Lagu Koplo hingga Gim Daring, Siasat Pelari Menepis Bosan di Karantina
Kebosanan menyertai para pelari elite yang akan mengikuti Borobudur Marathon 2021. Rasa bosan coba ditepis dengan sejumlah kegiatan, seperti menonton film, mendengarkan lagu dangdut koplo, dan bermain gim daring.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
Kejenuhan mulai menghinggapi para atlet yang akan berlaga dalam Borobudur Marathon 2021 Powered by Bank Jateng, Sabtu (27/11/2021). Apalagi, mereka menjalani karantina dengan konsep gelembung atau bubble demi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Beragam cara dilakukan untuk mengusir penat.
Sayup-sayup terdengar suara rekaman Deny Caknan dari salah satu kamar di Hotel Puri Asri, Kota Magelang, Jawa Tengah, Kamis (25/11/2021). Tembang andalan penyanyi asal Ngawi berjudul ”Satru” tengah diputar penghuni kamar tersebut. ”Senggakan” atau irama sorak-sorak dari lagu berbahasa Jawa itu tak luput terlantun.
Pintu kamar diketuk. Seorang pria berambut cepak keluar dari balik pintu. Lagu dangdut koplo kian terdengar keras. Kemeriahannya memecah kesunyian kompleks hotel yang sebelumnya lebih sering menyuguhkan bunyi gesekan ranting daun dan aliran air sungai.
”Memang saya suka lagu koplo berbahasa Jawa seperti ini. Tidak terlalu hafal lagunya sebenarnya. Tetapi, lagu-lagunya memang enak didengar dan meriah,” kata Musa (24), penghuni kamar yang memutar lagu tersebut.
Musa adalah salah seorang pelari elite yang akan mengikuti ”Elite Race Borobudur Marathon 2021”, Sabtu (27/11/2021) nanti. Ia telah tiba sejak Rabu (24/11/2021) malam. Begitu tiba, pengetesan dengan metode polymerase chain reaction (PCR) wajib dijalaninya. Tes itu untuk memastikan si pelari tidak terpapar Covid-19 sebelum mengikuti lomba lari jarak jauh tersebut.
Setelah tes PCR dijalani, Musa resmi memasuki gelembung pelari elite. Gelembung itu merupakan tempat bagi para atlet menjalani karantina. Kebijakan ini ditempuh karena lomba digelar di tengah pandemi. Karantina bertujuan menghindarkan para pelari elite dari penularan Covid-19.
Dalam lomba kali ini, Musa harus menjalani karantina sejak tiga hari sebelum lomba. Tak dimungkirinya, rasa bosan acap muncul selama masa tersebut. Bagi dia, menonton video pertunjukan dangdut koplo merupakan salah satu cara mengusir rasa bosan tersebut.
Menurut dia, asrinya kompleks hotel juga dimanfaatkan untuk membuat perasaan jenuh tak mendekatinya. Sebab, hotel yang menjadi lokasi karantina dikelilingi pepohonan hijau nan rindang. ”Lokasi karantinanya enak. Pemandangannya bagus. Jadi, biar tidak jenuh-jenuh amat, jalan-jalan di dekat kamar saja sudah menyegarkan,” kata Musa, yang finis keempat dalam nomor maraton pada gelaran PON 2021 di Papua, Oktober lalu.
Lain halnya dengan pelari elite asal Sumatera Utara, Anjellika BR Ginting (22). Untuk menepis kebosanan, ia memilih menonton film. Buat dia, kegiatan tersebut bisa membuatnya lebih rileks.
Pasalnya, Anjel, sapaan akrab Anjellika, datang dari tempat jauh. Terlebih, penerbangannya sempat mengalami penundaan selama enam jam di Bandara Kualanamu, Medan. Datang sejak pukul 06.00, ia baru bisa terbang sekitar pukul 12.00 menuju Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.
Ia baru melanjutkan penerbangan lagi sekitar pukul 17.00 dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Yogyakarta. Sekitar pukul 19.00, ia baru sampai hotel. ”Sampai sini (hotel), saya langsung tidur,” kata Anjel sambil menonton film dari ponselnya di teras kamar.
Selain menonton film, Anjel juga mengisi kekosongan selama karantina dengan bermain gim daring, yakni Mobile Legends. Gim berjenis multiplayer online battle arena itu menemaninya mengusir kesepian. Bahkan, ia sempat bermain dengan peserta lain, yakni Musa.
”Sudah kenal lebih dulu dengan Bang Musa. Jadi, tahu kalau dia ikut lomba ini. Kami saling ketemu. Kami juga main gim bersama tadi,” tutur Anjel.
Telepon keluarga
Sementara itu, Suwandi (29), pelari asal Nusa Tenggara Barat, lebih memilih menghabiskan waktu di kamar untuk beristirahat selama masa karantina. Menonton televisi di kamar hotel sudah cukup membuatnya terhibur. Sesekali ia juga menelepon istri dan putrinya untuk mengobati rindu.
Keinginan Suwandi mengoptimalkan waktu istirahat bukan tanpa alasan. Ia ingin memulihkan kondisinya yang kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang. Sedikitnya 12 jam waktu dibutuhkannya untuk sampai di Magelang. Untuk itu, kebugaran akan menjadi yang terpenting agar bisa memberikan yang terbaik dalam lomba nanti.
Tahun lalu, Suwandi termasuk salah satu pelari yang naik podium dalam Elite Race Borobudur Marathon 2020. Ia menduduki peringkat kedua tercepat dengan catatan waktu 2 jam 43 menit 43 detik. Meski demikian, pria berambut cepak itu tak ingin menentukan target khusus dalam gelaran kali ini.
”Pokoknya saya terus berlatih secara matang. Saya berharap bisa tampil dan memberikan yang terbaik. Tidak harus juara berapa. Yang terpenting terus fokus berlari dalam lomba nanti,” kata Suwandi.
Tiga hari jelang Borobudur Marathon 2021, para atlet dituntut mempersiapkan fisik sebaik-baiknya. Mereka mesti mengatur irama napas lebih prima, terutama karena menjalani lomba dalam skema karantina.