Banjir Kalteng mulai menelan korban. Dua orang yang merupakan pasangan suami istri meninggal karena tak bisa keluar mobil saat melintas di jalan yang direndam banjir. Meski perlahan surut, banjir masih berbahaya.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah merenggut nyawa pasangan suami istri di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Keduanya meninggal terseret arus ke sungai saat menerobos banjir di jalan.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalteng Komisaris Besar Eko Saputro menjelaskan, kedua pasangan tersebut bernama Warnisi (51) yang juga Kepala Bidang Pengelolaan, Layanan, dan Pelestarian Bahan Pustaka Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Barito Selatan, bersama istrinya, Norjannah (47).
Eko menjelaskan, keduanya meninggal setelah mencoba menerobos banjir di jalan hauling perusahaan tambang batu bara tepatnya di Jalan Trans-Kalimantan antara Ampah dan Muara Teweh menuju Desa Tabak Kanilan. Jalan tersebut digenangi air sepanjang 100 meter dengan ketinggian air mencapai satu meter. Lokasi itu berjarak lebih kurang 258 kilometer dari Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalteng.
Mobil yang dikendarai Warnisi, lanjut Eko, tidak mampu melewati banjir tersebut. Dari keterangan saksi di lokasi, mobil tiba-tiba berhenti saat berjalan 60 meter di tengah banjir. ”Tiba-tiba bagian belakang mobil terangkat, mesin mati, lalu terseret menuju sungai dan tidak terlihat lagi,” kata Eko di Palangkaraya, Kamis (25/11/2021).
Eko menjelaskan, kejadian itu merupakan kecelakan murni dan terjadi pada Rabu (24/11/2021) sekitar pukul 05.00 pagi. Setelah mendapatkan laporan itu, aparat kepolisian dari Polsek Gunung Bintang bersama petugas lainnya langsung melakukan pencarian dengan menelusuri Sungai Barito.
Mobil yang terseret itu ditemukan sekitar 150 meter dari lokasi awal terseret. Petugas gabungan menggunakan dua unit ekskavator milik perusahaan tambang sekitar untuk mengevakuasi mobil dengan nomor polisi KH 1329 ET tersebut. Mobil ditemukan tersangkut di sisi sungai.
Petugas membutuhkan waktu berjam-jam untuk bisa mengangkut mobil keluar dari sungai. Setelah berhasil, petugas memeriksa di dalam mobil dan menemukan dua korban sudah dalam keadaan meninggal.
Tiba-tiba bagian belakang mobil terangkat, mesin mati, lalu terseret menuju sungai dan tidak terlihat lagi.
”Jasad keduanya langsung dibawa ke Puskesmas Patas untuk divisum sehingga bisa diketahui penyebab kematiannya,” kata Eko.
Eko menambahkan, keduanya merupakan warga Kelurahan Melayu, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Selatan. Keduanya berencana ke Palangkaraya untuk berobat karena Norjannah harus melakukan cuci darah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus.
”Keduanya memang sering ke Palangkaraya untuk berobat karena mungkin di sini fasilitasnya jauh lebih lengkap. Keluarga korban juga memastikan hal itu,” ungkap Eko.
Eko menambahkan, saat ini kedua jasad korban sudah dibawa pihak keluarga. Pihak keluarga korban menerima kejadian tersebut sebagai kecelakaan murni dan bukan kesengajaan. Kedua jasad korban akan dibawa ke Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, kampung asal mereka.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Erlin Hardi mengungkapkan, saat ini keadaan banjir di Kabupaten Barito Selatan sudah surut. Di lokasi kejadian, ketinggian air pun sudah menyusut hingga 30 sentimeter.
Ia menyayangkan tindakan korban yang nekat menerobos banjir di tengah arus yang deras, apalagi dekat sungai. Pihaknya juga sudah mengirimkan bantuan ke keluarga korban dan berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi.
Erlin mengimbau masyarakat agar tidak mengambil tindakan gegabah di tengah bencana banjir. Pasalnya, ketinggian air masih naik-turun. Arus pun tidak bisa diprediksi arah dan kecepatannya.
”Di beberapa jalan sudah ada petugas yang menjaga jadi harus patuhi rekomendasi dan arahan dari petugas sehingga jangan ada lagi yang nekat menerobos banjir, lebih baik putar balik,” ujar Erlin.
Hingga saat ini banjir di Kalimantan Tengah, tambah Erlin, sudah mulai surut hingga 80 persen di daerah yang sebelumnya terendam. Setidaknya enam kabupaten dan kota sempat terendam banjir di Kalteng.
Banjir pada November ini melanda 121 desa dan kelurahan yang tersebar di 36 kecamatan pada enam kabupaten di Kalteng. Total terdapat 21.035 keluarga atau 67.508 orang yang terdampak banjir. Sebanyak 348 keluarga mengungsi ke posko darurat milik pemerintah.
”Kami belum terima data kerugian material dan korban jiwa dari kabupaten ataupun kota. Masih dilakukan pendataan,” kata Erlin.