Olahraga telah mengangkat derajat hidup kaum disabilitas mencapai kesetaraan. Semula dipandang tak bernilai, bahkan terbuang, kini menjadi panutan dan tumpuan lewat prestasi.
Oleh
Irma Tambunan
·4 menit baca
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Nazmiati (38) meraih tiga medali emas dari ajang Pekan Paralimpade Nasional (Peparnas) di Papua. Prestasi kemenangan ditorehkannya dari nomor lari cepat 200 meter, 400 meter, dan lempar lembing. Nazmiati sewaktu singgah di Stadion Mini Telanaipura, Jambi, Senin (22/11/2021).
Kepulangan Nazmiati (38) membawa emas ke kampung halaman disambut hangat semua keluarga. Tak ada yang mengira, si anak ”terbuang” itu telah mendatangkan oleh-oleh sangat berharga. Oleh-oleh berupa tiga medali emas sekaligus yang diraihnya dari ajang Pekan Paralimpade Nasional (Peparnas) di Papua.
Prestasi kemenangan yang ditorehkannya dari nomor lari cepat 200 meter, 400 meter, dan lempar lembing itu bukan tanpa perjuangan. Masa pandemi Covid-19 tak membuatnya patah semangat. Ia terus berlatih di lapangan nyaris tanpa henti.
Selama persiapan menjelang keberangkatan ke Peparnas, awal November lalu, dirinya diunggulkan untuk meraih 1 emas pada nomor lempar lembing. Namun, dalam hatinya, Nazmiati bertekad mendulang emas-emas lainnya. Itulah yang dimanfaatkan sewaktu mendapat kesempatan untuk turun pada dua nomor lomba lainnya, yakni lari 200 meter dan 400 meter.
Pada final 400 meter, suara sang pelatih, Khaidir, terus meraung-raung di telinganya. Teriakan penyemangat itu jadi pemompa semangat. Langkahnya pun melecit.
Pada nomor 400 meter Kelas T37, ia mengungguli lawan hingga jarak hampir 100 meter jauhnya. Catatan waktu tercetak 1:29:07. Selisih waktu dengan pelari di belakangnya mencapai lebih dari 12 detik.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Nazmiati (38) meraih tiga medali emas dari ajang Pekan Paralimpade Nasional (Peparnas) di Papua. Prestasi kemenangan ditorehkannya dari nomor lari cepat 200 meter, 400 meter, dan lempar lembing. Nazmiati sewaktu singgah di Stadion Mini Telanaipura, Jambi, Senin (22/11/2021).
”Senang bisa pulang bawa (medali) emas,” ujarnya, Senin (22/11/2021).
Setibanya di kampung halamannya di Desa Durian Luncuk, Kabupaten Batanghari, 120 kilometer dari Kota Jambi, ia disambut semua keluarga. Namanya dielu-elukan di desa.
Sepanjang hidupnya, Nazmiati menyandang Celebral palsy, kerusakan otak yang mengganggu koordinasi gerak pada tubuhnya. Dalam keseharian, ia cenderung lambat mencerna dan lambat bergerak. Tangan kirinya mengalami hambatan pertumbuhan dan koordinasi gerak.
Karena kondisi itulah, Nazmiati kerap menjadi bahan ejekan anak-anak sebaya. Berbagai julukan tak manusiawi dan cemooh pun disematkan hingga sering kali mengundang tangisnya.
Nazmiati (38) meraih tiga medali emas dari ajang Pekan Paralimpade Nasional (Peparnas) di Papua. Prestasi kemenangan ditorehkannya dari nomor lari cepat 200 meter, 400 meter, dan lempar lembing. Nazmiati sewaktu singgah di Stadion Mini Telanaipura, Jambi, Senin (22/11/2021).
Orangtuanya pun tak mampu membawa Nazmiati menjalani terapi. ”Emak (buruh) penyadap karet,” katanya. Adapun ayahnya telah meninggal sejak dirinya masih mengenyam pendidikan sekolah dasar. Tak lama selepas berpulangnya sang ayah, Nazmiati putus sekolah. Kala itu ia masih berada di Kelas III SD.
Lembaran hidup Nazmiati berubah tahun 2010. Kala itu ia tengah mengikuti kursus menjahit yang diselenggarakan dinas sosial setempat. Di tengah kursus, ia didatangi Eka Rosa Hybrida, atlet para nasional dan juga Ketua National Paralympic Kabupaten Batanghari.
