Pembunuhan dengan Racun di Klaten, Pelaku Incar Semua Anggota Keluarga Korban
Rekonstruksi kasus dugaan pembunuhan berencana, di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mulai digelar. Dari kegiatan tersebut, terdapat dugaan bahwa tersangka mengincar semua anggota keluarga korban.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Rekonstruksi kasus dugaan pembunuhan berencana di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mulai digelar. Muncul dugaan tersangka sudah mengincar semua anggota keluarga korban. Namun, tersangka membantah dan bersikukuh hanya menyasar suami korban.
Tersangka kasus dugaan pembunuhan berencana itu berinisial S. Aksi S menewaskan seorang ibu rumah tangga bernama Hani Dwi Susanti (31). Hani meninggal setelah meminum air mineral dari kulkasnya, Senin (1/11/2021). Ternyata, air mineral itu sudah dicampur racun sianida oleh S, yang tidak lain adalah saudara ipar korban. Dugaan adanya racun yang diminum korban terbukti dari temuan bahan kimia korosif pada tenggorokan dan lidah korban.
Kasus tersebut direka ulang Kepolisian Resor (Polres) Klaten, Selasa (23/11/2021). Lokasi reka ulang bertempat di Dusun Panggangwelut, Desa Taji, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Daerah itu merupakan tempat tinggal tersangka dan korban. Jarak tempat tinggal keduanya bahkan kurang dari 50 meter.
”Rekonstruksi ini salah satu bentuk pembuktian dari pihak kepolisian lewat reka ulang adegan. Jadi, keterangan saksi-saksi ataupun tersangka dapat sinkron dan didapatkan petunjuk yang lebih,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Klaten Ajun Komisaris Guruh Bagus Eddy Suryana di lokasi reka ulang.
Total ada 40 adegan yang diperagakan dalam reka ulang tersebut. Adegan dimulai dari munculnya niat S membeli racun hingga aksi yang dilancarkan tersangka menewaskan Hani. Kegiatan tersebut berlangsung selama 1,5 jam.
Dalam sejumlah adegan yang diperagakan, kata Guruh, muncul dugaan sasaran pembunuhan berencana adalah seluruh anggota keluarga Hani. Sebab, cairan racun potas (Potasium sianida) dicampurkan dalam dua botol air mineral di kulkas korban. Sebagian cairan tersebut juga dipercikkan tersangka ke bagian lemari pendingin (freezer) dari kulkas milik korban dan boks susu formula milik anak korban.
”Dengan fakta yang dilihat, ada kemungkinan dan sangat mungkin untuk (sasarannya) satu keluarga,” kata Guruh.
Dendam yang dipendam sejak lama menjadi pangkal persoalan dalam kasus tersebut. Sekali waktu, S pernah melihat istrinya diboncengkan oleh suami korban, yakni Sigit Nugroho (39). Aksi itu membuat S cemburu. Padahal, istri S adalah saudara Sigit sendiri.
Keinginan untuk membunuh tebersit dalam pikiran S pada Kamis (28/10/2021). Saat itu, S mengaku diancam akan dihajar Sigit. Ternyata, S diketahui lebih dahulu mencari gara-gara. Tanpa sebab, kata-kata kasar dilontarkannya kepada Hani, istri Sigit. Sigit yang naik pitam menantang S berduel. Namun, S tidak berani.
S malah membeli racun jenis potas, Jumat (29/10/2021). Racun itu berbentuk tablet. Ia menumbuk racun tersebut dengan sandal lalu mencampurnya ke sebotol air mineral. Campuran air dan racun itu yang selanjutnya mencabut nyawa Hani.
”Setelah ini, kami akan lakukan lagi pemeriksaan dan akan mengirim berkas ke kejaksaan agar diteliti,” kata Guruh.
Sigit menginginkan hukuman terberat diberikan kepada S. Sebab, S tidak hanya ingin membunuh Sigit, tetapi juga seluruh anggota keluarganya. Yang membuatnya tak habis pikir, racun juga dicipratkan ke boks susu milik anaknya.
Lebih lanjut, Sigit juga menganggap kecemburuan S yang ditujukan kepadanya tak masuk akal. Pasalnya, Sigit dan istri S merupakan saudara. Mereka menjadi saudara karena sama-sama diangkat anak oleh Kanthi (62).
”Itu kakak saya sendiri. Kalau alasannya cemburu, itu sangat asal-asalan dan tidak masuk akal. Saya lihat kakak (istri S) yang jalan dari sawah, lalu menawarkan pertolongan, masa tidak boleh? Kami, kan, satu keluarga,” kata Sigit.
Usut punya usut, ancaman kekerasan juga pernah diterima Kanthi, ibu angkat Sigit. Kanthi mengaku pernah diancam akan diparang oleh S. Ancaman itu sudah diterimanya sejak lama. Ia tak ingat persisnya. Selain itu, pohon bambu milik Kanthi juga pernah dibakar tanpa alasan yang jelas oleh S. Keduanya juga sudah lama tidak saling berbicara satu sama lain.
”Saya minta dia dihukum seberat-beratnya. Padahal, saya juga mertua dia sendiri. Dia memang suka mengancam orangnya,” kata Kanthi.