”Urban Farming” Malang, dari Kantor Kecamatan hingga Rumah Warga
Saat ini ASN dan warga Kota Malang sedang gandrung terhadap pertanian perkotaan atau ”urban farming”. Lahan kecamatan di Kota Malang, Jawa Timur, pun dimanfaatkan untuk ”urban farming”.
Oleh
Dahlia Irawati
·5 menit baca
”Urban farming” menjadi gaya baru di Kota Malang. Lahan-lahan kosong dimanfaatkan untuk bertani dan memelihara ikan mulai dari lahan di kecamatan hingga lahan milik sendiri di rumah.
Memanfaatkan lahan kosong di lingkungan kerja, salah satunya dilakukan oleh para aparatur sipil negara (ASN) di kantor Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Mereka membudidayakan beberapa jenis ikan dan menanam sayuran di lahan kosong di belakang kantor.
Di lahan itu pula mereka membangun kolam ikan untuk memelihara ikan nila dan patin. Anggaran untuk membangun instalasi kolam tersebut dibiayai Kecamatan Blimbing dan benih ikan diberi oleh Balai Benih Ikan di Tlogowaru.
Lahan itu juga ditanam berbagai sayuran, seperti selada, kangkung, bayam, wortel, cabe, dan tomat. Selain itu, juga ditanam buah-buahan seperti jambu, nangka, dan rambutan.
”Dengan banyaknya tanaman di lingkungan kantor ini, suasana kantor menjadi lebih nyaman karena banyak hijauan dan teduh,” kata salah satu anggota staf Kecamatan Blimbing yang bertanggung jawab pada budidaya ikan dan sayuran, Arif Choirianto (51), Rabu (1/12/2021).
Arif sebenarnya tidak memiliki latar belakang pertanian. Ia adalah lulusan sekolah dengan jurusan kelistrikan. Namun, hobi budidaya ikan dan sayur membuatnya mampu menyulap lahan bagian belakang kantor kecamatan menjadi lebih asri dan bermanfaat.
Usaha budidaya ikan dan sayur tersebut dimulai sejak tahun 2015. Saat itu awalnya Arif beternak lele. ”Lele sudah panen dan digunakan untuk konsumsi staf kecamatan. Apalagi saat musim PPKM dan PSBB akibat Covid-19 kemarin, kami tidak butuh pergi keluar untuk mencari makan. Lebih aman dan sehat untuk semua staf kecamatan serta mengurangi risiko tertular Covid-19,” kata Arif.
Selain menjadi konsumsi bersama, terkadang mereka juga membawa lele untuk pulang ke rumah. Hal itu tidak masalah bagi pria asal Polehan, Malang, tersebut selama hasil karyanya bermanfaat bagi orang lain. Arif pun tidak berniat mengomersialkan hasil budidayanya itu. Saat ini ikan lele diganti dengan ikan nila dan patin.
Tanaman dan ikan dalam satu lahan bisa saling menguntungkan. Menurut Arif, air kolam ikan akan diganti dan dikurangi lebih kurang 30 persen dari volume kolam. Air tidak untuk dibuang, tetapi digunakan untuk menyiram tanaman.
”Air kolam sangat bagus untuk tanaman karena mengandung nutrisi yang hampir lengkap. Itu salah satu rahasia tanaman yang ada di kawasan ini subur dan rajin berbuah,” kata Arif yang bekerja sebagai staf bidang ketenteraman dan ketertiban (trantib) di Kecamatan itu.
Saking sayangnya dengan ternak ikan dan sayur organik di tempatnya kerja, Arif tetap masuk kantor pada hari Minggu saat seluruh ASN di sana libur. Arif tidak ingin ikan-ikan yang dirawatnya kelaparan karena tidak ada yang memberi makan.
Ketekunan Arif merawat ikan dan sayuran di tempatnya kerja membuat ikan-ikan di sana tumbuh dengan baik dan sayuran tumbuh subur menghijau.
Dengan termanfaatkannya lahan kosong di belakang kantor, Arif senang karena kantornya lebih asri dan nyaman. Para tamu kantor pun, menurut Arif, bisa diajak mengobrol di gazebo tak jauh dari kolam ikan. Saat ini ada tiga kolam ikan dan ada kebun sayur menghijau.
Konsep urban farming juga dilakukan warga RW 009 Kelurahan Tlogomas. Mereka memanfaatkan lahan sempit di sekitar rumah warga di lingkungan RW 009 untuk menghasilkan produk sayur-mayur sehat. Ada beberapa jenis sayur dan buah ditanam seperti tomat, seledri, pakcoy, pohon turi, kangkung sawi, dan cabai.
Salah satu penggiat urban farming di RW 009 Kelurahan Tlogomas, Kurniatun Hairiah, menyampaikan bahwa media tanam yang digunakan untuk urban farming ini adalah campuran tanah, sekam, dan kotoran kelelawar dengan perbandingan 2:4:4. Menurut dia, urban farming mempunyai banyak manfaat salah satunya dari nilai ekologi. Dengan urban farming, lingkungan perkotaan menjadi lebih hijau sehingga nyaman dihuni.
”Efisiensi penggunaan lahan sekitar rumah meningkat tanpa merusak lingkungan justru merestorasi lingkungan. Daur ulang sampah organik menjadi kompos meningkat dan produk yang diperoleh juga sehat,” ujar Kurniatun yang juga dosen Universitas Brawijaya.
Menurut Kurniatun, tanaman warga dikelola secara organik. Beberapa tanaman juga dinilai mendukung kualitas lingkungan. Misalnya, pohon turi (Sesbania grandiflora) menjadi penambat nitrogen bebas dari udara dan mampu mengurangi ataupun mencegah pencemaran. Bunga turi pun enak dimakan dan mengandung banyak vitamin untuk tubuh.
”Ini untuk menghindari kelebihan produksi satu jenis sayur, maka pemilihan jenis dan jadwal penanamannya pun perlu diatur tidak serentak untuk semua warga,” kata Kurniatun.
Pemkot Malang sejak awal memang mendorong pertanian perkotaan atau urban farming, baik di lingkungan Pemkot Malang, kelurahan, RT/RW, maupun individu warga. Dengan konsep urban farming, Kota Malang mendapat sejumlah penghargaan.
Tahun 2019, RW 007 Kelurahan Tlogomas memperoleh Penghargaan Proklim Utama 2019 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH). Penghargaan diberikan karena RW tersebut konsisten mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan aksi lokal untuk meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan pengurangan emisi gas.
Beberapa hal yang dilakukan RW 007, misalnya, menanam tanaman penyerap karbon (konservasi tanaman bambu) dan memiliki instalasi pengolahan air limbah komunal untuk limbah domestik. Pengalaman di RW 007 Tlogomas tersebut terus ditularkan ke RW lain dan ke luar daerah.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Malang Sri Winarni menyampaikan bahwa kondisi lahan sawah di Kota Malang saat ini adalah 995 hektar (ha). Jumlah tersebut terus menurun setiap tahun. Oleh karena itu, menurut dia, harus ada inovasi untuk memenuhi kebutuhan pertanian warga Kota Malang.
”Harus ada inovasi-inovasi guna mempertahankan produktivitas pertanian perkotaan guna mendukung kecukupan pangan bagi masyarakat. Salah satu paling mungkin dilakukan di Kota Malang adalah urban farming,” kata Sri Winarni.