Pembakaran SMA Negeri 1 Oksibil di Pegunungan Bintang untuk Pancing Aparat
Kelompok kriminal bersenjata membakar SMA Negeri 1 Oksibil, Papua, Minggu dini hari. Sebelumnya, kelompok ini juga membakar Puskesmas Kiwirok dan menyerang tenaga kesehatan pada 13 September lalu.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kelompok kriminal bersenjata pimpinan Lamek Taplo membakar sejumlah ruangan di Sekolah Menengah Negeri 1 Oksibil di Distrik Serambakom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Minggu (5/12/2021). Satu sekolah lain yang diduga juga akan dibakar berhasil dicegah aparat.
Kepala Kepolisian Resor Pegunungan Bintang Ajun Komisaris Besar Cahyo Sukarnito saat dihubungi dari Jayapura, Papua, membenarkan pembakaran SMA Negeri 1 Oksibil. Insiden ini terjadi hari Minggu sekitar pukul 04.00 WIT. Akibat kebakaran itu, tiga ruang kelas, satu ruang guru, dan satu ruang kantor hangus terbakar.
Ia pun menduga aksi ini dilakukan kelompok kriminal bersenjata pimpinan Lamek Taplo. Hal ini terlihat dari penyelidikan di luar tempat kejadian dari daerah ketinggian ditemukan jejak kaki dan beberapa puntung rokok. ”Diduga mereka sengaja membakar sekolah untuk memancing kami. Tujuan mereka menyerang anggota ketika tiba di lokasi kejadian,” kata Cahyo.
Ia menambahkan, anggota Polres Pegunungan Bintang juga menemukan 11 liter bahan bakar bensin jenis pertalite yang disimpan dalam dua jeriken dan tiga botol air mineral di SMK Negeri 1 Oksibil pada pukul 10.10 WIT. Temuan ini berdasarkan informasi warga setempat.
”Diduga KKB sengaja menaruh BBM di SMK Negeri 1 dengan waktu yang bersamaan dengan SMA Negeri 1. Namun, menurut rencana sekolah ini akan dibakar dengan waktu berbeda dengan SMA Negeri 1 Oksibil,” ujar Cahyo.
Ia pun menyatakan, semua anggota Polres Pegunungan Bintang telah bersiaga di wilayah ibu kota kabupaten di Distrik Oksibil. Upaya ini untuk mencegah gangguan keamanan kembali terjadi di wilayah tersebut.
Sementara itu, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional, Sebby Sambom, juga membenarkan aksi pembakaran SMA Negeri 1 Oksibil. Ia menyebut aksi itu sebagai peringatan agar warga non-asli Papua di Pegunungan Bintang segera meninggalkan daerah tersebut.
Ia menyatakan, pihaknya akan terus menyerang fasilitas publik, warga non=Papua, dan aparat keamanan di Pegunungan Bintang. ”Aksi ini diperintahkan oleh Lamek Taplo dan wakilnya, Enos Alolmabin. Kami memperingatkan semua warga pendatang agar segera meninggalkkan Pegunungan Bintang,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua Protasius Lobya mengecam pembakaran sejumlah ruangan di SMA Negeri 1 Oksibil. Kondisi ini menyebabkan para guru dan siswa ketakutan.
Ia pun menyatakan aksi para pelaku telah menghambat upaya pemerintah meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Pegunungan Bintang. Masa depan anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik pun terancam.
Pegunungan Bintang termasuk 17 kabupaten di Papua dengan status Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) pada 2020 rendah karena angkanya di bawah 60. Angka IPM Pegunungan Bintang hanya 45,44.
”Saya telah berkoordinasi dengan kepala sekolah dan guru di SMA Negeri 1 Oksibil. Kemungkinan sekolah akan diliburkan untuk sementara waktu,” ucapnya.
Adapun Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Wilayah Papua Frits Ramandey menyesalkan insiden pembakaran SMA Negeri 1 Oksibil. Ia pun menyatakan aksi ini telah merampas hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan. ”Perbuatan para pelaku tidak sesuai prinsip dasar yang menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia. Anak-anak yang tidak bersalah menjadi korban tidak dapat bersekolah akibat aksi ini,” kata Frits.
Sebelumnya, kelompok Lamek Taplo membakar kantor Distrik Kiwirok, puskesmas, pasar, sekolah dasar, rumah tenaga kesehatan, rumah guru, dan kantor Bank Papua di Distrik Kiwirok pada 13 September 2021 pukul 09.30 WIT. Seorang anggota TNI AD, yakni Prajurit Dua Ansar, terluka saat terlibat kontak tembak dengan kelompok tersebut.
Anggota KKB Lamek Taplo juga menyerang tenaga kesehatan Puskesmas Kiwirok. Seorang perawat bernama Gabriella Meilani (22) meninggal dunia dan empat rekannya mengalami luka berat dalam peristiwa tersebut.