Banjir Bandang Terjang Delapan Desa di Garut, 285 Warga Mengungsi
Delapan desa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, diterjang banjir bandang. Sejumlah 285 warga mengungsi. Adapun longsor yang terjadi di Kabupaten Bandung menyebabkan seorang anak balita tewas.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir bandang menerjang delapan desa di Kecamatan Sukawening dan Karangtengah, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (27/11/2021). Sejumlah 285 jiwa mengungsi. Adapun longsor yang terjadi di Kabupaten Bandung menyebabkan seorang anak balita tewas.
Banjir luapan Sungai Citameng di Garut setinggi 1,5 meter yang dipicu hujan lebat itu melanda permukiman warga sekitar pukul 15.00. Tiga jam berselang, banjir surut menyisakan lumpur.
Banjir itu merusak ratusan rumah lima jembatan, sejumlah kendaraan, tempat ibadah, perkebunan warga, dan fasilitas umum lainnya juga terdampak.
Warga pun bergotong royong membersihkan material sisa banjir, Minggu (28/11/2021). Pemerintah daerah menetapkan tanggap darurat bencana selama tujuh hari untuk menanggulangi dampak banjir bandang.
”Korban jiwa tidak ada. Satu rumah hanyut dan dua rusak berat,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Dani Ramdan saat meninjau lokasi banjir bandang.
Di Kecamatan Sukawening, banjir bandang melanda Desa Sukawening, Mekarwangi, Sukamukti, Mekarhurip, dan Mekarluyu. Tiga desa lainnya yang diterjang banjir terletak di Kecamatan Karangtengah, yakni Desa Cinta, Cintamanik, dan Caringin.
Pengungsi terdiri dari 40 warga Desa Cinta, 120 warga Cintamanik, 60 warga Caringin, dan 65 warga Sukamukti. Mereka mengungsi di sejumlah lokasi, seperti gedung sekolah, pesantren, dan masjid.
Dani menuturkan, di masa tanggap darurat, pihaknya terlebih dahulu menormalisasi saluran air. ”Agar aliran air normal kembali. Petugas juga ikut membantu membersihkan rumah-rumah warga,” ucapnya.
Pihaknya belum dapat menyimpulkan penyebab bencana itu. Namun, banjir bandang didahului hujan lebat yang mengguyur kawasan tersebut pada Sabtu siang.
Banjir bandang di kawasan itu baru pertama kali terjadi. Alih fungsi lahan di hulu diduga turut memicu bencana tersebut.
”Faktor kerusakan alam masih dikaji. Ini terjadi begini (banjir bandang) pasti ada sedimentasi dan terjadi erosi. Biasanya akibat kerusakan di hulu,” ujarnya.
Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, pengerukan sungai dan saluran air akan dilakukan untuk meningkatkan daya tampungnya. Material sisa banjir segera dibersihkan agar masyarakat dapat beraktivitas kembali.
”Secara kasat mata dari atasnya (aliran air) besar di hulu. Ada penyempitan di sini (permukiman) sehingga datangnya air begitu besar. Saya minta ada sodetan di sini,” ujarnya.
Menurut Uu, banjir bandang di kawasan itu baru pertama kali terjadi. Alih fungsi lahan di hulu diduga turut memicu bencana tersebut.
”Memang hujan cukup ekstrem. Namun, kalau jalur air dan resapan air tidak terganggu, kemungkinan tidak akan terjadi seperti ini (banjir bandang),” ujarnya.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, berdasarkan pantauan citra satelit, terpantau sel-sel awan konvektif mulai tumbuh pada Sabtu pukul 13.20 di Sumedang. Kemudian meluas menutupi wilayah Kabupaten Garut dan Kota Bandung.
Suhu puncak awan berkisar minus 80 derajat celsius hingga minus 100 derajat celcius. Hal itu mengindikasikan potensi terjadinya hujan di kawasan tersebut.
Stasiun cuaca otomatis (AWS) Jatinangor, Sumedang, mencatat intensitas hujan pada pukul 13.50-14.50 mencapai 48 milimeter. Sementara itu, hingga pukul 17.20, stasiun cuaca Cibiuk, Garut, mencatat curah hujan 9,4 mm.
Kepala Stasiun Klimatologi Bogor Indra Gustari melalui keterangan tertulis, menyebutkan, berdasarkan analisis kondisi dinamika atmosfer, perairan sekitar Jabar hangat dengan suhu 28-30 derajat celsius. Kondisi itu mendukung potensi penguapan di kawasan tersebut.
”Terdapat pola konvergensi, belokan, dan perlambatan angin serta pertemuan angin (konfluensi) yang melewati wilayah Jabar. Hal ini menyebabkan suplai massa udara signifikan,” ujarnya.
Berdasarkan peta prakiraan wilayah potensi gerakan tanah Pusan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, pada November 2021 Kecamatan Sukawening memiliki potensi tinggi gerakan tanah dan dapat memicu banjir bandang.
Balita tertimbun longsor
Sementara itu, seorang anak balita tewas akibat tertimbun longsor di Desa Cukang Genteng, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Sabtu malam. Kedua orangtua anak balita tersebut mengalami luka ringan.
Longsor disebabkan hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sekitar pukul 13.00. Akibatnya, tebing setinggi 3 meter di samping rumah korban labil dan longsor menimpah rumah korban.
Banjir juga menggenangi rel kereta api di petak jalan Cimekar-Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu sore. Imbasnya, perjalanan KA lokal Bandung Raya, Kutojaya Selatan, Argo Wilis, Turangga, Pasundan, dan Malabar sempat tertahan. Setelah genangan surut, jalur itu kembali dapat dilalui dengan kecepatan 5 kilometer per jam pada pukul 20.33.
Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi 2 Bandung Kuswardoyo mengatakan, banjir disebabkan meluapnya Sungai Cikeruh. Salah satu tanggul sungai itu jebol sehingga airnya menggenangi rel dengan ketinggian 10 sentimeter.
”Tadi kami pasang semboyan 3 atau tidak bisa dilalui di lokasi tersebut pada pukul 16.07. Dinyatakan bisa dilewati kembali dengan kecepatan terbatas 5 km per jam pada pukul 20.33,” ujarnya.
Arus banjir yang cukup deras membawa sampah kayu, botol plastik, dan lainnya. Selain membersihkan sampah, petugas juga harus menunggu banjir surut agar rel dapat dilalui.