Prosesi Budaya dalam Penebaran Dua Kuintal Ikan di Sungai Serayu
Pengembangan Kota Lama Banjoemas terus dilakukan. Sebanyak dua kuintal bibit ikan ditebar di Sungai Serayu dengan sejumlah prosesi. Selain untuk pelestarian lingkungan, kegiatan ini diharapkan bisa menunjang wisata.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Sebanyak dua kuintal bibit ikan jenis melem (Osteochilus vittatus) ditebar di Sungai Serayu, Desa Kedunguter, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (28/11/2021). Selain untuk pelestarian lingkungan, penebaran ikan dikemas dengan prosesi dan arak-arakan andong untuk menarik minat wisatawan. Pemerintah kabupaten mengalokasikan anggaran Rp 2 miliar pada 2022 untuk pengembangan wisata Kota Lama Banjoemas.
”Penebaran ikan ini sebagai wujud bakti kepada bumi sekaligus kelanjutan dari wisata Kota Lama Banjoemas,” kata Ketua Panitia Tebar Ikan Hari Mulyono, Minggu.
Hari menyampaikan, kegiatan ini digelar atas kolaborasi sejumlah komunitas seni, budaya, gowes, juga pemerhati sejarah Banyumas. Komunitas itu antara lain Lempeng Parimas, Lare Pandawa, Goramas, Yayasan Dalang Nawan, RAPI, dan Gowes SAP Pitu.
Acara seremoni dilaksanakan di Pendopo Duplikat Sipanji di Kecamatan Banyumas. Dari sana, rombongan membawa ikan dengan tujuh andong menuju tepi Sungai Serayu dengan jarak sekitar 1,5 kilometer.
Di tepi Serayu, penebaran bibit ikan dilakukan di sekitar lokasi yang akan menjadi dermaga wisata. Janur kuning menghiasi sekitar bantaran sungai. Di sana dilantunkan doa-doa dari para sesepuh. Sejumlah sesaji seperti aneka kembang, rokok, dan kemenyan dilarung di sungai.
Prosesi juga diiringi oleh tujuh perawan berbusana hijau dan berdandan bak penari Jawa. Tujuh perawan itu diwakili oleh remaja putri dari SD dan SMP sekitar.
Sejumlah sesaji seperti aneka kembang, rokok, dan kemenyan dilarung di sungai.
Bupati Banyumas Achmad Husein menyampaikan, pada 2022 dianggarkan Rp 2 miliar untuk pengembangan wisata Kota Lama Banjoemas. Sebanyak Rp 1 miliar akan dipakai untuk kegiatan aneka festival, Rp 800 juta untuk pembangunan infrastruktur, dan Rp 200 juta untuk keperluan kepanitiaan dan juga studi banding.
Husein menyebutkan, pemerintah daerah juga akan membeli kapal wisata yang bisa beroperasi pada siang dan malam hari mengingat sejumlah dermaga Sungai Serayu tengah dibangun. Salah satunya akan dibangun oleh Kementerian Perhubungan.
Selain untuk wisata, dermaga ini juga akan dipakai untuk menunjang sarana transportasi warga sekitar.
Herman, salah satu tokoh masyarakat Banyumas, menyampaikan, rencana pengembangan wisata di Serayu dan Banyumas sudah ada sejak 10-15 tahun lalu dan mulai mewujud saat ini. Selain untuk mengembangkan wisata, kegiatan pada saat ini juga diharapkan bisa turut memulihkan ekosistem sungai yang mulai rusak akibat penyetruman.
Ikan-ikan yang ditebar merupakan hasil pemijahan oleh komunitas Lare Pandawa yang peduli pada pelestarian Sungai Serayu.
Dari catatan Kompas.id (26/11/2020), di Kecamatan Banyumas ada 54 bangunan cagar budaya. Cagar budaya yang berada di bawah tanggung jawab pemerintah daerah ada 20 unit. Kondisinya secara umum masih utuh, tetapi sekitar 10 persen perlu perhatian khusus.
Di kawasan ini juga terdapat Museum Wayang Banyumas, sentra pembuatan batik, serta Rumah Lengger yang menjadi tempat berlatih aneka kesenian Banyumas.