Warga Sebelah Tenggara Semeru Diminta Waspada Dampak Erupsi
Di daerah tenggara Gunung Semeru, pelarangan aktivitas memanjang hingga 5 kilometer. Warga juga diminta menjauhi aliran sungai dan lembah yang berhulu di puncak Semeru.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Guguran awan panas dari erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) mengarah ke tenggara. Warga diimbau untuk waspada dampak erupsi, terutama di sepanjang aliran sungai dan lembah yang berhulu di puncak Semeru.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Andiani menyatakan, pihaknya saat ini tengah menurunkan tim untuk mengamati erupsi Gunung Semeru. Sebelumnya, erupsi terekam oleh seismograf dengan amplitudo maksimum 25 milimeter dengan durasi 5.160 detik.
”Tim tengah diterjunkan ke lokasi untuk pengamatan dan kami masih menunggu hasilnya. Pada saat kejadian, visual gunung tertutup kabut dan awan panas guguran mengarah ke tenggara gunung,” ujarnya saat dihubungi di Bandung, Sabtu (4/12/2021) malam.
Salah satu daerah yang terdampak, ujar Andiani, adalah Besuk Kobokan yang masuk ke dalam wilayah Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Karena itu, warga di sekitar wilayah itu untuk waspada.
Tim tengah diterjunkan ke lokasi untuk pengamatan dan kami masih menunggu hasilnya. Pada saat kejadian, visual gunung tertutup kabut dan awan panas guguran mengarah ke tenggara gunung. (Andiani)
Menurut Andiani, saat ini Gunung Semeru masih berstatus Waspada (Level 2). Artinya, masyarakat dan pengunjung dilarang beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawan atau puncak gunung. Larangan ini juga berlaku di kawasan bukaan kawah Semeru yang berada di sektor tenggara dan selatan hingga 5 kilometer.
Selain itu, masyarakat juga diminta menjauhi aliran sungai dan lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Menurut Andiani, radius dan jarak rekomendasi diberikan untuk mengantisipasi gejala perubahan ancaman bahaya dan hal ini akan terus dievaluasi.
Aktivitas vulkanik ini viral di media sosial. Warga berhamburan menghindari awan abu-abu yang membubung ke angkasa. Selain itu, beberapa video menunjukkan warga terkena abu yang menutupi sebagian anggota tubuh dan kendaraan mereka. Dalam sorotan cahaya, tampak butiran debu yang tebal melayang di udara.
Belum ada laporan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta warga di sekitar Gunung Semeru untuk waspada. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyatakan, belum ada laporan korban jiwa dari kejadian tersebut hingga rilis diterima pada Sabtu pukul 18.31.
Berdasarkan kronologi kejadian, getaran banjir lahar atau guguran awan panas terjadi sekitar pukul 14.47. Visual abu vulkanik dari guguran awan panas teramati dengan jelas mengarah ke Besuk Kobokan yang berada di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Guguran yang terjadi pukul 15.10 ini beraroma belerang. Selain itu, guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur 500-800 meter dengan pusat guguran sekitar 500 meter di bawah kawah.
”Hingga siaran pers ini diturunkan, belum ada laporan jatuhnya korban. Sebagai respons cepat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang telah mengeluarkan imbauan untuk tidak beraktitvitas di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Mujur dan Curah Kobokan,” ujarnya.
Menurut Abdul, tim gabungan tengah menuju lokasi kejadian di sektor Candipuro-Pronojiwo untuk pemantauan, pendataan, hingga evakuasi. BPBD Lumajang juga mengupayakan untuk mendirikan titik pengungsian sektoral di Lapangan Kamarkajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Daerah ini berjarak sekitar 14 kilometer sebelah tenggara puncak Gunung Semeru. ”Visual Gunung Semeru masih tertutup kabut. Kerugian material dan dampak lainnya dari erupsi masih dalam pendataan,” paparnya.