Kolaborasi antara institusi pendidikan dan tenaga profesional melahirkan kreasi olahan pangan lokal yang khas Nusantara. Di SMK Mardikenya Purwokerto, para ibu dapat latihan membuat bolu tiwul dan piza goreng.
Oleh
Megandika Wicaksono
·4 menit baca
Ruangan praktik berukuran sekitar 8 meter x 20 meter di SMK Mardikenya Purwokerto meriah. Sebanyak 20 ibu rumah tangga bersama siswa-siswi sibuk mengolah adonan menjadi makanan ringan. Aroma sedap menggugah selera menguar dari bolu kukus tiwul dan piza goreng hasil kreasi bersama Chef Bangun.
”Yak adonan ini sudah cukup kalis. Sudah selesai, mari pulang,” kata Chef Bangun Budianto yang langsung disambut gelak tawa para peserta pelatihan ”Baking Class”, Jumat (26/11/2021).
Bangun kemudian beranjak dari depan untuk berkeliling menyambangi meja setiap kelompok. Jemarinya mengecek tekstur dari adonan yang dibuat oleh para peserta. ”Yak ini sudah cukup…. Ini oke…. Ini…wah keras sekali kayak batu,” kata Bangun yang juga dikenal di Youtube dengan panggilan Bangun Gembil.
Kepada kelompok yang adonannya masih belum sesuai dengan standar pelatihan, Bangun bertanya apakah minyak dan air sudah dituangkan sesuai takaran. Dia pun kemudian menambahkan beberapa milliliter air dan memperbaiki adonan.
Sumiyati (49) dari Kelurahan Arcawinangun, satu dari 20 ibu rumah tangga sekitar lingkungan SMK yang mengikuti pelatihan tersebut, mengaku senang dan antusias karena mendapatkan pengalaman serta informasi yang berguna untuk membuat kue.
”Sangat menyenangkan karena saya jadi bisa membuat olahan makanan dari bahan lain, biasanya cuma dari terigu. Sekarang bisa juga dari tiwul dan jadi makanan yang enak dan berkelas. Padahal dari bahan yang sangat sederhana,” katanya.
Sumiyati yang sehari-hari sebagai ibu rumah tangga tertarik mempraktikkan pelatihan itu di rumah untuk membuat camilan bagi keluarga serta untuk sajian saat arisan. ”Iya ingin membuat untuk keluarga dan juga biasanya ada arisan. Siapa tahu nanti bisa dikembangkan jadi usaha,” tuturnya.
Yulita (17), siswi kelas XII Jurusan Tata Boga SMK Mardikenya, juga antusias mengikuti pelatihan. ”Jadi tambah pengalaman dan pengetahuan untuk membuat aneka masakan,” tutur Yulita yang bercita-cita ingin jadi pengusaha kuliner.
Pelatihan hasil kerja sama SMK Mardikenya, PT Sriboga Flour Mill Yogyakarta, dan Bintang Mekar Purwokerto ini diikuti para ibu dari Kelurahan Kranji, Sokanegara, dan Arcawinangun Purwokerto. Pelatihan saat itu berupaya memberikan rasa lokal kepada menu piza serta mengolah tiwul menjadi lebih modern.
”American pizza kami buat menjadi Indonesian pizza di mana bedanya adalah kami menambahkan bawang putih yang direndam olive oil ataupun minyak sayur. Adapun bolu tiwul simple, seperti bolu pada umumnya, tapi bahan tepung terigu kita ambil sebagian atau subtitusi dengan tepung tiwul,” ujar Chef Bangun yang berasal dari PT Sriboga Flour Mill.
Bangun mengatakan, menu bolu tiwul dibuat dengan mengangkat hasil bumi lokal untuk dibawa sedikit lebih modern dengan tampilan cantik dan rasa lebih menarik. Tampilan itu berupa kura-kura dan juga persegi empat dengan lubang di tengahnya. Bahan pembuatan bolu tiwul ini antara lain, telur, gula semut, tepung tiwul atau gaplek, santan, susu, dan minyak margarin. Bolu tiwul hasil kreasi para ibu dan siswa ini cukup lembut di mulut dan tidak seret seperti kebanyakan bolu yang ada di pasaran.
Untuk piza Indonesia ini, kami membuat cita rasa yang tadinya terlalu asam dijadikan masuk ke Jawa Tengah yang cenderung suka ada manis, asam, dan asin yang lebih dominan.
Untuk piza goreng dibuat dengan cara digoreng serta diberi tambahan gula. Bahannya antara lain tepung terigu, garam, ragi instan, bawang putih, olive oil dengan isian berupa daging giling, bawang putih, bawang Bombay, oregano, lada bubuk, bay leaves, garam, gula, juga sause bolognese, margarin dengan topping keju mozarella.
”Untuk piza Indonesia ini kami membuat cita rasa yang tadinya terlalu asam dijadikan masuk ke Jawa Tengah yang cenderung suka ada manis, asam, dan asin yang lebih dominan. Tidak terlalu dominan asam, tetapi lebih ke banyak rasa yang kita satukan. Ada sedikit manis juga karena khas Jawa,” tuturnya.
Kepala SMK Mardikenya Purwokerto Gama Octavina menyampaikan, pelatihan ”Baking Class” ini digelar sebulan sekali sebagai sarana berbagi keterampilan kepada masyarakat sekitar sekaligus mengenalkan sekolah yang punya jurusan tata boga dan tata busana ini. ”Sekolah kami mengusung school of entrepreneur di mana anak-anak nanti setelah selesai dari sekolah ini memiliki jiwa kewirausahaan, siap bekerja, dan punya karakter yang baik,” kata Octavina.
Promotor SMK Mardikenya Purwokerto, Prisca Elisabeth, menyampaikan, peserta pelatihan adalah ibu-ibu PKK di setiap kelurahan karena merekalah yang bisa menjadi agen perubahan dalam hal kuliner. ”Ibu-ibu ini akan menjadi duta di kelurahannya untuk mengajar ibu-ibu yang lain supaya ibu-ibu di kelurahan berkembang, punya usaha kuliner, punya peluang usaha lain,” ujar Prisca.
Kolaborasi institusi pendidikan, profesional, dan ibu rumah tangga itu menjadi ajang seru mengulik bahan-bahan lokal Indonesia menjadi kian berkelas sekaligus juga mengadaptasikan panganan mancanegara dengan lidah masyarakat lokal. Kiranya aroma sedap dari aneka kudapan ini bisa dirasakan banyak orang sekaligus menghidupi tangan-tangan terampil pembuatnya.