Kasus di Sekolah Terus Bertambah, Surveilans PTM di Surakarta Efektif
Pemkot Surakarta telah melakukan surveilans pembelajaran tatap muka tahap kedua. Puluhan kasus kembali ditemukan. Meski demikian, surveilans bakal digelar rutin demi memastikan kondisi kesehatan siswa.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surakarta, Jawa Tengah, berkomitmen melanjutkan surveilans penularan Covid-19 pada pembelajaran tatap muka di wilayah tersebut. Sistem pemantauan itu terbukti efektif mendapati kasus-kasus positif pada murid dan guru.
Hingga Kamis (2/12/2021), total ditemukan 31 kasus positif dari surveilans yang dilakukan sejak 22 September 2021. Puluhan kasus itu ditemukan di tujuh sekolah, yakni 3 SD, 2 SMP, dan 2 SMA. Sehari sebelumnya, jumlah temuan kasus positif baru mencapai 30 kasus. Satu kasus tambahan diperoleh dari mekanisme exit test.
”Exit test ini untuk mengetes kembali siswa yang sebelumnya negatif pada surveilans awal. Padahal, dia termasuk dalam kontak erat. Tes dilakukan lima hari setelah hasil negatif keluar. Ternyata masih ada satu positif lagi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih, saat ditemui di Kompleks Balai Kota Surakarta, Kamis siang.
Satu kasus positif tersebut ditemukan di SD Negeri Beskalan. Dengan penambahan tersebut, sudah ditemukan 13 kasus positif dalam proses surveilans di sekolah itu. Jumlah itu menjadi kasus terbanyak dari semua satuan pendidikan yang menjadi sasaran surveilans tahap kedua.
Adapun jumlah sasaran dalam surveilans tahap kedua ini berjumlah 30 satuan pendidikan. Secara rinci, ada 29 sekolah dari jenjang SD hingga SMA atau SMK dan satu pondok pesantren. Jumlah sampel yang diambil sepanjang surveilans sebanyak 1.300 sampel.
”Semua sasaran sudah dilakukan (tes). Mudah-mudahan pekan ini semua hasilnya sudah keluar semua, termasuk dari exit test,” kata Wahyuningsih.
Wahyuningsih menambahkan, pihaknya juga sudah berencana melaksanakan surveilans tahap ketiga. Namun, pelaksanaannya perlu koordinasi lebih lanjut dengan Dinas Pendidikan Kota Surakarta. Sebab, ada rencana peniadaan libur sekolah di masa liburan Natal dan Tahun Baru ini.
”Kelihatannya Desember nanti tidak jadi libur. Nah, itu apakah pembelajarannya online atau offline. Kalau offline, kami akan melakukan tes kepada sasaran. Intinya dari jajaran Dinas Kesehatan Kota Surakarta sudah siap. Kami tidak ingin lama-lama, mungkin pekan kedua Desember sudah dikerjakan,” kata Wahyuningsih.
Jumlah sasarannya, lanjut Wahyuningsih, juga bakal ditambah. Menurut rencana, dalam surveilans tahap ketiga akan menyasar 31 satuan pendidikan. Lebih rinci, satuan pendidikan tersebut terdiri dari 29 sekolah dan 2 pondok pesantren.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyampaikan, pihaknya tak mempersoalkan surveilans yang terus menemukan kasus positif dari pembelajaran tatap muka. Surveilans itu justru akan dilakukan secara rutin guna memastikan kondisi kesehatan warga sekolah. Temuan kasus hendaknya menjadi pengingat bahwa protokol kesehatan harus senantiasa diterapkan secara ketat.
”Saya tidak takut angkanya naik. Yang terpenting, orang-orang yang OTG (orang tanpa gejala) dan anak-anak yang sekolah ini teridentifikasi semua. Kalau tidak tes, pasti tidak akan ketahuan (kondisi penularannya),” kata Gibran.
Gibran menambahkan, pihak sekolah dan guru tidak bisa sepenuhnya disalahkan dengan temuan kasus positif di sekolah. Pasalnya, aktivitas di sekolah hanya berlangsung paling lama dua jam. Para siswa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan lingkungan tempat tinggal mereka.
Dengan kondisi itu, ia meminta para orangtua mengawasi dan memastikan anak-anaknya menerapkan protokol kesehatan ketat selama beraktivitas di luar sekolah.
”Di luar itu (sekolah), harus ada pengawasan orangtua. Pulang sekolah, anaknya main ke mana. Pulang sekolah anaknya langsung pulang apa main dulu? Harus ada pengawasan dari orangtua,” kata Gibran.