Aceh Didera 619 Kali Bencana pada Periode Januari-November 2021, Kerugian Rp 223 Miliar
Sepanjang Januari hingga November 2021 Provinsi Aceh dilanda 619 kejadian dengan kerugian Rp 223 miliar. Sebanyak enam orang meninggal dan sejumlah infrastruktur publik rusak.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sepanjang Januari hingga November 2021, Provinsi Aceh dilanda 619 kejadian bencana dengan kerugian Rp 223 miliar. Sebanyak enam orang meninggal dan sejumlah infrastruktur publik rusak.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Ilyas mengatakan, bencana paling banyak terjadi adalah kebakaran rumah tinggal, yakni 251 kali, dengan kerugian mencapai 94 miliar. Kebakaran rumah tinggal mengakibatkan ratusan orang kehilangan tempat tinggal.
Selain bencana kebakaran, bencana alam seperti banjir, bandang, dan angin puting beliung juga masif terjadi sepanjang tahun 2021. Salah satu bencana banjir bandang paling besar terjadi di Kabupaten Pidie pada akhir Oktober 2021.
Banjir bandang terjadi sebanyak lima kali dengan perkiraan kerugian Rp 2,6 miliar, sedangkan banjir luapan dan longsor menelan kerugian mencapai Rp 13,2 miliar.
Banjir bandang terjadi sebanyak lima kali dengan perkiraan kerugian Rp 2,6 miliar, sedangkan banjir luapan dan longsor menelan kerugian mencapai Rp 13,2 miliar.
Bencana juga berdampak pada kerusakan infrastruktur, meliputi 27 sarana pendidikan, 2 sarana kesehatan, 12 sarana pemerintahan, 13 sarana ibadah, 9 jembatan, 7 titik tanggul, dan 269 meter badan jalan rusak.
”Pada periode yang sama (Januari-November) pada 2020 jumlah kejadian bencana mencapai 752 kali kejadian, sedangkan pada tahun 2021 menurun menjadi 619 kali kejadian,” kata Ilyas, Rabu (1/12/2021).
Total kerugian pada periode itu lebih besar dibandingkan 2020, yakni Rp 291 miliar. Adapun kerugian karena bencana pada 2019 sebesar Rp 168 miliar.
Ilyas mengatakan, mitigasi bencana terus dibangun meski belum kokoh. Dia berharap warga berpartisipasi dalam gerakan pengurangan risiko bencana.
”Masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan harus mampu mengelola lingkungan demi mengurangi risiko bencana,” kata Ilyas.
Sebelumnya, dosen Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Nazli Ismail mengatakan, mitigasi bencana di Aceh masih rapuh. Hal itu terlihat dari masifnya intensitas bencana yang seharusnya bisa dicegah.
Dia mencontohkan bencana banjir dapat dicegah dengan memulihkan hutan, memperbaiki sungai, dan membangun infrastruktur yang layak. Selain itu, perlu juga mendorong warga di kawasan hutan untuk ikut menjaga kawasan.