Belajar dari Badai Seroja, NTT Harus Lebih Siap Hadapi Cuaca Ekstrem
Cuaca ekstrem rentan kembali datang melanda Nusa Tenggara Timur. Pemerintah dan warga diminta siaga dan menyiapkan langkah mitigasi.
Oleh
fransiskus pati herin
·2 menit baca
Hingga Sabtu (20/11/2021), sejumlah wilayah di NTT masih dilanda hujan, termasuk Kota Kupang. Hujan terjadi sejak awal November dan bisa terjadi hingga awal tahun 2022.
Wakil Gubernur NTT Josef N Soi mengatakan, pihaknya akan menggelar rapat koordinasi dengan semua kepala daerah pada 30 November. Rapat tersebut untuk menyiapkan langkah cepat mengantisipasi La Nina dan meningkatkan partisipasi mitigasi warga.
”Masyarakat harus punya kesadaran tinggi terhadap potensi bencana. Jangan sampai terjadi seperti April lalu,” ujarnya.
Pada April, hujan deras dan angin kencang berujung badai Seroja melanda NTT. Kendati potensinya sudah diingatkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat itu pemerintah daerah dan masyarakat urung mengantisipasinya.
Akibatnya fatal. Badai Seroja menyebabkan 181 orang meninggal dan 49.512 jiwa terdampak. Selain itu, 47 orang dinyatakan hilang dan 250 orang luka-luka. Kabupaten Flores Timur menjadi daerah dengan korban jiwa terbanyak. Tercatat 17.124 unit rumah rusak berat, 13.652 unit rusak sedang, dan 35.733 unit rusak ringan.
Tidak ingin merasakan dampak yang sama, sejumlah kepala desa menyatakan sudah meminta warga siap menghadapi cuaca ekstrem. Laurensius Lega Ama, Kepala Desa Oyang Barang, Kabupaten Flores Timur, mengatakan, daerah aliran sungai mulai dibersihkan.
”Mereka yang tinggal di pesisir sungai sudah tahu akan melakukan apa saat hujan datang,” kata Laurensius.
Sementara itu, di Kabupaten Malaka, saat perbaikan jembatan permanen tidak kunjung usai, warga cemas dengan kondisi jembatan darurat di Sungai Benenain. Jembatan itu berpotensi rubuh jika terjadi hujan deras. ”Kalau jembatan putus lagi, akses ke Kota Kupang lumpuh,” kata Josep Astro (39), warga Malaka.
Peringatan BMKG
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati bertemu Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat di Kupang, Jumat (19/11/2021). Pertemuan itu untuk membahas prakiraan kondisi cuaca di NTT.
Menurut prakiraan BMKG, cuaca ekstrem berpotensi terjadi mulai 24 November 2021 hingga 17 April 2022. Diperkirakan akan terjadi penambahan curah hujan hingga 100 persen dari biasanya. Kondisi ini dapat memicu banjir dan longsor.
”Kunjungan kami dalam rangka kerja sama untuk mitigasi potensi bencana hidrometeorologis yang dapat diakibatkan La Nina atau cuaca ekstrem," kata Dwikorita.
Secara spesifik, ia menyebut beberapa daerah rawan, yakni Kota Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Ngada, Ende, Manggarai, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao, Timor Tengah Utara, dan Kabupaten Belu. Namun, dia mengatakan, 12 kota/kabupaten lainnya juga harus tetap siaga.