Mendulang Miliaran Rupiah lewat Kreasi Alat Pengolah Sampah
Jika pada 2019 lalu hanya dua desa yang membeli produk tersebut, selama 2021 ini ada delapan insinerator dan 8 mesin pemilah serta pencacah sampah yang dipesan. Penjualannya meningkat tajam.

Alat pembakar sampah rumah tangga atau insinerator produksi BUMDes Ngingas Makmur Abadi Sidoarjo, Senin (15/11/2021)
Kreasi beragam alat pengolah sampah produksi Badan Usaha Milik Desa Ngingas Makmur Abadi berperan signifikan menguatkan ekonomi perajin logam di tengah impitan usaha akibat pandemi Covid-19. Di sisi lain, usaha ini turut membantu mengatasi sengkarut pengelolaan sampah rumah tangga yang menjadi masalah klasik di Sidoarjo.
Sejumlah dosen dan mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya memaparkan sistem manajemen dashboard kepada pengurus Bumdes Ngingas Makmur Abadi, Desa Ngingas, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Senin (15/11/2021). Kegiatan itu menjadi bagian dari implementasi program teaching industry atau live laboratory untuk pengembangan riset dan pengabdian masyarakat (abmas).
BUMDes Ngingas Makmur Abadi menjadi satu dari tiga area pengembangan riset dan abmas ITS di Jatim. Dua area lainnya ialah BUMDes Oro-Oro Ombo di Batu yang mengembangkan Area Model Konservasi Edukasi (AMKE) untuk bidang herbal dan BUMDes Gajah Mada Desa Kebontunggul, Mojokerto, untuk bidang smart farming dan circular economic.
”Teaching industry ini menjadi wadah pengaplikasian ilmu dan teknologi yang dipelajari di kampus atau perguruan tinggi, pada dunia usaha. Di sisi lain, melalui program ini, masyarakat, terutama perajin logam Ngingas, bisa meningkatkan kompetensinya,” ujar dosen Manajemen Bisnis ITS, Gogor Arif Handiwibowo.
Dia mencontohkan, pada BUMDes Ngingas Makmur Abadi, ITS melakukan sejumlah intervensi untuk meningkatkan kompetensi perajin logam. Salah satunya melalui pengembangan sistem manajemen dashboard yang memfasilitasi pelaku usaha memperbaiki manajemen keuangannya.

Alat pembakar sampah rumah tangga atau incenerator produksi BUMDes Ngingas Makmur Abadi Sidoarjo, Senin (15/11/2021)
Selain itu, ITS memberikan sentuhan teknologi pada produk unggulan BUMDes Ngingas berupa beragam alat pengolah sampah agar tidak sebatas menjadi prototipe, tetapi layak masuk dalam jaringan pasar industri. Perguruan tinggi membantu mempercepat proses utilisasi hasil riset sehingga berdampak signifikan bagi penguatan ekonomi pelaku usaha.
Ketua BUMDes Ngingas Makmur Abadi Zainudin Arifin mengatakan, desanya dikenal sebagai kampung industri logam. Total terdapat sekitar 340 unit usaha dengan skala usaha mikro, kecil, dan menengah. Setiap usaha tersebut rata-rata mempekerjakan tiga karyawan hingga puluhan pekerja. Dengan asumsi setiap pekerja memiliki tiga anggota keluarga, sentra industri logam Ngingas mampu menghidupi setidaknya 13.600 jiwa.
”Mayoritas pelaku industri logam mengelola usahanya secara tradisional sehingga minim sentuhan manajemen modern terutama di bidang keuangan. Akibatnya, pelaku industri logam sulit naik kelas,” kata Zainudin.
Baca juga: Alarm Darurat Sampah di Sidoarjo Berdering Keras
Dia mencontohkan baru sedikit atau sekitar 30 persen pelaku industri logam yang mampu mendapatkan posisi sebagai mitra kerja utama dengan buyer besar seperti korporasi. Mayoritas pelaku usaha hanya bermain di level kedua atau menerima pesanan dari pihak ketiga sehingga minim nilai tambah.
Sentra industri logam Ngingas menghasilkan beragam produk, seperti alat pertanian, tiang penerangan jalan, dan suku cadang kendaraan bermotor, mobil, serta mesin-mesin produksi pada industri manufaktur. Namun, dampak pandemi Covid-19 menyebabkan volume pesanan yang diterima perajin berkurang signifikan.

