Longsor di Banjarnegara, Korban Tewas Menjadi Empat Orang
Empat orang meninggal akibat longsor di Desa Pagentan, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Tebing setinggi 40 meter longsor menimpa 3 rumah.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Korban tewas akibat longsor di Pagentang, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, menjadi empat orang. Korban keempat bernama Partini (38) ditemukan tertimbun tanah pada Sabtu (20/11/2021) pagi.
Selain Partini, tiga korban lainnya adalah Bunga Citra Arumdhani (14), Alfino Sudarmaji (11), dan Andriyani Erowati (43). Partini adalah ibu dari Bunga, sedangkan Alfino adalah kemenakan Partini. Andriyani adalah bidan yang kos di rumah Partini.
Sebelumnya, longsor menimpa tiga rumah terjadi pada Jumat (19/11/2021) pukul 21.30. Material setinggi 2 meter serta kebaradaan puing-puing bangunan membuat proses evakuasi berjalan lama, hingga 7,5 jam. Diduga kuat, longsor terjadi saat semua korban tengah tertidur pulas.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logsitik di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara Andri Sulistyo, Sabtu, mengatakan jenazah Bunga menjadi yang pertama kali ditemukan Jumat pukul 22.41. Delapan menit kemudian ditemukan Alfino. Sementara Andriyani ditemukan pada Sabtu pukul 01.21.
”Korban keempat (Partini) ditemukan meninggal pukul 05.00. Proses evakuasi hampir lebih dari enam jam,” kata Andri.
Kepala BPBD Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto mengatakan, longsor berasal dari tebing setinggi 40 meter. Di atas rumah tertimpa longsor ada kebun jagung dan makam desa. Total material longsoran mencapai sekitar 100 meter kubik.
”Karena ditanam jagung, tanah di atasnya tidak ada pengikat. Saat curah hujan tinggi, air menggenang dan ada retakan. Kawasan itu kini zona merah dan tidak boleh ditinggali,” katanya.
Di Banjarnegara, kata Aris, ada 80 alat peringatan dini (early warning system/EWS) longsor yang dipasang sejak tiga tahun terakhir. Namun, jumlah itu belum ideal. Saat ini, sekitar 75 persen wilayah Banjarnegara rawan longsor. ”Idealnya setiap desa punya EWS. Di Banjarnegara total ada 226 desa,” ujarnya.
Kepala Desa Pagentan Abdul Kohar sudah berulang kali mengingatkan korban untuk tidak tinggal di tempat itu. Namun, imbauan itu tidak dipatuhi. Di sana, Partini tinggal dan membuka warung kelontong. Kawasan itu dipandang strategis karena terletak di tepi jalan alternatif menuju Dieng.
Menurut Abdul, saat kejadian tidak hujan. Namun, sejak siang hingga sore hari desanya diguyur hujan. Abdul mengakui di desanya belum terpasang EWS longsor.
”Proses evakuasi memakai cangkul dan alat manual. Tinggi timbunan mencapai lebih dari 2 meter,” ujar Abdul.