Banjir Kalteng Picu Jalan Rusak dan Lahan Pertanian Gagal Panen
Banjir menyisakan sejumlah masalah di Kalimantan Tengah. Jalan Trans-Kalimantan rusak berat. Bahkan ratusan hektar lahan pertanian rusak sehingga sejumlah petani mengalami gagal panen.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PULANG PISAU, KOMPAS — Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kalimantan Tengah menyebabkan sejumlah ruas jalan Trans-Kalimantan rusak. Selain itu, ratusan hektar lahan pertanian gagal panen.
Dari data terakhir Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalimantan Tengah, banjir masih melanda tiga kabupaten, yakni Katingan, Pulang Pisau, dan Barito Selatan. Total terdapat enam kecamatan yang terendam banjir dari tiga kabupaten tersebut.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBPK Provinsi Kalteng Erlin Hardi mengungkapkan, sebelumnya banjir melanda setidaknya 11 kabupaten dan kota di Kalteng, tetapi kini di beberapa daerah mulai surut hingga tersisa tiga kabupaten saja. Pihaknya terus mengimbau warga di wilayah yang banjirnya mulai surut untuk tetap waspada karena puncak musim hujan diperkirakan terjadi bulan depan.
Menurut Erlin, sampai saat ini pihaknya masih memantau tinggi muka air di seluruh wilayah di Kalimantan Tengah, khususnya yang menjadi daerah langganan banjir. ”Kami juga terus melakukan sosialisasi dan edukasi terkait dengan langkah kesiapsiagaan kepada masyarakat,” ujarnya, Selasa (30/11/2021).
Akibat banjir, sejumlah ruas jalan rusak. Dari pantauan Kompas, di wilayah Bukit Rawi, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Jalan Trans-Kalimantan rusak cukup berat seusai diterjang banjir beberapa waktu lalu. Jalan sepanjang 2 kilometer itu berlubang di mana-mana, bahkan berlumpur. Jalan mulai terlihat rusak sekitar 300 meter dari Jembatan Sei Lais.
Jalan Trans-Kalimantan tersebut menghubungkan Kalimantan Tengah dengan Provinsi Kalimantan Timur. Selain itu, jalan nasional itu juga menghubungkan Palangkaraya, ibu kota Kalteng, dengan lima kabupaten lain, yakni Barito Utara, Barito Selatan, Barito Timur, Murung Raya, dan Kabupaten Gunung Mas.
Jalan rusak juga diakibatkan aktivitas alat berat dan kendaraan besar yang lalu lalang di jalan itu untuk pembangunan jalan layang di atas rawa gambut yang setiap tahun selalu direndam banjir. Proyek jalan nasional itu sudah berjalan lebih kurang tiga tahun dan, menurut rencana, akan dirampungkan tahun depan.
Menurut rencana, jalan layang bakal dibangun dengan panjang sekitar 3 kilometer. Saat ini jalan yang sudah selesai hampir sepanjang 1 kilometer.
Sebelumnya, Kepala Dinas PUPR Shalahuddin mengungkapkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian PUPR melalui pihak Balai Jalan Nasional di Kalteng untuk memantau dan segera memperbaiki jalan yang rusak akibat banjir. Pihaknya juga menyediakan alat berat untuk membuat jalan sementara di titik jalan yang terputus.
Terendam
Selain jalan rusak, banjir juga sempat merendam ratusan hektar lahan pertanian di 10 kabupaten sejak September sampai 26 November. Data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP) Provinsi Kalteng terdapat 984,8 hektar lahan pertanian mulai dari padi, jagung, bawang, ubi kayu, hingga komoditas lainnya terendam banjir. Adapun 314,5 lahan pertanian gagal panen.
Srimilance (38), warga Kuluk Bali di Kabupaten Katingan, Kalteng, misalnya, mengatakan, lahan seluas hampir 2 hektar miliknya terendam banjir dan tak bisa ditanami padi ladang. Peladang berpindah itu mengaku, seharusnya bulan ini dirinya bisa panen. Namun, banjir yang merendam ladangnya membuat dirinya belum mulai menanam. ”Mau bersih lahan sebelum menanam saja tidak bisa,” ujar Srimilance.
Terkait dengan hal itu, Kepala Dinas TPHP Provinsi Kalteng Sunarti mengungkapkan, pihaknya sedang mengupayakan pompa air untuk mengalirkan genangan banjir yang masih merendam sawah ataupun ladang pertanian lainnya. Upaya itu dikoordinasikan dengan sejumlah instansi di kabupaten dan kota di Kalteng.
Sunarti menambahkan, petani yang gagal panen bisa mengklaim asuransi bagi yang mengikuti program asuransi pertanian. ”Kami sudah sosialisasi, bahkan biayanya digratiskan oleh Gubernur Kalteng. Tetapi, petani masih sulit untuk ikut bergabung asuransi pertanian,” ucap Sunarti.
Sunarti menjelaskan, asuransi petani hanya Rp 180.000 per hektar untuk tiap musim tanam. Apabila terjadi gagal panen karena bencana alam, puso, dan serangan hama atau penyakit lainnya, petani mendapatkan premi sebesar Rp 6 juta. ”Banjir kali ini disebabkan curah hujan tinggi. Tentunya kami tidak bisa melawan alam, hanya bisa mengupayakan pencegahan dan disarankan agar petani masuk dalam program asuransi agar tidak rugi,” kata Sunarti.