Dampak Tanah Bergerak di Cilacap Kian Parah, 33 Orang Tidur di Pengungsian
Tanah bergerak di Desa Karanggintung, Cilacap, Jawa Tengah, kian parah. Puluhan orang tidur di pengungsian pada malam hari. Relokasi pun disiapkan.
Oleh
Wilibrordus Megandika Wicaksono
·2 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Dampak tanah bergerak di Desa Karanggintung, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, semakin parah. Sebanyak 33 orang masih tidur di pengungsian. Satu rumah bahkan harus dirobohkan karena berpotensi membahayakan penghuninya.
Pergerakan tanah di Karanggintung terjadi sejak Juni 2021. Sebanyak 24 rumah dan satu mushala terdampak langsung. Kini, sebanyak sembilan rumah di antaranya rusak parah dan satu rumah dirobohkan. Dua rumah lainnya masih menunggu dirobohkan. Sebanyak 10 rumah lainnya juga sudah dikosongkan pemiliknya.
”Lebar retakannya bervariasi. Terparah, ada yang mencapai kedalaman 2 meter dengan lebar 20 sentimeter,” ujar Sekretaris Desa Karanggintung Aris Yulianto saat dihubungi dari Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (30/11/2021).
Akibat kejadian ini, 33 orang terpaksa tidur di pengungsian di SDN 6 Karanggintung, sejak 7 November 2021. Untuk kebutuhan logistik, pengungsi mendapat bantuan dari sukarelawan dan dinsos setempat.
”Siang hari warga terdampak pulang ke rumah dan beraktivitas di kebun,” katanya.
Aris khawatir, pergerakan tanah bakal semakin parah seiring meningkatnya intensitas hujan. Hanya dalam waktu empat jam, hujan deras bisa memicu retakan tanah yang memicu potensi bencana semakin tinggi di Karanggintung.
Dengan ancaman itu, lanjut Aris, pihak desa serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap sedang menyiapkan rencana relokasi. Salah satu rencananya, membantu pembangunan rumah warga terdampak di daerah aman.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi di BPBD Cilacap Hermawan menyampaikan, pencarian lahan relokasi selaras dengan rekomendasi Badan Geologi. Alasannya, kondisi geografis di lokasi bencana sudah tidak layak huni. Saat hujan deras, air mudah menggelincirkan tanah memicu longsor.
Sejauh ini, kata dia, sudah ada calon lahan relokasi seluas sekitar 3.600 meter persegi lahan. Namun, lahannya belum bisa digunakan karena masih milik warga sehingga harus dibeli pemerintah.
”Ini masih proses mengingat banyak anggaran yang dialihkan untuk penanganan Covid-19,” paparnya.