besar R Bagoes Wibisono Handoyo, Senin sore, mengatakan, pengungsi di posko itu segera direlokasi ke tempat lebih layak. ”Ini kami sedang keliling mencarikan lokasi pengungsian pengganti. Lokasinya sebaiknya yang tidak terbuka, minimal ada tembok,” katanya .
Lokasi pengungsian di Masjid Nurul Jadid dinilai kurang layak karena pengungsi tinggal di ruangan terbuka sebab masjid belum jadi (sebagian pengungsi tinggal di teras).
Saat ini penanganan pengungsi di sisi barat Jembatan Gladak Perak dibantu oleh Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Malang. Bantuan penanganan tak terjangkau oleh Pemkab Lumajang karena jembatan terputus Adapun di sisi timur ditangani langsung Pemkab Lumajang yang bisa menjangkau kawasan itu.
”Untuk di timur, agar bantuan bisa merata dan tepat sasaran donatur disarankan menyalurkan lewat posko pusat di Pendopo Kabupaten Lumajang. Agar nanti koordinasi lebih mudah,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Lumajang Yoga Pratomo.