Puluhan truk sampah mengantre bongkar muatan di TPA Jabon, Sidoarjo, Jumat (29/10/2021)
Di tengah kontraksi ekonomi tersebut, perajin terbantu dengan usaha BUMDes Ngingas yang justru berkembang pesat. Awalnya, produk yang dihasilkan hanya alat pembakar sampah rumah tangga atau insinerator. Namun, belakangan produknya kian bervariasi dengan hadirnya mesin pemilah dan pencacah sampah.
Zainudin bercerita usaha produksi insinerator sampah dirintis tahun 2019 dengan modal Rp 225 juta yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Uang tersebut masuk dalam kategori penyertaan modal desa untuk bumdes sebagai wadah penguatan ekonomi masyarakat. Saat ini nilai penyertaan modal tersebut bertambah menjadi Rp 474 juta.
Karena mayoritas warga Desa Ngingas bekerja pada industri pengolahan logam baik sebagai pemilik usaha ataupun karyawan, bumdes memfokuskan usahanya pada sektor manufaktur. Agar tidak sama dengan bidang usaha yang ditekuni para perajin logam, dipilih produk insinerator sampah.
”Pertimbangan lainnya, persoalan sampah yang menjadi momok di Sidoarjo. Sebagai kota satelit penyangga Surabaya, produksi sampah rumah tangga tinggi tetapi tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik,” ucap Zainudin.
Rendahnya kepedulian terhadap pengelolaan sampah rumah tangga membawa Sidoarjo dalam kondisi darurat. Sampah langsung dibuang tanpa dipilah. Akibatnya, tempat pemrosesan akhir (TPA) di Jabon cepat penuh bahkan sudah kelebihan daya tampung. Gunungan sampah menumpuk setinggi 15 meter sehingga rawan longsor.

Pekerja mengoperasikan alat berat untuk menata gunungan sampah di TPA Jabon Sidoarjo, Jumat (29/10/2021). Kondisinya sudah kelebihan kapasitas
BUMDes Ngingas berupaya mengubah sengkarut sampah di Kota Delta, julukan Sidoarjo karena berada di delta Sungai Brantas, menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Upaya itu mulai membuahkan hasil yang dibuktikan dengan semakin meningkatnya pesanan dari desa-desa sekitar.
”Jika pada 2019 hanya dua desa yang membeli produk tersebut, selama 2021 ini ada delapan insinerator dan 8 mesin pemilah serta pencacah sampah yang dipesan. Penjualannya meningkat tajam,” kata Zainudin.
Nilai transaksi juga lebih tinggi. Dua alat insinerator yang terjual pada 2019 lalu nilainya masing-masing hanya Rp 150 juta. Kapasitas pembakaran sampahnya hanya 300-500 kilogram (kg) per jam. Adapun pembuatan alat itu sendiri memakan waktu sekitar 2 bulan.
Jika pada 2019 hanya dua desa yang membeli produk tersebut, selama 2021 ini ada delapan insinerator dan 8 mesin pemilah serta pencacah sampah yang dipesan. Penjualannya meningkat tajam
Selama tahun ini, bumdes menerima 8 pesanan insinerator dan 8 mesin pemilah serta pencacah sampah. Harga insinerator per unit Rp 300 juta dengan kemampuan pembakaran lebih besar, yakni 500 kg hingga 1.000 kg per jam. Dengan asumsi harga per unit insinerator Rp 300 juta, total nilai penjualan mencapai Rp 2,4 miliar.
Zainudin mengatakan, pihaknya mampu melayani pesanan dengan spesifikasi khusus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan konsumen. Untuk mesin pemilah dan pencacah sampah, misalnya, harganya disesuaikan dengan kapasitas alat dan bahan baku yang diminta.

