Luka Bakar Mendominasi Korban Guguran Awan Panas Semeru
Sejumlah korban guguran awan panas Gunung Semeru menjalani perawatan di rumah sakit dan puskesmas di Lumajang, Jawa Timur. Luka bakar mendominasi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Luka bakar mendominasi korban guguran awan panas di Gunung Semeru, Jawa Timur. Mereka sudah ditangani di rumah sakit dan puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Lumajang.
Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan Eka Jusup Singka, dalam jumpa pers bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mayor Jenderal Suharyanto, Sabtu (4/12/2021) malam, mengatakan, Tim Pusat Krisis Kemenkes malam ini bergeser ke Lumajang.
Keperluan medis, seperti masker dan salep luka bakar, juga akan segera digerakkan ke daerah bencana. Di lokasi akan didirikan tenda untuk memberikan pelayanan kesehatan darurat di lapangan dan memperkuat pelayanan kesehaan di pengungsian.
”Penanganan kegawatdaruratan terpenting adalah mengembalikan dulu cairan-cairan (tubuh), diberikan infus grade 2a-2b. Ada satu korban yang dirujuk ke RS dr Haryoto, dirujuk karena butuh infus vena sentral. Sampai saat ini kami juga sedang berusaha koordinasi,” ujarnya.
Berdasarkan penjelasan Wakil Bupati Lumajang Indah Masdar, ada 41 orang yang menderita luka bakar, 2 orang dilaporkan masih hilang, 8 orang masih terjebak di kantor pemilik tambang pasir, dan 1 orang meninggal.
Korban luka bakar dirujuk ke RS Haryoto, RS Bhayangkara, dan RS Pasirian. Sebanyak tujuh korban dirawat di Puskesmas Candipuro, ada pula korban yang dirawat di Puskesmas Penanggal.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan, pihaknya berpacu dengan waktu. Dia berharap ada tambahan pasukan yang bisa membantu proses evakuasi warga agar bisa berjalan lebih cepat malam ini. Sejauh ini proses evakuasi masih dilakukan secara darurat menggunakan truk-truk pasir.
Sejauh ini proses evakuasi masih dilakukan secara darurat menggunakan truk-truk pasir.
”Tadi saya sudah berkoordinasi dengan Batalyon 527 untuk segera menyiapkan pasukan, yang penting malam ini sudah sampai di lokasi yang memang berat,” katanya.
Suharyanto mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dan berkirim surat kepada Panglima TNI untuk meminta bantuan personel. Begitu pula dengan peralatan. BNPB juga telah koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim dan Lumajang guna memastikan penanganan bencana, termasuk kebutuhan dasar bagi warga terdampak.
”Tadi saya sudah berkoordinasi dengan Kasdam V Brawijaya, sudah juga membuat surat ke Panglima TNI, kami pastikan pasukan tiga satuan setingkat kompi malam ini bisa membantu di lapangan untuk melaksanakan langkah-langkah penanganan awal terkait evakuasi masyarakat terdampak,” ujarnya.
Menurut Suharyanto, BPBD Lumajang saat ini tengah berupaya mendirikan titik pengungsian sektoral di lapangan Kamar Kajang Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Lokasi pengungsian berada di tiga desa, yakni Suputurang dan Curah Kobokan di Kecamatan Pronojiwo dan Sumberwuluh di Kecamatan Candipuro.
”BNPB mengirim tim reaksi cepat untuk dampingi BPBD Lumajang dan Jawa Timur. Bergerak bersama unsur Kementerian Kesehatan dan membawa logistik, selimut, makanan, terpal, matras, dan lainnya,” katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Lelono mengatakan, dari hasil pengamatan visual, kemunculan guguran dan awan panas guguran Semeru kali ini diakibatkan oleh ketidakstabilan endapan lidah lava dan interaksi batuan bersuhu tinggi dengan air hujan.
Hal itu terlihat dari pengamatan sebelum terjadi guguran (1-30 November dan 1-3 Desember) yang menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan relatif rendah dan tidak ada penambahan material (suplai magma) dari bawah.
”Aktivitas yang terjadi 1-4 Desember merupakan aktivitas permukaan. Dari kegempaan tidak menunjukkan kenaikan gempa yang berasosiasi dengan suplai magma atau batuan segar ke permukaan,” ujarnya.
Potensi ancaman bencana masih ada berupa lontaran batu pijar di sekitar puncak. Sementara material lontaran berisi abu tergantung arah dan kecepatan angin. Potensi ancama bahaya lainnya adalah awan panas guguran ke sektor tenggara dan selatan puncak. Jika terjadi hujan, akan muncul lahar di sepanjang aliran sungai.
Rekomendasinya, BNPB mengimbau masyarakat dan wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 kilometer arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan,
Warga juga harus mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus berdasarkan munculnya gejala untuk mengantisipasi perubahan ancaman bahaya.