Kota Medan Tawarkan Investasi Pengolahan Sampah dan Transportasi ke Jepang
Wali Kota Medan Bobby A Nasution menawarkan investasi pengolahan sampah dan transportasi kepada Jepang. Medan memproduksi 2.000 ton sampah per hari. Pengolahan mengatasi sampah sejak lama menjadi persoalan di Medan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Konsulat Jenderal Jepang di Medan Takonai Susumu, Wali Kota Medan Bobby A Nasution, dan Ketua Indonesia-Japan Business Network Sumut Parlindungan Purba menjadi pembicara dalam acara ”Medan Business and Investment Forum” di Medan, Sumatera Utara, Senin (29/11/2021).
MEDAN, KOMPAS — Wali Kota Medan Bobby A Nasution menawarkan investasi pengolahan sampah dan transportasi kota kepada Jepang. Kota Medan, Sumut, memproduksi sekitar 2.000 ton sampah per hari yang bisa diolah menjadi bahan bakar untuk pembangkit listrik.
”Kota Medan pernah menjadi kota terjorok di Indonesia karena pengolahan sampahnya tidak baik. Kami berharap Jepang bisa investasi dalam pengolahan sampah untuk Kota Medan yang lebih bersih dan ramah lingkungan,” kata Bobby dalam acara ”Medan Business and Investment Forum” yang diselenggarakan Indonesia-Japan Business Network (IJB Net) Sumut di Medan, Senin (29/11/2021).
Hadir Konsulat Jenderal Jepang di Medan Takonai Susumu dan Ketua IJB Net Sumut Parlindungan Purba. Acara itu juga terhubung melalui video konferensi dengan perwakilan perusahaan-perusahaan Jepang.
Bobby mengatakan, pembuangan sampah utama dari Kota Medan saat ini adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun di kawasan Medan Marelan. Sebanyak 83 persen atau sekitar 1.595 ton sampah dibuang setiap hari ke TPA itu. Sampah berasal dari 2,85 juta penduduk Medan yang meningkat menjadi 4 juta pada pagi hingga siang hari.
Wali Kota Medan Bobby A Nasution memaparkan kondisi Tempat Pembuangan Akhir Terjun yang sudah penuh di Medan, Sumatera Utara, Senin (29/11/2021). Bobby menawarkan kerja sama pengolahan sampah kepada Jepang.
Jika tidak ada transformasi pengolahan sampah, kata Bobby, TPA Terjun akan penuh dalam 23 tahun ke depan dengan ketinggian tumpukan sampah mencapai 15 meter. ”Karena itu, Pemerintah Kota Medan menargetkan pengurangan volume sampah 30 persen dan 70 persen sisanya harus menjadi sampah tertangani,” kata Bobby.
Bobby mengatakan, saat ini dilakukan kajian penanganan sampah kota untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar pengganti bahan bakar berbasis fosil. Teknologi yang disiapkan yakni pemrosesan sampah menjadi refuse derived fuel (RDF) dan solid recovered fuel (SRF). Dua teknologi ini dinilai cocok untuk diterapkan di TPA Terjun.
”RDF adalah bahan bakar dari sampah yang telah melalui proses pemilahan dan homogenisasi menjadi ukuran butiran kecil,” kata Bobby. SRF punya prinsip yang sama, tetapi menghasilkan bahan dengan kualitas yang lebih tinggi dan kalor yang lebih besar. Kedua bahan bakar ini bisa menggantikan bahan bakar fosil untuk membangkitkan listrik.
Transportasi kota
Bobby juga menawarkan investasi di sektor transportasi kota kepada Jepang khususnya untuk pembangunan kereta ringan (LRT) dan angkutan bus cepat (BRT). ”Kemacetan di Medan mengkhawatirkan dan akan bertambah parah di masa depan karena itu harus dibangun transportasi massal,” kata Bobby.
Bobby menyebut, pemerintah berencana membangun LRT sepanjang 17,3 kilometer yang melintang dari selatan (kawasan Lau Cih) hingga ke utara (Aksara). LRT pun akan terintegrasi dengan jalur BRT yang membentang dari timur (Amplas) hingga ke barat (Pinang Baris).
KOMPAS/AUFRIDA WISMI WARASTRI
Warga menggunakan Bus Trans Metro Deli di Medan, Sumut, Kamis (3/11/2020). Pembangunan transportasi massal mendesak di Medan karena kemacetan yang samakin parah.
Selain di bidang transportasi dan pengolahan sampah, Bobby juga membuka investasi untuk sektor pembangunan kota cerdas, convention centre, kawasan industri Belawan dan Seruai, rumah sakit, kebun binatang, dan pembangunan gedung parkir modern.
Takonai mengatakan, perusahaan Jepang sangat tertarik berinvestasi di bidang pengolahan sampah di Medan. Mereka juga sudah mulai menjajakinya dengan sosialisasi dan edukasi pengolahan sampah. ”Namun karena pandemi Covid-19, program itu masih terhenti. Ke depan, program kerja sama pengolahan sampah akan berlanjut kembali,” katanya.
Takonai mengatakan, investasi di Sumut akan dilakukan dalam skema bisnis ke bisnis. Pertemuan itu pun dihadiri perwakilan perusahaan-perusahaan Jepang untuk melihat peluang investasi di Medan.
Takonai menyebut, perusahaan-perusahaan Jepang berkontribusi 8,5 persen terhadap produk domestik bruto Indonesia dan membuka 7,5 juta lapangan kerja di seluruh Indonesia pada tahun 2018. Perusahaan Jepang pun berkontribusi 20 persen terhadap total nilai ekspor Indonesia.
Parlindungan mengatakan, Jepang tertarik berinvestasi di Sumut dengan semakin mudahnya perizinan dan infrastruktur yang baik. Investasi di Sumut saat ini ditopang jalan tol, Bandara Internasional Kualanamu, dan kawasan industri yang semakin baik.
”Peluang investasi sangat besar, tinggal pendanaannya saja,” kata Parlindungan.