Surabaya segera bergabung seperti kota-kota besar lainnya di Nusantara yang telah mengoperasikan bus dari skema ”buy the service” Kementerian Perhubungan untuk meningkatkan pelayanan angkutan umum masyarakat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·5 menit baca
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Rencana pengoperasian Teman Bus atau angkutan umum bus dengan skema pembelian layanan (buy the service) di Surabaya, Jawa Timur. Sumber dari pemaparan Kementerian Perhubungan dalam webinar, Rabu (24/11/2021).
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Surabaya berencana mengoperasikan satu koridor bus skema pembelian layanan (buy the service) pada Desember 2021 dalam program Teman Bus. Lima koridor dioperasikan tahun depan, sedangkan lima koridor lainnya pada 2023.
Demikian diutarakan Direktur Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan Suharto dan Kepala Dinas Perhubungan Surabaya Irvan Wahyudrajad dalam webinar ”Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan di Kawasan Perkotaan dengan Skema Buy The Service Kota Surabaya”, Rabu (24/11/2021) petang.
Menurut Suharto yang diamini Irvan, rute awal Teman Bus yang siap dioperasikan ialah Purabaya-Tanjung Perak lewat Raya Darmo. Trayek selatan-utara atau rute tengah ini sepanjang 44 kilometer. Sebagian besar rute juga dilewati oleh Suroboyo Bus (Purabaya-Rajawali) dan Suroboyo Bus Tumpuk (Purabaya-Tembaan). Bedanya, Teman Bus setiba di Jalan Indrapura tidak belok ke Jalan Rajawali, tetapi menuju ke utara sampai Pelabuhan Tanjung Perak.
”Lima koridor lainnya akan dioperasikan tahun depan,” kata Suharto.
Suroboyo Bus berhenti di halte untuk naik atau turun penumpang di Jalan Raya Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (4/11/2021).
Menurut Irvan, Teman Bus yang dijuluki Semanggi Suroboyo Bus akan berangkat setiap 10 menit dari Terminal Purabaya di Bungurasih, Sidoarjo. Sistem pembayarannya tidak tunai, tetapi dengan menempelkan kartu atau memindai aplikasi QRIS. Pola pembayaran ini juga sudah diterapkan di empat rute pelayanan Suroboyo Bus dan Suroboyo Bus Tumpuk.
”Koridor tengah paling banyak mobilitas komuternya sehingga menjadi prioritas pengadaan angkutan umum selain Suroboyo Bus,” kata Irvan.
Berdasarkan studi Kementerian Perhubungan, pada 2025, jumlah pelaju (komuter) harian dari dan ke Surabaya mencapai 1,275 juta jiwa. Sekitar 60 persen melalui koridor tengah (Sidoarjo-Surabaya) di mana jaringan jalan raya sudah eksis sejak sebelum Indonesia merdeka pada 1945. Jalan raya di koridor tengah, terutama di Surabaya, sudah lebar, bahkan dilengkapi frontage atau jalur paralel dari depan pusat belanja City of Tomorrow sampai Jembatan Sawunggaling.
Irvan mengatakan, mobilitas masyarakat dari dan ke Surabaya bisa saja lebih tinggi dari penghitungan tersebut. Populasi di Surabaya saat ini 2,9 juta jiwa. Pada malam hari, jumlah populasi tidak berbeda atau jika ada peningkatan tidak jauh dari 3 juta jiwa karena wisatawan atau pendatang yang menetap sementara.
Namun, pada siang-sore hari, populasi di Surabaya bisa mencapai 5 juta jiwa karena sebagian warga aglomerasi Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan (Gerbangkertasusila) beraktivitas di ibu kota Jatim tersebut.
”Mau tidak mau, penyediaan angkutan umum berbasis jalan, yakni bus, saat ini paling cepat untuk segera diterapkan,” kata Irvan.
Sebagian lyn atau mobil penumpang umum, angkutan perkotaan dari dan ke Surabaya yang masih beroperasi dengan salah satu trayek melintasi Jalan Raya Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (4/11/2021).
