Penyebaran kembali Covid-19 melalui varian baru Omicron perlu diwaspadai sehingga aparatur di daerah, misalnya di Surabaya, Jawa Timur, tidak mengendurkan kinerja tes usap PCR.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya, Jawa Timur, mencoba mengantisipasi potensi penyebaran varian baru B.1.1.529 atau Omicron yang dapat memperburuk situasi pandemi. Tes usap PCR atau polymerase chain reaction digencarkan termasuk secara acak terhadap kalangan warga potensial terjangkit Covid-19 (Coronavirus disease 2019).
Penularan kembali Covid-19 oleh Omicron sudah terdeteksi di sejumlah negara. Sampai dengan Sabtu (4/12/2021) petang, kasus dari Omicron belum ditemukan di Indonesia, termasuk di Surabaya. Namun, Omicron diyakini dapat memperburuk situasi pandemi karena diduga lebih cepat menular daripada Delta yang pada kurun Juni-Juli membuat ledakan kasus.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, potensi penyebaran Covid-19 dari Omicron harus diantisipasi. Tidak ada cara lain kecuali menggencarkan pengetesan (testing) yang kemudian didukung penelusuran (tracing), pelacakan (tracking), dan penanganan (treatment) atau 4T. Pengetesan terutama melalui tes usap PCR untuk menjaring kasus-kasus potensial.
”Yang positif dengan CT kurang dari 20 akan diperiksa melalui whole genome sequencing untuk menentukan apakah penularannya terkait varian baru terutama Omicron atau bukan,” kata Eri. Pasien dengan CT kurang dari 20 mendapat penanganan ekstra, misalnya isolasi ketat agar mencegah potensi penularan ke pasien atau orang lain.
Namun, sampai Sabtu petang, kasus aktif atau jumlah pasien Covid-19 dari Surabaya yang dirawat cuma tujuh orang. Situasi pandemi di Surabaya masih landai dan masih menerapkan level 1 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) atau aktivitas masyarakat tidak terlalu dibatasi.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita menambahkan, tes usap PCR masih menjadi metode tersahih untuk menentukan seseorang terjangkit atau tidak. Jika ingin menjaring kasus-kasus baru terutama mengantisipasi penyebaran Omicron, tes usap PCR perlu terus digencarkan.
Akhir-akhir ini, tes usap PCR secara massal sudah dilaksanakan terhadap 580 pegawai atau 10 persen dari jumlah aparatur Pemerintah Kota Surabaya. Hasilnya, semua yang dites negatif Covid-19. Tes usap PCR juga ditempuh terhadap karyawan swasta dan badan usaha.
”Secara acak, tes usap PCR kami lakukan terhadap kalangan warga yang potensial tertular karena sering berada di kerumunan misalnya pedagang di pasar,” kata Febria.
Tes usap PCR secara gencar, di sisi lain, juga untuk mempertahankan kinerja satgas dalam mengendalikan dan mengantisipasi penularan Covid-19. Dari laman resmi https://covid19.go.id/, sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri, Surabaya ditargetkan memeriksa setidaknya 2.919 orang dalam sepekan atau tujuh hari. Namun, realisasinya ada 42.486 orang yang diperiksa dalam tujuh hari terakhir. Spesimen yang diperiksa tujuh hari ini ada 83.168 sampel.
Namun, jika situasi memburuk dan atau kinerja indikator menurun, status level bisa berubah menjadi naik sehingga terpaksa perlu menempuh pengetatan.
Kinerja pengetesan menjadi satu dari sepuluh indikator suatu daerah dalam penilaian pengendalian dan antisipasi Covid-19. Kinerja yang baik termasuk di indikator lainnya membuat suatu daerah diganjar dengan level 1 PPKM.
Dengan status level 1, aparatur daerah pada prinsipnya bisa melonggarkan pengetatan aktivitas sosial untuk pemulihan kehidupan. Namun, jika situasi memburuk dan atau kinerja indikator menurun, status level bisa berubah menjadi naik sehingga terpaksa perlu menempuh pengetatan.
Sebelumnya, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kota Surabaya memastikan peniadaan perayaan Natal dan pawai atau konvoi Tahun Baru karena penerapan level 3 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat pada 24 Desember 2021-2 Januari 2022.
Telah diterbitkan surat edaran kepada aparatur kota, kecamatan, dan kelurahan untuk diteruskan sampai pengurus RW, RT, dan Gugus Tugas Kampung Tangguh Semeru Wani Jogo Suroboyo mengenai pencegahan dan penanggulangan Covid-19 saat Natal dan Tahun Baru. Aparatur sampai gugus tugas kampung tangguh diharapkan tetap bersinergi untuk menjaga kinerja optimal dalam pengendalian dan pencegahan melalui 4T.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Akhmad Yusep Gunawan meminta masyarakat tidak mengadakan kegiatan pawai atau yang mengundang kerumunan massa terkait Tahun Baru. ”Pawai atau konvoi kendaraan juga perayaan di jalan raya tidak diperkenankan,” katanya.
Masyarakat kembali diminta kebesaran hatinya untuk merayakan Natal dan Tahun Baru di rumah bersama keluarga. Peribadatan masih mungkin diadakan tetapi dengan kehadiran umat yang amat terbatas. Namun, peribadatan juga amat disarankan kembali dilangsungkan secara dalam jaringan (online) selama penerapan level 3 itu.