Sejak 4 November lalu, Pemerintah Kota Batu menetapkan status Tanggap Darurat bencana banjir bandang yang menewaskan tujuh warga setempat. Masa Tanggap Darurat berakhir 17 November yang kemudian beralih ke masa transisi
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Batang-batang kayu berdiamater sekitar 1 meter terdampar di halaman rumah warga Dusun Gintung, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumijai, Kota Batu, Jawa Timur, terbawa oleh derasnya air bah dari hulu saat banjir bandang menerjang Kota Batu, 4 November lalu. Tampak di baliknya, warga tengah melintas di jalan desa yang telah bersih dari material sisa-sisa bencana, Kamis (18/11/2021)
BATU, KOMPAS — Masa Tanggap Darurat penanganan bencana banjir bandang di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, yang berlangsung pada 4-17 November berakhir. Untuk selanjutnya, 18 November sampai dua bulan ke depan memasuki masa transisi pemulihan, khususnya merenovasi rumah warga yang rusak akibat bencana.
Banjir bandang dua pekan lalu menewaskan tujuh warga. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Batu, air bah juga mengakibatkan 31 rumah serta puluhan sepeda motor dan mobil rusak. Dari 31 rumah yang rusak, sebanyak 12 rusak berat, 5 sedang, dan 14 rusak ringan.
Selain itu, lebih dari 20 hektar lahan pertanian terdampak dan saluran air irigasi serta dam di beberapa titik ikut rusak. Hingga kini belum dipastikan berapa besar nilai kerugian material akibat bencana ini.
Dari pantauan, Kamis (18/11/2021) siang, kondisi daerah terdampak banjir bandang yang paling parah, di Desa Bulukerto, kondisinya sudah bersih dari material. Kondisi alur Kali Sambong juga sudah bersih dan lebih lebar dari sebelumnya. Namun, beberapa alat berat masih siaga di lokasi.
Di sisi bawah, di Desa Sidomulyo masih ada warga yang membersihkan kebun dari sisa-sisa material yang terbawa oleh air bah. Aktivitas pemberian bantuan oleh sukarelawan dan donatur masih terlihat di beberapa titik, baik di Bulukerto maupun desa lainnya yang terdampak.
Warga tengah melintas di jembatan jalan desa yang di bawahnya menjadi alur Kali Sambong yang diterjang banjir bandang 4 November lalu, di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumijai, Kota Batu, Jawa Timur, Kamis (18/11/2021).
Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso membenarkan sudah ada perbaikan yang signifikan terkait daerah terdampak bencana, terutama soal normalisasi sungai. Harapannya, alur sungai yang sudah bersih ini akan mengeliminasi potensi bencana susulan yang terjadi selama puncak musim hujan yang tahun ini dipengaruhi oleh La Nina.
”Normalisasi tidak hanya di Dusun Sambong (Bulukerto), tetapi juga di atasnya (Desa Sumbergondo) sudah dilakukan normalisasi. Besok hingga tiga hari ke depan akan dilakukan reboisasi, menanam 10.000 bibit tanaman di sepanjang bantaran sungai,” ujar Punjul yang baru saja terbang memantau kondisi terbaru pascabencana menggunakan helikopter bersama Komandan Pangkalan TNI AU (Lanud) Abdulrachman Saleh Malang.
Besok hingga tiga hari ke depan akan dilakukan reboisasi, menanam 10.000 bibit tanaman di sepanjang bantaran sungai.
Komandan Lanud Abdulrachman Saleh Marsekal Pertama TNI Zulfahmi mengatakan, pihaknya baru saja memantau daerah aliran sungai di hulu Batu melalui udara. Melalui cara ini, pemerintah daerah bisa mendapatkan visualisasi terkait tindakan apa yang akan dilaksanakan ke depan guna mengurangi dampak bencana.
”Sewaktu-waktu dibutuhkan untuk pantauan udara kami siap bantu, termasuk tenaga apabila ada kegiatan reboisasi dan lainnya Lanud Abdulrachman Saleh sebagai warga Malang Raya siap membantu,” ujarnya.
Untuk keperluan survei, menurut Zulfahmi, TNI AU memiliki pesawat Colibri. Adapun untuk pemetaan dan foto udara ada Cassa. Pesawat Cassa yang saat ini ada di Malang bisa terbang di ketinggian 5.000-10.000 meter di atas permukaan laut. Pesawat ini juga bisa dimanfaatkan untuk teknologi modifikasi cuaca dan menebar benih melalui udara.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Papan penunjuk arah evakuasi terpasang di tepi jalan di alur Kali Sambong di Dusun Sambong, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Pada 4 November lalu, lokasi ini menjadi titik terdampak terparah banjir bandang yang menerjang Batu. Untuk mengantisipasi bencana susulan, pemerintah daerah menyiapkan shelter di setiap desa yang dilalui alur sungai.
Sementara itu, di masa transisi ini, menurut Punjul, pihaknya juga berupaya merelokasi warga terdampak. Dari delapan rumah warga yang rusak/hanyut, lima di antaranya akan dipindahkan ke lahan sendiri oleh pemiliknya, sedangkan tiga rumah lainnya akan dipindah ke lahan di belakang rumah Kepala Desa (Kades) Bulukerto.
”Di belakang rumah kades ada tanah yang dijual dengan luas 200 meter persegi (m²) lebih. Perkiraan kami, satu rumah butuh lahan seluas 60 m². Kalau tiga rumah butuh 180-an m². Dananya kita sepakati dari hasil sumbangan-sumbangan,” katanya.
Kades Bulukerto Suwantoro, yang ditemui secara terpisah, mengatakan, sebagian warga terdampak bencana telah mulai memperbaiki atau membangun kembali rumah mereka dengan memanfaatkan dana dan material bantuan dari donatur. Kegiatan itu sudah mereka lakukan sejak tiga hari terakhir.
”Di RW 002 ada tiga rumah, sedangkan di RW 003 RT 003 ada 1 rumah yang mulai diperbaiki. Semua material dan dana dari bantuan sudah didrop. Tinggal pengerjaannya saja. Ada yang memperbaiki. Ada pula yang kembali membangun dari nol di lahan sendiri di tempat lain,” ujarnya.
Sedangkan untuk warga yang belum memiliki lahan untuk merelokasi rumah, menurut Suwantoro, masih terus dikoordinasikan dengan Pemerintah Kota Batu. Saat ini mereka masih menumpang di rumah kerabat.