Bangunan Luluh Lantak, Warga Tinggalkan Desa Hindari Erupsi Semeru
Di Dusun Kajarkuning, Sumberwuluh, Lumajang, Minggu siang, tidak ditemukan warga yang bertahan. Lebih dari 10.000 jiwa warga Sumberwuluh telah mengungsi, misalnya ke Desa Sumbermujur atau Desa Sumberejo di Candipuro.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO
Dampak erupsi Gunung Semeru di Desa Kajarkuning, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021) siang.
LUMAJANG, KOMPAS — Awan panas dari erupsi Gunung Semeru merusak nyaris seluruh bangunan di Desa Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). Hingga saat ini, terdata 13 warga meninggal dan 98 warga terluka dalam peristiwa itu. Mereka yang selamat terpaksa mengungsi ke desa terdekat yang diyakini aman jika letusan kembali terjadi.
Pantauan Kompas di Dusun Kajarkuning, Sumberwuluh, Lumajang, Minggu siang, tidak ditemukan warga yang bertahan. Lebih dari 10.000 jiwa warga Sumberwuluh telah mengungsi misalnya ke Desa Sumbermujur dan atau Desa Sumberejo di Candipuro.
Masih ada kalangan warga yang kembali dengan sepeda motor untuk mengambil harta benda, terutama ternak. Warga yang bermobil, misalnya pikap, ada juga yang kembali karena dititipi tetangga untuk mengambil ternak, terutama kambing dan sapi.
”Kami diminta membantu menyelamatkan ternak warga,” ujar Junaidi dari Reaksi (Relawan Kebencanaan dan Sosial) Sidoarjo saat berbincang dengan Kompas di lokasi.
Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Minggu (5/12/2021) siang. Desa itu ditinggalkan penghuninya seusai erupsi Semeru, Sabtu (5/12/2021).
Erupsi disertai awan panas pada Sabtu siang memorakporandakan sejumlah desa. Desa yang terdampak parah di antaranya Desa Supiturang di Kecamatan Pronojiwo dan Desa Sumberwuluh di Kecamatan Candipuro.
Lebih dari 10.000 jiwa warga Sumberwuluh telah mengungsi misalnya ke Desa Sumbermujur dan atau Desa Sumberejo di Candipuro.
Menurut keterangan Tim SAR Terpadu di lokasi, telah dievakuasi sembilan jenazah warga korban awan panas. Mayoritas berasal dari Dusun Curahkobokan, di Desa Supiturang, dan seorang dari Dusun Kajarkuning, di Desa Sumberwuluh. Evakuasi korban dilakukan melalui Kajarkuning karena jalur ke Supiturang terputus.
”Kakak jauh saya dan anaknya jadi korban dan tadi dimakamkan di sana (Sumberwuluh),” kata Legiman, warga Desa Sumbermujur, saat ditemui di Kajarkuning.
Legiman mengaku nekat kembali ke Curahkobokan dengan sepeda motor untuk memastikan tidak ada lagi warga yang bertahan. Warga masih khawatir Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, kembali erupsi dan mengirimkan awan panas yang merusak.
Erupsi Gunung Semeru meluluhlantakkan hunian warga di Dusun Kajarkuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021).
Erupsi meluluhlantakkan rumah-rumah warga seperti terlihat di Sumberwuluh. Atap-atap rumah terutama dari asbes jebol dan ambrol. Kawasan tertutup lapisan abu yang tebal. Diselingi gerimis atau hujan, membuat kawasan berlumpur, becek, dan sulit dilalui, kecuali sepeda motor trail dan mobil gardan ganda.
Hamparan tanaman padi merunduk dan mati. Pohon bertumbangan atau setidaknya merunduk nyaris roboh. Sejumlah tiang listrik juga tumbang. Namun, di Kajarkuning, sinyal telekomunikasi masih ada bahkan cukup bening.
Kondisi Desa Sumberwuluh dilihat dari sekitar Jembatan Besuk Kobokan yang putus oleh terjangan material vulkanik Gunung Semeru, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021).
Liswanto, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, menyatakan, status Gunung Semeru masih Level 2 atau Waspada. Namun, potensi awan panas guguran seperti terjadi pada Sabtu masih ada. Yang terkini awan panas guguran kembali terjadi pada Minggu pukul 10.25.
”Belum bisa dikatakan aman karena potensi awan panas guguran masih ada,” kata Liswanto saat ditemui di Pos PGA Semeru di Gunung Sawur, Minggu.
Liswanto mengimbau warga yang berada di kawasan rawan bencana awan panas guguran untuk segera mengungsi. Adapun yang berada di kawasan pertambangan pasir atau jalur lahar agar meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan.
Selain awan panas guguran, potensi banjir lahar juga ada karena di kawasan terdampak turun hujan. Kawasan hilir diminta meningkatkan kewaspadaan untuk menekan risiko fatal jika banjir lahar terjadi.