Antisipasi Dampak Cuaca Ekstrem, Destinasi Nonpendakian Rinjani Ditutup Sementara
Potensi terjadinya bencana hidrometeorologi seiring masuknya musim hujan di NTB semakin meningkat. Oleh karena itu, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani mulai menutup sementara sejumlah destinasi nonpendakian.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Kombinasi antara hamparan ilalang yang begitu luas dan pemandangan Gunung Rinjani membuat Savana Propok terlihat begitu cantik. Wajar menggoda banyak wisatawan untuk datang, bahkan berkemah, di tempat itu.
MATARAM, KOMPAS — Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, menutup sementara sejumlah destinasi nonpendakian di kawasan tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem yang diprediksikan melanda NTB.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Dedy Asriady di Mataram, Jumat (3/12/2021), mengatakan, penutupan sementara destinasi nonpendakian TNGR terhitung mulai 29 November 2021 hingga 31 Maret 2021.
Saat ini, kata Dedy, ada tiga destinasi nonpendakian yang ditutup sementara, yakni Air Terjun Jeruk Manis, Air Terjun Mayung Polak, dan Air Terjun Mangku Sakti.
Air Terjun Jeruk Manis berada di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Lombok Timur. Sementara Mayung Polak di Desa Timbanuh, Pringgasela, Lombok Timur. Adapun Mangku Sangki diakses dari dua jalur, yakni Desa Sajang, Sembalun, Lombok Timur, dan Sambik Elen di Bayan, Lombok Utara.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Dedy Asriady memberikan tanda tangan pada acara Deklarasi Rinjani sekaligus peluncuran awal atau Soft Launching jalur Pendakian Rinjani melalui Tete Batu, Sikur, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Minggu (13/12/2020). Jalur itu diluncurkan secara resmi pada April 2021.
Ketiga destinasi tersebut memang menjadi favorit wisatawan, termasuk yang melakukan pendakian di Rinjani. Baik lokal, domestik, maupun mancanegara.
Penutupan sekaligus dalam rangka pemulihan ekosistem di kawasan TNGR. (Dedy Asriady)
Namun menurut Dedy, jika memperhatikan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Lombok Barat, sedang terjadi cuaca ekstrem yang berpotensi angin kencang, hujan lebat, serta banjir di Pulau Lombok.
Karena itu, pihaknya memutuskan untuk menutup sementara destinasi nonpendakian tersebut. ”Penutupan sekaligus dalam rangka pemulihan ekosistem di kawasan TNGR,” kata Dedy.
Sejauh ini, kata Dedy, baru tiga destinasi nonpendakian tersebut yang ditutup. Sementara destinasi lain, termasuk perbukitan, belum. Termasuk jalur-jalur pendakian ke Rinjani. Biasanya, secara keseluruhan destinasi nonpendakian ataupun pendakian Rinjani ditutup mulai awal tahun hingga akhir Maret.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Di sela-sela lari, peserta Effort Challenge 2020 asal Lombok juga berfoto dengan latar belakang Gunung Rinjani dari perbukitan di kawasan Savana Propok, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (28/8/2020). Effort Challenge 2020 merupakan lomba lari trail yang berlangsung selama 28 hari dan diikuti hampir 200 pelari dari seluruh wilayah Indonesia.
Mulai signifikan
Sebelumnya, prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat Afriyas Ulfah mengatakan, peningkatan curah hujan yang mulai signifikan di NTB mengakibatkan potensi bencana hidrometeorologi meningkat.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi terjadinya kondisi ekstrem (hujan lebat, angin kencang, banjir, dan lainnya) secara tiba-tiba yang bersifat lokal.
Menurut Afriyas, awal musim hujan 2021/2022 juga terpantau sudah semakin meluas di wilayah NTB. Oleh karena itu, ia berharap sebelum merencanakan kegiatan, semua pihak tetap memperhatikan informasi BMKG untuk mengantisipasi dampak bencana maupun kerugian.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Desa Jeruk Manis Nurhadi Muis mengatakan keputusan Balai TNGR menutup sementara Air Terjun Jeruk Manis sangat tepat. ”Kami juga tidak merekomendasikan wisatawan untuk ke sana dengan kondisi cuaca saat ini,” kata Nurhadi.
ARSIP PRIBADI
Kepala Desa Jeruk Manis Nurhadi Muis
Menurut Nurhadi, penutupan tentu akan berdampak pada pemasukan warga yang bergantung pada aktivitas di air terjun tersebut. Namun, itu lebih baik untuk menghindari bencana seperti banjir bandang yang bisa memakan korban jiwa.
”Tetapi bukan berarti wisatawan tidak bisa berlibur ke Jeruk Manis. Masih ada sejumlah air terjun di luar kawasan gunung Rinjani yang aman dan bisa jadi alternatif bagi wisatawan karena airnya tidak langsung dari gunung,” kata Nurhadi.
Menurut Nurhani, meski masih membuka sejumlah destinasi di dalam desa, mereka juga tetap waspada. Waspada dalam menghadapi bencana alam juga Covid-19.
”Kami tetap berharap banyak yang datang karena itu terkait pendapatan desa. Namun kami juga ukur, kalau memang cuaca mendung, kami buka sambil ingatkan pengunjung untuk waspada. Tetapi kalau sebaliknya, jangan dulu. Termasuk juga tetap memperketat protokol kesehatan pencegahan Covid-19,” kata Nurhadi.