Lima Petambang Emas Ilegal di Bombana Tewas Tertimbun
Sebuah tambang emas ilegal di Bombana, Sultra, longsor dan menimbun lima pekerja hingga tewas. Tambang yang dilengkapi alat berat ini disinyalir mendapat perlindungan pihak tertentu sehingga bebas beroperasi.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sebanyak lima petambang emas ilegal di Bombana, Sulawesi Tenggara, tewas tertimbun longsor pada kedalaman tanah 15 meter. Kelimanya merupakan pekerja dari luar daerah yang menambang dengan dilengkapi alat berat. Aparat kepolisian masih menyelidiki kasus ini.
Kejadian tewasnya para petambang emas ilegal ini terjadi pada Selasa (23/11/2021) malam. Para korban menambang di Dusun Padangbila, Desa Tahite, Rarowatu, Bombana. Satu pekerja lain terluka dalam insiden ini.
Kepala Dusun Padangbila Hardi Yakub menuturkan, peristiwa ini terjadi sekitar pukul 19.00 Wita saat tujuh orang menambang emas di lahan seorang warga. Mereka diketahui bekerja mencari emas sejak sore hari. ”Ada lima orang yang masuk ke lubang yang telah digali dengan kedalaman sekitar 15 meter. Kondisi tidak hujan, tetapi mungkin karena tanah di atas tidak stabil, tiba-tiba runtuh dan menimbun lima orang di bawah,” kata Hardi, dihubungi dari Kendari, Rabu (24/11/2021).
Seorang pekerja yang selamat segera meminta pertolongan. Akan tetapi, karena tebalnya tanah yang longsor, kelima orang yang tertimbun tidak bisa diselamatkan. Evakuasi dapat dilakukan tiga jam setelahnya. Kelima orang tersebut ditemukan dalam kondisi meninggal.
Menurut Hardi, lokasi warga tersebut kerap dijadikan lahan mencari emas. Akan tetapi, kali ini pencarian dibantu dengan alat berat yang sengaja didatangkan. ”Wilayah Tahite memang selalu didatangi orang untuk mencari emas, tetapi di lahan milik warga itu ada alat beratnya. Kami tidak bisa berbuat banyak karena kalau sudah sampai ada alat berat, pasti ada orang lain di belakangnya (backing),” tambahnya.
Informasi yang dihimpun, lima pekerja yang meninggal tersebut adalah Alex (31), Maripadang (38), Abo (33), Bettu (40), dan Akki (41). Sementara itu, satu orang pekerja yang terluka adalah Madda (27) dan seorang pekerja selamat.
Kami tidak bisa berbuat banyak karena kalau sudah sampai ada alat berat, pasti ada orang lain di belakangnya (backing) (Hardi Yakub).
Dihubungi terpisah, Kapolsek Rarowatu Ajun Komisaris Sukoyo menyampaikan, sebanyak empat pekerja yang meninggal merupakan pendatang dari Sulawesi Selatan. Semua korban telah dibawa ke kediaman masing-masing, termasuk satu warga Bombana.
Lokasi kejadian naas ini, kata Sukoyo, masuk dalam izin usaha pertambangan PT Lamora. Akan tetapi, lahan ini dikelola oleh perusahaan lain. ”Terkait ekskavator itu, milik perusahaan lain. Itu dulu yang bisa saya sampaikan, untuk lebih jelasnya silakan datang ke lokasi,” katanya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bombana Ajun Komisaris Asrun menuturkan, polisi masih menyelidiki kejadian ini. Selain korban selamat, seorang warga juga telah dibawa ke Polres Bombana untuk dimintai keterangan.
”Kami masih lakukan penyelidikan atas kasus ini. Misalnya untuk warga tersebut, apakah dia pemilik lahan atau bagaimana? Sekarang lagi mati lampu, jadi belum dimintai keterangan,” ucapnya.
Sejak 2008, wilayah Bombana berubah drastis setelah penemuan kandungan emas. Daerah yang dulunya terkenal dengan pertanian dan peternakan ini menjelma menjadi daerah pertambangan.
Penemuan emas di Bombana tahun 2008 telah mengundang ribuan pendatang dari sejumlah daerah, seperti Jawa, Kalimantan, dan Papua. Penambangan dilakukan secara masif. Pemerintah Kabupaten Bombana menaksir kandungan emas di wilayahnya mencapai 165.000 ton.
Penemuan emas di Bombana tahun 2008 telah mengundang ribuan pendatang dari sejumlah daerah, seperti Jawa, Kalimantan, dan Papua. Penambangan dilakukan secara masif.
Pada permulaan demam emas di Bombana, setiap petambang bisa mendapatkan sedikitnya 3 gram emas. Setiap hari mereka pulang dengan mengantongi uang Rp 4 juta. Kilauan emas juga menyilaukan mata transmigran setempat. Tidak sedikit yang meninggalkan pertanian, banting setir untuk mendulang emas. Harga ikan di Bombana pernah melonjak 10 kali lipat karena nelayan mencari emas (Kompas, 15/11/2010).
Saat ini, wilayah penambangan emas di Bombana telah berganti seiring surutnya kandungan emas. Beberapa wilayah berubah menjadi daerah perkebunan dan pertanian, termasuk pabrik dan perkebunan tebu. Akan tetapi, sejumlah pihak masih terus mencoba mencari emas di lokasi-lokasi yang dulunya diketahui menjadi sentra bongkahan emas.