Eka menawarinya menggeluti dunia olahraga, Nazmiati berpeluang menghidupi keluarga besarnya jika mampu membuat prestasi. Tawaran itu serta-merta menariknya.
Selepas kepulangan dari Peparnas di Papua, sejumlah atlet Paralimpik berkumpul di Stadion Mini Telanaipura, Jambi, Senin (22/11/2021). Capaian prestasi atlet pada Peparnas tahun ini melampaui target dengan mengantar Jambi memperoleh 9 medali emas, 11 perak, dan 12 perunggu.
Tempat tinggal Nazmiati di Desa Durian Luncuk, Kecamatan Batin XXIV, Kabupaten Batanghari, terbilang jauh dari ibu kota Muara Bulian. Berjarak lebih dari 60 kilometer. Awalnya ia diantar oleh sang ibu, Muzaidah, ke Muara Bulian. Di kota itu, ia dititipkan di rumah salah satu keluarga.
Melihat potensi besar pada sang atlet, Sekretaris NPC Batanghari M Yusuf menawarinya menumpang di markas NPC itu bersama sejumlah atlet disabilitas lainnya. ”Ia puya tekad kuat untuk maju. Tak mudah menyerah," kata Yusuf.
Senang bisa pulang bawa (medali) emas.
Sejak itu pula prestasinya terus berkembang pesat. Pada PON 2016, ia meraih dua perunggu pada lari 200 meter dan 400 meter. Berlanjut tiga emas pada Kejurnas 2017.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Pasangan suami istri Abdul Hamid dan Eka Rosa Hybrida meraih emas dan perak dari cabang atletik pada ajang Pekan Paralimpade Nasional (Peparnas) di Papua. Keduanya sewaktu singgah di Stadion Mini Telanaipura Jambi, Senin (22/11/2021).
Prestasi serupa dicetak Abdul Hamid, atlet penyandang tunadaksa yang meraih medali emas nomor lempar cakram pada Peparnas lalu. Hamid yang juga tumbuh dari keluarga ekonomi lemah kini memapu menghidupi keluarga besarnya. Bahkan, adiknya pun kini terjun pula menjadi atlet dan turun pada Peparnas lalu.
Capaian prestasi itu bukan semata perjuangan diri sendiri. Para pelatih dan pengurus NPC memberi andil besar bagi tercetaknya prestasi atlet disabilitas. Dalam kondisi keterbatasan fisik dan mental, mereka terus dimotivasi.
Dengan keberagaman batas fisik atlet, pelatih menghadapi tantangan besar. Salah sedikit saja dalam berkomunikasi, atlet mudah tersinggung atau sedih. Jika sudah begitu, butuh waktu untuk merehabilitasi emosi serta membangun kembali motivasi.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Atlet Paralimpiade asal Jambi, Abdul Hamid, di Stadion Mini Telanaipura, Jambi, Senin (22/11/2021). Ia meraih emas dari cabang atletik pada ajang Pekan Paralimpade Nasional (Peparnas) di Papua.
Pelatih dan pengurus meyakini dalam menjalani masa latihan, tak ada permakluman selain menanamkan disiplin kuat. Tekad itulah yang mereka tunjukkan pada masa pandemi Covid-19, para atlet tetap berlatih di lapangan. Ancaman penyebaran virus diantisipasi lewat latihan keras dan asupan yang seimbang. Alhasil hingga kini tak satu atlet disabilitas pun terpapar virus korona baru.
Terlebih lagi pada Peparnas di Papua lalu, Provinsi Jambi berhasil mencetak prestasi melampaui target. Jambi menargetkan perolehan enam medali emas pada Peparnas. Hasilnya, kontingen itu meraih 9 medali emas, 11 perak, dan 12 perunggu.
Pengurus NPC Provinsi Jambi M Usman mengatakan, tekad kuat agar kaum disabilitas mendapatkan pengakuan setara dengan kaum nondisabilitas terus didorong. Semangat itu digaungkan pada dunia luar. Begitu pula lingkungan para atlet disabilitas sendiri. Dengan cara apa? pun Dengan terus berlatih. Karena prestasi yang unggul hanya mungkin didapat dari perjuangan keras,” katanya.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Atlet Paralimpiade asal Jambi, Abdul Hamid, di Stadion Mini Telanaipura Jambi, Senin (22/11/2021). Ia meraih emas dari cabang atletik pada ajang Pekan Paralimpade Nasional (Peparnas) di Papua.