Surabaya Antisipasi Varian Baru dengan ”Whole Genome Sequencing”
Satuan Tugas Covid-19 Surabaya mewaspadai potensi gelombang ketiga dari serangan varian baru dengan meningkatkan pemantauan terhadap pasien yang menjalani pemeriksaan ”whole genome sequencing”.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya berusaha mengantisipasi gelombang ketiga dari varian baru yang lebih ganas melalui whole genome sequencing (WGS) terhadap pasien dengan CT kurang dari 20.
Demikian diutarakan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi selaku Ketua Satgas Covid-19 Surabaya, Senin (29/11/2021). WGS atau pengurutan genom menyeluruh merupakan metode pemeriksaan terhadap sampel dari pasien Covid-19 untuk mendeteksi mutasi atau galur baru virus korona baru (SARS-CoV-2).
Indonesia, termasuk Surabaya, pernah mengalami situasi pandemi yang memburuk, yakni ledakan kasus warga terjangkit bahkan diikuti kematian pasien Covid-19. Situasi itu terjadi kurun Juni-Juli 2021 terkait serangan varian baru Alpha, Beta, Gamma, dan terutama Delta.
Saat situasi memburuk berlangsung, baru sebagian warga Surabaya yang menerima vaksin. Vaksinasi dimulai pertengahan Januari 2021. Varian baru memicu penularan meluas dengan cepat dan kondisi kesehatan pasien memburuk bahkan menuju kematian.
Eri mengatakan, pemerintah pusat telah mengumumkan perlunya peningkatan kewaspadaan mengingat kemunculan varian baru B.1.1.529 atau Omicron. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan Omicron sebagai varian of concern atau patut diwaspadai. Omicron yang ditemukan dari kasus-kasus Covid-19 di Afrika Selatan diyakini lebih ganas daripada varian Delta membawa gelombang kedua Juni-Juli lalu.
”Jika ditemukan pasien dengan CT kurang dari 20, akan ditempuh kebijakan ekstra,” ujar Eri. Pasien akan menjalani isolasi terpisah sampai hasil pemeriksaan WGS menyatakan tidak ditemukan varian baru yang lebih berbahaya. Kontak erat terhadap pasien itu akan dilacak dan dites secara masif jika sempat berinteraksi dalam suatu lingkungan di RT dan RW.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, sejauh ini sudah ada 10 pasien yang menjalani pemeriksaan WGS. Pasien dimaksud diisolasi di Asrama Haji Sukolilo dengan pengawasan ketat dan tersendiri. Situasi pada Senin petang ini, kasus aktif atau jumlah pasien dirawat di Surabaya 10 orang. Jumlah itu berkurang 1 orang dari kemarin. Dalam sepekan, di Surabaya tercatat 3 pasien meninggal.
Belum ditemukan
Febria mengatakan, sejauh ini belum ditemukan adanya kasus dari varian baru, terutama Omicron, yang sedang menjadi perhatian dunia. ”Namun, kami harus tetap waspada agar jangan sampai ledakan terjadi lagi,” katanya.
Surabaya tetap menggunakan 4T, yakni pengetesan (testing), penelusuran (tracing), pelacakan (tracking), dan penanganan (treatment), dalam pengendalian pandemi. Kebijakan 4T secara ketat terhadap kalangan warga yang dicurigai karena, misalnya, dari mancanegara atau daerah yang masih mewabah bertujuan mencegah sedini mungkin potensi penularan yang meluas.
Namun, kami harus tetap waspada agar jangan sampai ledakan terjadi lagi. (Febria Rachmanita)
Aparatur juga berusaha konsisten dalam penegakan protokol kesehatan melalui sosialisasi, operasi yustisi, dan patroli swab hunter sekaligus vaksinasi di ruang-ruang publik potensial kerumunan.
Eri mengatakan, forum komunikasi pimpinan daerah juga telah menyetujui kembali rencana penyekatan atau pengetatan mobilitas masyarakat. Penyekatan direncanakan berlaku sesuai penerapan level 3 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) serentak se-Indonesia kurun 24 Desember 2021-2 Januari 2022.
Namun, kebijakan agak ekstrem itu berpotensi diterapkan lebih dulu jika harus diberlakukan di Surabaya apabila terindikasi ledakan kasus. Misalnya, dalam bulan Juni 2021, Surabaya sempat memberlakukan penyekatan lalu lintas dan kewajiban tes usap antigen bagi pelintas dari dan ke Pulau Madura setelah temuan ledakan kasus di sana.