Pesan Kasih Sayang pada Hari Disabilitas Internasional
Tanggal 3 Desember diperingati sebagai Hari Disabilitas Internasional. Puluhan murid di SLB C dan C1 Yakut Purwokerto merayakan dengan berbagai kegiatan dengan mengangkat pesan kasih sayang dan keseteraan bagi mereka.
Oleh
Wilibrordus Megandika Wicaksono
·4 menit baca
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Guru dan murid SLB C dan C1 Yakut Purwokerto memperingati Hari Disabilitas Internasional dengan berbagai acara, Kamis (2/12/2021).
Puluhan anak dan remaja berbaris di bawah terik matahari pagi. Mengenakan kaus olahraga bertuliskan ”Yakut C-C1 Purwokerto”, mereka bergerak bersama mengikuti irama senam, lalu menyaksikan pentas tari, atraksi taekwondo, peragaan busana dari barang bekas, mendengarkan bacaan puisi, serta membagikan bunga kepada pengendara di jalan raya. Di bawah pendampingan orangtua serta guru, penyandang tunagrahita ini unjuk gigi menyelipkan pesan kasih sayang dan kesetaraan sebagai makhluk ciptaan Yang Ilahi.
Lima anak terdiri dari 2 laki-laki kembar, dan 3 anak perempuan berjalan ke karpet merah tempat pentas peragaan busana dari barang bekas digelar. Mereka dituntun gurunya, kemudian diarahkan untuk maju ke depan, berputar, lalu melambaikan tangan menyapa teman-temannya yang duduk bersila di lapangan Sekolah Luar Biasa Anak Tunagrahita SLB C dan C1 Yakut Purwokerto, Banyumas, Jawa tengah, Kamis (2/12/2021).
Si kembar masing-masing mengenakan kaus merah dan kaus kuning kemudian dihiasi rompi dari plastik bekas berwarna biru serta hitam. Rompi keresek itu pun berhiaskan motif bunga yang disusun dari sejumlah tutup botol minuman bersoda. Adapun murid putri mengenakan hiasan rumbai-rumbai berwarna-warni. Ada yang dominan ungu dan ada yang nuansa merah-putih. Uniknya bando juga dihiasi dengan bunga dari tutup botol bekas.
”Alhamdulilah senang sekali. Biasanya dia tidak bisa tenang. Alhamdulilah, tadi dia bisa tenang. Dia ADHD Hiperaktif, tadi bisa tenang, saya senang banget,” kata Fitra Andriyana (36), ibunda dari Adel (8), salah satu siswi yang mengikuti peragaan busana itu.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Guru dan murid SLB C dan C1 Yakut Purwokerto memperingati Hari Disabilitas Internasional dengan berbagai acara, Kamis (2/12/2021). Tampak murid-murid menari.
Fitra mengisahkan, Adel adalah anak kedua, sementara kakak Adel yang berusia 12 tahun, laki-laki, juga mengalami tunagrahita dan termasuk dalam golongan autis. ”Harapannya untuk anak yang punya kebutuhan khusus, jangan berkecil hati. Kita tidak sendirian. Terus, untuk orangtua yang punya anak normal, ya syukur alhamdulilah, dijaga. Jangan mengecilkan anak-anak yang berkebutuhan khusus,” kata Fitra sambil menitikkan air mata.
Fitra melanjutkan, dirinya semula memang tidak ingin punya anak yang berkebutuhan khusus, tapi karena itu adalah titipan Sang Ilahi, maka tanggung jawabnya merawat dan membesarkannya. ”Kita enggak mau memiliki anak seperti itu, tapi sudah titipan mau bagaimana lagi ya kan. Hati kecil kita kadang bertanya, ya Allah kenapa mesti diberi, mungkin kita orangtua yang hebat diberi, dititipin anak seperti itu,” kata Fitra.
Di tengah ketegarannya, Fitra bersama sejumlah ibu yang mengantar sekolah buah hatinya tetap mengabadikan momen-momen saat sang anak tampil di depan teman-temannya. Berbagai pose mulai dari peluk hingga berkacak pinggang di depan mereka disimpan dalam gawai mereka.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Guru dan murid SLB C dan C1 Yakut Purwokerto memperingati Hari Disabilitas Internasional dengan berbagai acara, Kamis (2/12/2021). Tampak anak-anak melakukan peragaan busana dari bahan bekas.
