Eka Rosa dan Abdul Hamid, Mengantar Atlet Disabilitas Berdaya
Bibit-bibit baru terus dicari hingga ke pedalaman. Tak sedikit bibit prestasi itu datang dari orang-orang yang selama ini terbuang dan tersisihkan.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·4 menit baca
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Pasangan Eka Rosa Hybrida dan Abdul Hamid di Stadion Mini Telanaipura Jambi, Senin (22/11/2021).
Haru menyelimuti Eka Rosa Hybrida mengingat prestasi para atlet disabilitas di wilayahnya, Kabupaten Batanghari. Di tengah keterbatasan, para atlet menyumbangkan kebanggaan bagi daerah yang selama ini lebih dikenal sebagai ladang pencurian minyak bumi.
Di seluruh Jambi, Lapangan Garuda yang terletak Muara Bulian, Ibu Kota Kabupaten Batanghari, menjadi pusat penempaan para atlet atletik disabilitas. Di lapangan itulah, Eka Rosa setia mengawal mereka hingga berhasil mencetak prestasi. Dari 200-an atlet se-Jambi yang memiliki 11 kabupaten dan kota, 60-an di antaranya tumbuh di Batanghari.
Tak terkecuali selama masa Covid-19 hampir dua tahun terakhir, para atlet tidak absen. Ia getol memastikan seluruh atlet tetap disiplin berlatih. ”Imun malah semakin kuat karena terus ditempa,” ujar atlet atletik yang kini memimpin National Paralympic Committee (NPC) Kabupaten Batanghari, Senin (24/11/2021).
Perjuangan itu akhirnya membuahkan hasil. Sekaligus menjawab anggapan bahwa daerah tempat mereka tinggal tak semata ladangnya minyak curian. Kabupaten Batanghari masih punya sesuatu yang membanggakan. Itu lewat prestasi para atlet disabilitas.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Selepas kepulangan dari Peparnas di Papua, sejumlah atlet paralimpik berkumpul di Stadion Mini Telanaipura, Jambi, Senin (22/11/2021). Capaian prestasi atlet pada Peparnas tahun ini melampaui target dengan mengantar Jambi memperoleh 9 medali emas, 11 perak, dan 12 perunggu. Tampak atlet atletik Eka Rosa bersama pelatihnya, M Yusuf.
Dari 9 medali emas yang diperoleh Provinsi Jambi pada Peparnas di Papua lalu, 8 di antaranya datang dari cabang atletik. Eka yang telah berusia 45 tahun pun turut menyumbangkan medali perak pada nomor lempar cakram.
Perolehan itu tak terduga, mengingat sebagian besar lawannya merupakan atlet pelatnas paralimpik. Begitu pula sang suami, Abdul Hamid (37), menjuarai nomor lomba lempar cakram. Bahkan Eka mendapatkan kehormatan untuk mengalungkan medali emas kepada Abdul.
Pasangan itu pertama kali bertemu pada Peparnas 2011 di Solo. Abdul Hamid yang semua mewakili Jawa Barat, kemudian hijrah ke Jambi setelah menikah dengan Eka. Sejak itulah mereka bersama-sama mendampingi para atlet disabilitas. Bibit-bibit baru dicari hingga ke pedalaman. Tak sedikit bibit-bibit itu datang dari orang-orang yang selama ini terbuang.
Eka mencontohkan atlet menyandang cerebral palsy, Nazmiati, dulunya kerap diejek dan tidak dianggap ada. Kini, Nazmiati menjadi sorotan setelah berhasil mendulang tiga medali emas pada Peparnas di Papua yang lalu.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Atlet paralimpiade asal Jambi, Abdul Hamid, di Stadion Mini Telanaipura Jambi, Senin (22/11/2021). Ia meraih emas dari cabang atletik pada ajang Pekan Paralimpade Nasional (Peparnas) di Papua.
Pengalaman serupa dialami pula oleh Abdul Hamid. Semasa kecil penyandang tunadaksa itu kerap dicemooh karena tak dapat berjalan dengan kaki. ”Sehari-hari saya berjalan ngesot di tanah. Pada waktu itu, orangtua saya miskin. Tak punya uang membeli kursi roda,” kata Abdul.
Eka sendiri lahir dari keluarga yang ekonominya cukup berada. Namun, kondisi itu tak membuatnya setara. Ia kerap pula mengalami ejekan dan tersisih dari kawan-kawan sebaya di sekolah.
