Frustrasi Menunggu Penempatan, Pengungsi Afghanistan Bakar Diri di Medan
Pengungsi asing Afghanistan, Ahmad Shah (21), membakar diri di depan kantor perwakilan UNHCR Medan. Para pengungsi sudah sebulan ini menginap di depan kantor UNHCR menuntut penempatan ke negara ketiga.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Seorang pengungsi asing dari Afghanistan, Ahmad Shah (21), membakar diri di depan kantor perwakilan Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi atau UNHCR Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/11/2021). Para pengungsi sudah sebulan ini menginap di depan kantor UNHCR menuntut penempatan ke negara ketiga.
”Kami tidak tahu tentang rencana aksi bakar diri itu. Ahmad tiba-tiba mendekat ke lobi gedung dalam keadaan badan sudah disiram minyak,” kata Muhammad Juma (37), pengungsi asing dari Afghanistan yang menjadi koordinator unjuk rasa.
Setelah melihat rekannya menyiram badan dengan minyak, kata Juma, mereka sudah membujuk agar tidak membakar diri. Namun, Ahmad mengancam akan membakar diri jika mereka mendekat. Setelah beberapa menit diminta untuk membatalkan aksinya, Ahmad lalu menghidupkan korek api dan membakar dirinya.
Satpam yang berjaga di Gedung Forum Nine yang menjadi lokasi kantor UNHCR itu langsung menyemprot Ahmad dengan racun api. ”Ahmad mengalami luka bakar, tetapi berhasil kami selamatkan setelah kami bawa ke rumah sakit,” ujar Juma.
Juma mengatakan, Ahmad sudah beberapa bulan mengalami depresi. Ia pun sedang menjalani pengobatan gangguan kejiwaan. Ia berada di Indonesia sejak 2016. Seperti pengungsi Afghanistan lainnya, Ahmad sudah mendapat kartu pengungsi dari UNHCR, tetapi belum ada kejelasan tentang penempatan ke negara ketiga.
Setelah aksi bakar diri itu, para pengungsi asing pun melakukan orasi di lobi Gedung Forum Nine. Mereka sudah berunjuk rasa dan menginap di sana sejak Senin (1/11). Mereka mendirikan tenda dari terpal biru di taman kecil di depan gedung. Orang dewasa menginap di tenda itu, tetapi anak-anak pulang setiap sore. Sekitar 100 orang menginap selama sebulan terakhir.
Zamin Ali (31), pengungsi Afghanistan lainnya, mengatakan, mereka sangat frustrasi karena tidak ada informasi tentang penempatan mereka ke negara ketiga. ”Sudah 10 tahun saya berpisah dari istri dan anak saya di Afghanistan. Hanya penempatan ke negara ketiga yang bisa mempertemukan kami,” katanya.
Zamin mengatakan, sudah 14 pengungsi Afghanistan yang bunuh diri karena depresi di Indonesia. Tujuh orang lainnya melakukan percobaan bunuh diri, termasuk satu orang yang baru saja melakukan aksi bakar diri.
Sudah 14 pengungsi Afghanistan yang bunuh diri karena depresi di Indonesia. Tujuh orang lainnya melakukan percobaan bunuh diri.
Zamin mengatakan, ada sekitar 350 pengungsi Afghanistan di Medan dan 7.500 orang di seluruh Indonesia. Mereka sudah mendapat kartu pengungsi asing dari UNHCR.
Nyaris bentrok
Saat para pengungsi melakukan unjuk rasa, petugas dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan membongkar tenda mereka. Peserta unjuk rasa pun adu mulut dan nyaris bentrok dengan petugas.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan Yan Wely Wiguna mengatakan, pihaknya sudah meminta agar UNHCR bertemu dengan pengungsi. ”Kami juga mendorong agar penempatan ke negara ketiga bisa dipercepat,” kata Yan.
Namun, Yan mengingatkan, penempatan ke negara ketiga memang memakan waktu yang cukup lama. Selama ini, proses penempatan ke negara ketiga terus berjalan dan beberapa sudah ditempatkan ke negara ketiga. Yan menyebutkan, saat ini lebih dari 3.700 pengungsi asing ada di Medan.
Mereka mendapat tempat tinggal dan biaya hidup Rp 1.250.000 per keluarga per bulan dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
Sementara itu, UNHCR belum memberikan keterangan tentang aksi unjuk rasa itu. Kompas mendatangi petugas di kantor UNHCR Medan. Melalui petugas keamanan, mereka menyatakan belum bisa memberikan keterangan.