Di tengah rangkaian acara perayaan Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember itu, sejumlah orangtua juga sabar menemani dan mengantar buah hati mereka. Di sela-sela senam bersama, misalnya, ada salah satu remaja laki-laki yang selalu keluar barisan, lalu berlari masuk ke perpustakaan dan ditarik kembali oleh ibunya atau oleh guru dan temannya. Pandangannya kosong ke antara kerumunan teman-temannya, tapi seperti memikirkan sesuatu entah apa.
Saat yang lainnya bergerak ke samping dan ke kanan, dia justru melompat tinggi lalu berlari kencang mengelilingi lapangan. Sang ibu yang tampak sudah setengah baya pun ikut berlari menenangkan anaknya. Meski acara belum selesai, sang anak yang dipanggil Rizki itu memilih mengambil tas dan topi lalu pulang meninggalkan sekolah bersama ibunya.
Kepala Sekolah Luar Biasa C dan C1 Yakut Purwokerto Rubimanto mengatakan, di sekolahnya terdapat 240 siswa-siswi. Dia yakin Tuhan menciptakan mereka meski dengan keterbatasan, pasti punya kelebihan yang ini harus digali.
Bunga itu kan lambang kasih sayang. Mereka sayang dengan kita dan kita juga harus sayang dengan mereka.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Guru dan murid SLB C dan C1 Yakut Purwokerto memperingati Hari Disabilitas Internasional dengan berbagai acara, Kamis (2/12/2021). Tampak anak-anak melakukan peragaan busana dari bahan bekas.
”Kita tahu anak-anak kami yang disabilitas ini adalah seperti bintang. Anak-anak yang berkebutuhan khusus jika tidak diberikan ruang dan waktu, kapan mereka bisa berkarya. Ini kita hargai supaya mereka bisa hidup inklusif, hidup di masyarakat. Mudah-mudahan dengan diberi ruang dan waktu, mereka bisa berkarya seperti orang-orang pada umumnya,” katanya.
Menurut Rubimanto, para siswa dari SD-SMA di tempatnya mengalami hambatan dalam hal intelektualitas. ”Kita sebagai orang-orang yang punya perhatian kepada mereka berharap mudah-mudahan bisa menjadikan mereka lebih pintar, jadi hamba Allah yang bisa mandiri, tidak menjadi beban bagi orangtua dan mereka bisa dihargai sebagaimana kita masyarakat pada umumnya,” ujarnya.
Pihak sekolah, lanjut Rubimanto, antara lain memberikan pelatihan mencuci mobil, membatik, dan pertukangan. Menurut dia, anak-remaja penyandang tunagrahita memiliki pertumbuhan fisik yang normal, tapi secara intelektual dan mental mengalami tantangan dan hambatan. Jika ada yang tunanetra atau tunarungu bisa berhasil di bidang pendidikan, maka belum tentu mereka yang tunagrahita bisa meraihnya. Oleh karena itulah, mereka dibekali berbagai keterampilan supaya mandiri.
Guru dan murid SLB C dan C1 Yakut Purwokerto memperingati Hari Disabilitas Internasional dengan berbagai acara, Kamis (2/12/2021). Tampak murid dan guru memberikan bunga kepada pengemudi ojek online.
Muhammad Syahrul Ramadhan (17), siswa kelas IX yang menyandang tunagrahita, saat ditanya apa cita-citanya menjawab ingin menjadi orang yang terkenal. Dengan tubuh berpostur tinggi dan besar, Syahrul tampak tenang dan menurut saat diarahkan oleh guru-gurunya, terutama saat membagikan bunga kepada pengendara.
”Bunga itu kan lambang kasih sayang. Mereka sayang dengan kita dan kita juga harus sayang dengan mereka,” kata Rubimanto.
Selamat Hari Disabilitas Internasional. Kiranya kasih sayang kian dirasakan oleh mereka yang terlahir dengan berbagai keterbatasan.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Guru dan murid SLB C dan C1 Yakut Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, memperingati Hari Disabilitas Internasional dengan berbagai acara, Kamis (2/12/2021). Salah satunya adalah membagikan bunga bagi pengendara di jalan.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Guru dan murid SLB C dan C1 Yakut Purwokerto memperingati Hari Disabilitas Internasional dengan berbagai acara, Kamis (2/12/2021). Tampak salah satu murid sedang menyaksikan rangkaian acara.