Reboisasi di Kawasan Tahura R Soerjo Libatkan Mahasiswa
Sebagai kawasan konservasi, Tahura R Soerjo memiliki lahan terbuka, yang salah satunya terjadi akibat kebakaran lahan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Suasana obyek wisata Sumber Air Panas Cangar di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, Kamis (25/11/2021).
BATU, KOMPAS — Lahan terbuka dan bekas kebakaran seluas 140 hektar di Taman Hutan Raya R Soerjo, Jawa Timur, segera dihijaukan kembali dengan melibatkan mahasiswa Universitas Negeri Surabaya. Reboisasi berada di tujuh titik di kawasan penyangga tahura.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Jumadi mengatakan, pepohonan di tujuh titik tersebut perlu dirapatkan kembali, yang sebelumnya terbuka, salah satunya akibat bencana kebakaran hutan dua tahun lalu.
”Jadi, kita pulihkan kembali hutannya,” ujar Jumadi di sela-sela kegiatan Gotong Royong Nanduri Gunung-Peluncuran Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Desa-desa Penyangga Taman Hutan Raya (Tahura) R Soerjo, Kamis (25/11/2021), di kawasan wisata Sumber Air Panas Cangar, Kota Batu.
Ketujuh titik reboisasi tersebar di 11 resor di Kabupaten Mojokerto dan Batu. Secara keseluruhan, ada 56.000 bibit pohon yang ditanam, seperti eukaliptus dan cemara gunung. Vegetasi ini dinilai cocok untuk daerah setempat.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Kegiatan menanam bibit pohon secara simbolis dalam Gotong Royong Nanduri Gunung-Peluncuran Kuliah Kerja Nyata Tematik Universitas Negeri Surabaya, Kamis (25/11/2021), di kawasan wisata Sumber Air Panas Cangar, Kota Batu.
Pemerintah sebagai fasilitator, kata Jumadi, ingin agar Tahura R Soerjo sebagai sumber daya hayati terpelihara ekosistemnya sehingga bisa berkelanjutan. Adapun keterlibatan mahasiswa—melalui program KKN—dibutuhkan agar mereka bisa mengajak masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan.
”Dengan demikian, dari upaya itu, masyarakat akan bisa berpartisipasi merawat dan mendapatkan jasa lingkungan. Misalnya, mereka mendirikan sesuatu di kawasan (hutan) dengan tetap memperhatikan kaidah konservasi,” katanya.
Tahura R Soerjo merupakan kawasan konservasi dengan luas 27.868,3 hektar (ha). Wilayahnya berada di gugusan kompleks Pegunungan Arjuno-Welirang-Anjasmoro dengan batas administrasi masuk wilayah Kabupaten Malang, Pasuruan, Mojokerto, Jombang, Kediri, dan Kota Batu.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Tahura R Soerjo, Ahmad Wahyudi, memaparkan beberapa masalah dalam pengelolaan kawasan, antara lain gangguan keamanan hutan seperti perburuan satwa, kebakaran hutan, perladangan, serta keterbatasan jumlah sumber daya manusia untuk pengelola hutan, dan sarana mobilitas/operasional.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Petani beraktivitas di lahan, Kamis (25/11/2021), tidak jauh dari obyek wisata Sumber Air Panas Cangar, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, beberapa kilometer setelah memasuki gapura Taman Hutan Raya R Soerjo.
Saat ini area terbuka di kawasan Tahura R Soerjo mencapai 5.300 ha atau 19 persen dari luas kawasan. Untuk mengatasi berbagai kebakaran hutan, kelompok sukarelawan dan masyarakat peduli api telah dibentuk, yang disiapkan untuk upaya pencegahan dan penanggulangan.
Adapun untuk percepatan pemulihan ekosistem pada area terbuka telah digalang kerja sama dengan kelompok masyarakat pengguna air untuk melakukan kegiatan penanaman berkesinambungan.
Selain penghijaun oleh mahasiswa KKN Unesa, menurut Wahyudi, pemulihan ekosistem juga dilakukan pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Kabupaten Malang. Mereka akan menanam 65.000 batang. Bersama masyarakat juga telah dilakukan penanaman 6.125 bibit di 13 lokasi.
Adapun untuk rehabilitasi hutan dan lahan di Jawa Timur pada 2021 telah dilakukan penanaman seluas 400 ha dengan jumlah 183.800 batang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan seluas 9.021 ha dengan jumlah 500.200 bersumber dari dana alokasi khusus.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Sebuah permukiman diapit hutan di sisi kiri (kaki Gunung Arjuno) dan kawasan pertanian di sisi kanan (bukit) di hulu Kota Batu, Jawa Timur, beberapa meter setelah memasuki gapura Taman Hutan Raya R Soerjo. Foto diambil pada Kamis (25/11/2021).
Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan, berkaca pada banjir bandang pada 4 November 2021, ada hal-hal yang harus dilakukan bersama. Banjir bandang yang terjadi di alur sungai mati itu menewaskan tujuh warga dan merusak sejumlah rumah di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Menurut Dewanti, meski Kota Batu telah memiliki beberapa kebijakan terkait dengan lingkungan, seperti Program Satu Nama Satu Pohon dan Sapu Bersih Nyemplung Kali, tetap dibutuhkan kerja sama dengan pemerintah provinsi, dinas/badan yang menangani hutan dan lingkungan, serta masyarakat.
Adapun Nurhasan, Rektor Universitas Negeri Surabaya, berpendapat, mahasiswa yang diterjunkan ke masyarakat penyangga tahura tidak hanya menanam, tetapi juga berkolaborasi dengan warga setempat. Mereka terlibat dalam edukasi dan pelatihan mitigasi.
”Sebagai perguruan tinggi, Unesa berusaha mengingatkan jangan sampai terjadi bencana dulu baru bergerak. Kita harus bergerak lebih dulu,” ucapnya.