Lima rute lainnya akan beroperasi pada 2022 dengan dukungan pengumpan (feeder), yakni angkutan kota atau lyn yang telah mengalami penataan trayek dan peremajaan kendaraan. Lima rute dimaksud ialah Raya Lidah Wetan- Karang Menjangan-ITS (47 km), Purabaya-Kenjeran via MERR (51 km), Gelora Bung Tomo-Unesa-Mastrip (49 km), Benowo-Tunjungan (43 km), dan Purabaya-Unair Kampus C (43 km).
”Saat lima koridor itu mulai dioperasikan, juga akan didukung untuk sementara oleh feeder-feeder dari tiga trayek lyn,” kata Irvan. Jumlah kendaraan pengumpan, yakni tipe minibus, yang akan menunjang Teman Bus pada tahun depan sebanyak 36 kendaraan sebagai pengganti lyn V, DA, dan O.
Pemerintah Kota Surabaya menyiapkan 71 rute pengumpan dengan kekuatan sekitar 1.500 mobil untuk mendukung pengoperasian Suroboyo Bus dan Teman Bus. Mobil pengumpan didorong beroperasi dari satuan-satuan permukiman (kompleks, kampung) ke halte atau bus stop dengan jeda keberangkatan antarmobil maksimal 15 menit.
Angkutan aglomerasi
Kepala Dinas Perhubungan Jatim Nyono mengatakan, skema pembelian layanan juga akan ditempuh oleh provinsi untuk angkutan massal aglomerasi Gerbangkertasusila yang dinamai Trans-Jatim. Angkutan ini akan menggunakan 20 bus tipe sedang yang akan dioperasikan paling cepat awal 2022 dengan rute antarterminal, yakni Porong (Sidoarjo)-Purabaya-Bunder (Gresik) atau sepanjang 75 km, dengan estimasi waktu tempuh 120 menit.
Bus berukuran sedang rute Surabaya-Mojokerto atau lintas daerah dalam provinsi Jawa Timur melintasi Jalan Raya Darmo, Kamis (4/11/2021).
Nyono memaparkan, rencana operasional bus Trans-Jatim ini dimulai dari Bangil (Pasuruan) ke Larangan (Sidoarjo) lewat jalan tol kemudian kembali masuk tol sampai Waru untuk menuju Purabaya. Selanjutnya, dari Purabaya kembali masuk tol sampai Romokalisari untuk menjangkau Bunder. ”Rute ini menekan potensi penolakan dari angkutan yang masih ada karena tidak beririsan. Angkutan lainnya tidak melalui jalan tol,” katanya.
Trans-Jatim pada prinsipnya menghidupkan kembali bus rapid transit (BRT) atau semacam angkutan perbatasan terintegrasi busway (APTB) di Jabodetabek. BRT rute Porong-Purabaya via jalan tol pernah beroperasi pada 2015 sebanyak 10 bus besar. Namun, pengoperasian angkutan ini ternyata tidak diminati oleh warga, mungkin karena rute pendek seperti angkot dan tarif kurang sesuai karena melewati jalan tol. Akibatnya, BRT hanya bertahan tiga tahun dan mati.
”Kami mencoba menawarkan lagi angkutan serupa dengan rute panjang untuk konsumen yang memang berkepentingan melalui Sidoarjo-Gresik,” kata Nyono. Harapannya, pelaju Sidoarjo-Gresik yang kebanyakan memakai sepeda motor mengurangi pemakaian kendaraan pribadi untuk menekan potensi kecelakaan dan mengurangi kemacetan.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, Surabaya pada prinsipnya siap untuk menjalankan skema pembelian layanan mengingat prasarana, yakni jalan raya dan trotoar, sebagai penunjang sudah memadai. Bahkan, di Surabaya sudah dibangun beberapa tempat parkir kendaraan pribadi. ”Segera eksekusi sehingga bisa dilihat antusiasme masyarakatnya,” katanya.
Pemerintah Kota Surabaya berencana meningkatkan tarif parkir dan mempertimbangkan rencana sistem jalan berbayar (electronic road pricing/ERP) untuk menekan mobilitas kendaraan pribadi. ”ERP dan parkir ditingkatkan bisa efektif untuk menarik warga beralih ke angkutan umum, tetapi dengan syarat busnya sudah ada dan layanannya diterima secara luas,” ujar Djoko, anggota Masyarakat Transportasi Indonesia.