Kerja Sama DIY-Jabar, Momen Perkuat Relasi Masyarakat Jawa dan Sunda
Pemda DI Yogyakarta dan Pemprov Jawa Barat menjalin kerja sama di bidang pariwisata, budaya, dan ekonomi kreatif. Kerja sama itu diharapkan bisa ikut memperkuat relasi kultural masyarakat Jawa dan Sunda.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pemerintah Daerah DI Yogyakarta dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjalin kerja sama di bidang pariwisata, budaya, dan ekonomi kreatif. Kerja sama itu diharapkan tidak hanya menguatkan hubungan dua pemerintah provinsi, tetapi juga bisa memperkuat relasi kultural masyarakat Jawa dan Sunda.
Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam acara Pesona Jawa Barat di Daerah Istimewa Yogyakarta”, Rabu (1/12/2021) malam, di kompleks Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY. Dalam acara itu juga ditampilkan sejumlah pertunjukan kesenian oleh seniman asal DIY dan Jabar.
Ridwan Kamil menyatakan, kerja sama itu diharapkan bisa menampilkan Jabar dan DIY sebagai simbol persatuan Indonesia. Persatuan dan hubungan baik di antara dua masyarakat yang berbeda itu penting untuk ditonjolkan di tengah banyaknya pertengkaran yang terjadi di Indonesia.
”Jawa Barat dan Yogyakarta menjadi wajah bersatunya Indonesia. Hari ini, ada keresahan begitu mudahnya kita bertengkar dari hal-hal yang sepele, dari level akar rumput sampai level elite sehingga kita perlu menyeimbangkan dengan wajah-wajah kebersamaan dan wajah-wajah persatuan,” ujar gubernur yang akrab disapa Emil itu.
Sebelum penandatanganan nota kesepahaman itu, Pemda DIY dan Pemprov Jabar telah mulai menjalin kerja sama kultural melalui pemberian nama jalan. Pada tahun 2017, Sultan HB X meresmikan nama Jalan Siliwangi dan Jalan Pajajaran untuk nama jalan arteri atau ring road Yogyakarta. Sementara itu, Pemprov Jabar kemudian meresmikan nama Jalan Majapahit dan Jalan Hayam Wuruk di Kota Bandung.
Jawa Barat dan Yogyakarta menjadi wajah bersatunya Indonesia
Emil menyatakan, penetapan nama jalan itu menjadi peristiwa bersejarah yang menandai penguatan hubungan kultural antara masyarakat Jawa dan Sunda. ”Ini adalah peristiwa bersejarah yang diinisiasi oleh Sri Sultan. Oleh karena itu, dengan wajah kebersamaan dan persatuan kita hari ini, akan mengeratkan. Masa lalu perlu sebagai alat kontemplasi, tetapi masa depan harus dijemput dengan cara-cara baru,” tuturnya.
Melalui upaya-upaya semacam itu, hubungan masyarakat Jawa dan Sunda diharapkan tidak lagi terpengaruh oleh peristiwa Perang Bubat antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda yang terjadi pada abad 14 Masehi. Selama ini, peristiwa Perang Bubat kerap dianggap mempengaruhi relasi kultural masyarakat Jawa dan Sunda meskipun perang tersebut sudah terjadi ratusan tahun lalu.
Menurut Emil, selama ini dirinya merasa resah karena melihat mudahnya sesama anak bangsa bertengkar karena berbagai penyebab. Salah satu hal yang disebut Emil menjadi penyebab perselisihan itu adalah beda pilihan dalam pemilu presiden (pilpres) tahun 2019. Bahkan, perselisihan tersebut masih bertahan sampai hari ini meskipun dua calon presiden yang berkontestasi dalam pilpres 2019, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, telah berkoalisi.
”Saya ada keresahan sebagai anak bangsa, melihat masyarakat Indonesia mudah bertengkar. Beda pilihan di pilpres, lahirlah (julukan) cebong, kampret, kadrun sampai hari ini. Pak Prabowo sudah bersatu dengan Pak Jokowi, di bawahnya tidak bisa move on,” tutur Emil.
Emil menambahkan, persatuan di antara masyarakat Indonesia harus dijaga agar Indonesia tidak terpecah. Untuk menjaga persatuan itu, seluruh elemen bangsa diharapkan tetap berpegang pada empat pilar, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
”Mudah-mudahan dengan bersatunya dua budaya (Jawa-Sunda) dan dua provinsi (Jabar-DIY) ini, kita membangun narasi-narasi persatuan,” kata Emil.
Bangkit bersama
Sementara itu, Sultan HB X mengatakan, kunjungan Emil ke DIY menandai perintisan kerja sama di bidang pariwisata, budaya, dan ekonomi kreatif antara Pemda DIY dan Pemprov Jabar. Kerja sama itu diharapkan bisa membuat DIY dan Jabar bangkit bersama untuk memulihkan kondisi ekonomi setelah terkena dampak pandemi Covid-19.
”Perintisan kerja sama pariwisata, budaya, dan ekonomi kreatif dalam bentuk kolaborasi dan strategi untuk bangkit bersama guna pemulihan ekonomi kedua provinsi,” ujar Sultan yang juga merupakan raja Keraton Yogyakarta.
Sultan menambahkan, nota kesepahaman di antara kedua belah pihak juga berkait dengan pengembangan potensi daerah dan peningkatan pelayanan publik. ”Kesamaan potensi dapat kita sinergikan menjadi akumulasi energi untuk meningkatkan potensi dan daya saing di pasar global,” katanya.
Salah satu potensi kerja sama yang disebut Sultan adalah terkait pengembangan industri pariwisata. Menurut Sultan, setelah Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) tersambung sepenuhnya, Pemda DIY dan Pemprov Jabar bisa membuat paket wisata bersama untuk menyusuri kawasan pantai selatan Jawa.
Selain itu, Sultan juga berharap Pemda DIY bisa belajar ke Pemprov Jabar mengenai pelayanan publik, terutama mengenai pelayanan terpadu yang menggunakan teknologi dan sistem terintegrasi. ”Dalam pelayanan publik, DIY akan banyak menimba pelajaran dari penyelenggaraan pelayanan terpadu melalui integrated system smart province,” katanya.
Setelah penandatanganan kerja sama itu, Sultan HB X dan rombongan akan melakukan kunjungan balasan ke Jabar. Menurut rencana, Sultan HB X dan rombongan akan berangkat dari DIY ke Jabar pada Senin (6/12/2021).