Di tengah keluarga, Eka beruntung mendapatkan dukungan untuk tetap maju. Ia bahkan berkesempatan menjalani pendidikan formal hingga bangku kuliah. Bahkan, kakeknya bertekad mengantar Eka menjadi pegawai negeri sipil.
Pilihan sang kakek rupanya tak sejalan dengan minatnya. Eka ingin mencetak prestasi lewat olahraga. Apalagi, saat itu, ia telah mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kompetisi tingkat ASEAN di Thailand.
Sewaktu bermaksud menemui sang kakek untuk mohon pamit, kedatangan Eka ditolak. Eka akhirnya tetap berangkat tanpa restu kakek.
Keputusannya untuk tetap berangkat dan bertanding ternyata berbuah baik. Sepulang dari Thailand, ia mendapatkan kejutan diangkat menjadi PNS, sesuai janji Adhyaksa Dault, Menteri Pemuda dan Olahraga era 2004-2009. Janji menteri itu mengangkat 1.000 atlet berprestasi menjadi PNS.
Sayangnya, sewaktu diangkat menjadi PNS, sang kakek telah tiada. ”Kakek sudah lebih dahulu berpulang. Tidak sempat menyaksikan saya diangkat,” katanya.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Abdul Hamid selepas kepulangan dari Peparnas di Papua, singgah di Stadion Mini Telanaipura, Jambi, Senin (22/11/2021). Capaian prestasi atlet pada Peparnas tahun ini melampaui target dengan mengantar Jambi memperoleh 9 medali emas, 11 perak, dan 12 perunggu. Abdul Hamid salah satu atlet yang meraih 1 medali emas lewat nomor lempar cakram.
Eka menyadari olahraga adalah sarana yang baik untuk mengantarkan kaum disabilitas menjadi berdaya. Namun, diakuinya ada tantangan besar selama mendampingi mereka.
Para penyandang disabilitas itu datang dari beragam latar belakang dan sebagian menyimpan trauma. Sebagian penyandang dan keluarganya masih belum menerima keadaan mereka sendiri. Masih dilingkupi malu dan rasa tersisih. Cenderung ragu menunjukkan keberadaan dirinya.
Karena itulah setiap kali mendapatkan bibit-bibit atlet potensial, program pelatihan tak berjalan sendiri. Pendampingan dan rehabilitasi mental menjadi tumpuan.
Berbagai upaya dilakukan untuk menanamkan motivasi kuat. Komunikasinya berbeda-beda bagi tiap-tiap penyandang. Sebab, jika salah komunikasi, atlet ngambek. Begitu pula ketika atlet berhasil mencetak prestasi, ditanamkan untuk tetap mawas. Tidak lupa diri.
Tugas penting lainnya adalah mengusung pesan kesetaraan bagi atlet disabilitas. Termasuk alokasi anggaran daerah dan negara yang setara untuk melengkapi peralatan latih dan asupan vitamin bagi atlet disabilitas dan non-disabilitas.
Selagi pesan kesetaraan digaungkan, Eka dan Abdul Hamid terus menempa para atlet. Mereka harus berjuang keras demi mencetak prestasi yang unggul. Keterbatasan fisik dan mental bukan lagi penghalang
Eka Rosa Hybrida
Lahir: Muara Bulian, 10 September 1976
Anak: Nurul Atika (11) dan Alika Nayla (4)
Aktivitas: Ketua NPC Kabupaten Batanghari
Prestasi:
2008 Peparnas meraih Juara 2 Angkat Berat Kelas 56
2011 Asian Paragames Juara 2 Tolak Peluru, Juara 3 Lempar Lembing
2012 Peparnas Juara 2 Tolak Peluru, Juara 2 Lempar Lembing, dan Juara 3 Lempar Cakram
2013 Asean Paragames Juara 2 Lempar Cakram, Juara 3 Lempar Lembing dan Tolak Peluru
2015 Asean Paragames Juara 3 Lempar Cakram
2016 Peparnas Juara 2 Tolak Peluru, Lempar Lembing, dan Lempar Cakram
2021 Peparnas Juara 2 Lempar Cakram
Abdul Hamid
Lahir: Subang, 27 Januari 1989
Prestasi:
2011 Asean Paragames di Solo. Juara 2 Lempar Cakram dan Juara 3 Lempar Lembing
2012 Peparnas. Meraih Juara 3 Lempar Cakram dan Tolak Peluru
2016 Peparnas Juara 2 Lempar Cakram dan Tolak Peluru, serta Juara 3 Lempar Lembing