Peletakan batu pertama proyek penataan Kota Pusaka Lasem telah dilakukan pada 3 September 2021. Perlu pembenahan SDM agar masyarakat siap dengan keadaan yang serba berubah cepat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
KOMPAS/DENTY PIAWAI NASTITIE
Suasana di dekat Pesantren Kauman di Desa Karangturi, Lasem, Rembang, Jateng, Kamis (27/5/2021). Lasem disiapkan sebagai kawasan cagar budaya nasional karena berhasil mempertahankan bangunan-bangunan bersejarah yang usianya sudah lebih dari 200 tahun.
REMBANG, KOMPAS — Sumber daya manusia perlu disiapkan dalam mewujudkan Lasem di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, sebagai Kota Pusaka. Sinergi antara pemerintah, warga, serta komunitas perlu dijaga agar upaya pembangunan memperhatikan dan menyentuh semua aspek di daerah berjuluk ”Tiongkok Kecil” itu.
”Kami berharap Lasem kembali bersinar. Namun, memang perlu pembenahan SDM agar masyarakat siap dengan keadaan yang serba berubah cepat. Bukan menjadi modern, tetapi kota yang terus tumbuh dengan kebudayaannya,” kata Ketua Yayasan Lasem Heritage Gilang Surya Saputra saat dihubungi dari Semarang, Minggu (28/11/2021).
Peletakan batu pertama proyek penataan Kota Pusaka Lasem telah dilakukan pada 3 September 2021. Pembangunan yang didukung Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tersebut akan dilakukan dalam tahun jamak (multiyears) hingga Agustus 2022.
Dikutip dari situs Pemerintah Kabupaten Rembang, penataan dilakukan di kawasan Alun-alun Lasem dengan luas 13.467 meter persegi. Rinciannya, tanah alun-alun seluas 2.350 meter persegi, tanah area pasar seluas 3.000 meter persegi, dan tanah area Masjid Lasem seluas 8.177 meter persegi.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Salah satu rumah tua berusia ratusan tahun dengan penghuninya di Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Selasa (25/5/2021). Rumah tua bergaya arsitektur campuran antara Tionghoa dan indis di Lasem mulai banyak direvonasi dan dilestarikan kembali setelah mengundang banyak perhatian berbagai komunitas.
Gilang mengatakan, Lasem memiliki riwayat panjang dalam sejarah Indonesia, tetapi secara administratif kemudian hanya menjadi sebuah kecamatan yang terletak di pesisir utara Jateng.
Padahal, di kawasan tersebut terdapat deretan bangunan kuno dengan gaya Tionghoa. Ada lebih dari 200 bangunan bersejarah yang berusia lebih dari 200 tahun. Batik Lasem, dengan kekhasan warna merah mencolok, menjadi salah satu kekayaan budaya dari Lasem yang masih bertahan hingga kini.
Kini, semua elemen tengah bersama-sama mengangkat Lasem sebagai Kota Pusaka. Oleh karena itu, sejumlah kegiatan yang melibatkan anak muda, juga pemberdayaan masyarakat, digalakkan.
Menurut Gilang, kegiatan komunitas di Lasem sudah dimulai sejak 2010. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, denyut aktivitas komunitas semakin terasa setelah muncul gerakan Kesengsem Lasem pada 2015, yang mengekspos segala hal tentang budaya dan masyarakat Lasem.
Kompas/AGUS SUSANTO
Priscilla Renny memperlihatkan motif batik sekar jagad di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (24/5/2018). Renny berjuang melestarikan batik tulis Lasem. Generasi ke-5 keturunan Ong itu membuat ulang (reproduksi) batik Lasem yang hampir punah dengan isen-isen, isian dalam motif batik, lebih variatif.
Yayasan Lasem Heritage juga tak berhenti menggelar kegiatan di Lasem. ”Pada Mei-Juni 2020, kami membuat program Pasar Rakyat Lasem untuk membantu penjualan UMKM, bekerja sama dengan Mas Didiet Maulana (desainer). Kini, kami masih menggelar berbagai kegiatan, termasuk kelas pelestarian,” katanya.
Pada 8-14 November 2021, dengan dukungan Program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Kemendikbudristek, digelar Pameran ”Cerita Nyah Lasem” yang mempertemukan para seniman lokal dengan luar wilayah. Sementara pada 25 November-5 Desember 2021 digelar Pameran Fotografi Tridaya, bekerja sama dengan LKBN Antara dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Semarang.
Pada 25 November-5 Desember 2021 digelar Pameran Fotografi Tridaya, bekerja sama dengan LKBN Antara dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Semarang.
Kepala Desa Karangturi, Lasem, Muhari mengemukakan, pihaknya menyambut baik penataan Kota Pusaka Lasem oleh pemerintah pusat mulai tahun ini. Selain menyiapkan SDM, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan kelompok sadar wisata setempat guna mengembangkan wisata, khususnya terkait kebudayaan.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Kesadaran terhadap pelestarian bangunan cagar budaya mulai dilakukan, seperti terhadap sebuah bangunan yang dinamai Tiongkok Kecil Lasem di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2016).
Menurut dia, ada 30 lebih bangunan kuno di Karangturi yang selama ini menjadi daya tarik. ”Memang ada beberapa yang kecolongan, artinya sudah dibeli orang lain, padahal bangunan tersebut bernilai sejarah. Kami berkomitmen untuk menjaga kelestarian bangunan-bangunan di sini,” jelas Muhari.
Ia menambahkan, tak hanya wisata budaya, akan dikembangkan juga wisata lainnya, termasuk berkaitan dengan alam. Destinasi tersebut nantinya akan dipusatkan di tepi Sungai Dasun di wilayah Karangturi. Diharapkan, roda perekonomian di Karangturi ataupun Lasem semakin kencang berputar.
Bupati Rembang Abdul Hafidz meminta masyarakat mendukung penuh pembangunan itu. ”Sekiranya ada hal yang perlu dikonsultasikan, disampaikan saja. (Sebab) ini merupakan sesuatu yang harus dijalankan,” katanya.
Perajin menyelesaikan pembuatan motif batik pada lembaran kain di Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Selasa (25/5/2021). Batik tiga negeri menjadi salah satu ciri khas kuat yang selalu ditampilkan oleh perajin secara turun-temurun di Lasem.