Pemulung Haryono naik ke atas jembatan seusai mengumpulkan sampah plastik di Sungai Buntung, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (7/2/2020).
Pengurus BUMDes, Ngingas Arifin, menambahkan, pembuatan insinerator dan alat pengolah sampah dilakukan oleh anggota yang merupakan pelaku industri logam. Masing-masing perajin mengerjakan sesuai keahlian kecuali blower, pelat baja, dan mesin pompa dibeli dari pabrikan. Tingkat penggunaan komponen dalam negeri cukup tinggi, yakni mencapai 43 persen.
Meski dirancang dan dirakit sendiri, konsumen tidak perlu khawatir menggunakan produk tersebut karena sudah tersertifikasi. Bahkan mesin tersebut masuk 10 besar dalam ajang Inovasi Teknologi (Inotek) Award 2019 Jatim untuk kategori bidang lingkungan. Salah satu keunggulannya, mesin ini ramah lingkungan karena menghasilkan sedikit asap dari proses pembakaran.
”Ketika proses pembakaran berlangsung, asapnya diguyur atau disemprot air. Kemudian air hasil guyurannya, bisa diolah sebagai bahan pembuatan pupuk organik,” ujar Arifin.
Pengurus BUMDes Ngingas lainnya, Widodo, menambahkan, kapasitas produksi untuk produk alat pengolah sampah ini tidak terbatas. Hal itu karena ada ratusan industri logam yang siap mengerjakan. Pihaknya juga tidak memerlukan bengkel kerja khusus karena proses pengerjaan bisa dilakukan di rumah produksi para perajin.
Demikian halnya mengenai modal usaha, BUMDes Ngingas sejauh ini tidak mengalami kendala signifikan. Prinsipnya, selama perbankan masih melayani pinjaman modal usaha, mereka tetap bisa berproduksi. Dengan sentuhan teknologi dari perguruan tinggi, harapannya, produk bumdes bisa naik kelas, mampu memenuhi standar industri besar, agar jangkauan pemasarannya semakin meluas.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali menaruh harapan besar pada badan usaha milik desa untuk mengungkit geliat ekonomi lokal dan menjadi etalase bisnis bagi produk-produk unggulan di daerah tersebut. Desa Ngingas memiliki produk unggulan berupa kerajinan logam rakyat yang telah lama menjadi kekuatan ekonomi masyarakat.
”Pemkab Sidoarjo memberi dukungan penuh terhadap pengembangan industri logam agar berdaya saing tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan pelaku industri dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Dukungan itu antara lain berupa fasilitasi perizinan usaha, peningkatan kompetensi perajin, dan pengembangan pemasaran,” kata Muhdlor Ali.

Bupati Sidoarjo Muhdlor saat menyerahkan bantuan bahan pokok kepada warga Desa Pagerwojo, Selasa (3/8/2021).
Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Sidoarjo Yeti Sri Indriastutie mengatakan, BUMDes Ngingas Makmur Abadi termasuk kategori maju. Di wilayahnya terdapat 203 bumdes dengan rincian, 37 unit usaha termasuk dalam kategori maju, 48 unit usaha termasuk dalam kategori berkembang, dan 118 unit lainnya termasuk kategori pemula.
Bumdes terkategori maju apabila sudah memiliki kelayakan usaha, ada payung hukum berupa peraturan desa (perdes), dan mendapat penyertaan modal serta mampu berkontribusi pada pendapatan asli desa. Selain Ngingas, bumdes terkategori maju di Sidoarjo antara lain di Desa Watesari, Kecamatan Balongbendo; badan usaha milik Desa Sepande, Kecamatan Candi; Desa Tlasih, Kecamatan Tulangan; dan Desa Kedungpandan, Kecamatan Jabon.
”Untuk memperkuat bumdes, Pemkab Sidoarjo telah memberikan pelatihan, seperti manajemen keuangan berupa akuntansi dasar, pengelolaan logistik, dan pemasaran produk-produk unggulan desa,” kata Yeti.
Baca juga: Setiap Hari-1-800 Ton Sampah Sidoarjo Cemari Lingkungan