Mengawal Kiprah Mandalika, Magnet Wisata Baru Indonesia
Mandalika kini menjadi perhatian Indonesia dan dunia. Pada 2022, kawasan ini punya peluang untuk memberi dampak besar bagi Nusa Tenggara Barat dan Indonesia. Namun, itu bergantung pada keberhasilan penanganan pandemi.
Kehadiran Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika kini menjadi magnet bagi kawasan ekonomi khusus Mandalika di Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Daya tarik kawasan itu semakin menguat dengan adanya berbagai gelaran internasional, terutama ajang balapan kelas dunia. Bersambut tidaknya daya tarik baru ini di 2022 bakal teruji dari sukses atau gagalnya negeri ini mengendalikan pandemi Covid-19.
Saat ditetapkan sebagai salah satu kawasan ekonomi khusus (KEK) pada 2014, Mandalika tidak begitu populer. Bahkan kalah populer dibandingkan KEK lainnya, seperti Borobodur di Jawa Tengah atau Toba di Sumatera Utara.
Pada 8 Januari 2019, Dorna Sports selaku pemegang hak penyelenggaraan MotoGP menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) untuk membawa ajang balapan MotoGP dan Superbike ke Mandalika pada 2021.
Sejak saat itu, perhatian besar diberikan ke Mandalika. Bahkan menjadi salah satu dari lima destinasi superprioritas yang dikembangkan pemerintah pusat. Semua dikebut, termasuk sirkuit yang memiliki panjang 4,3 kilometer.
Euforia pembangunan sirkuit di awal memang tidak begitu luar biasa. Bahkan, banyak keraguan dari berbagai pihak. Apalagi gelombang penolakan dan masalah lahan yang berlarut.
Euforia itu justru baru terasa ketika Agustus 2020, PT ITDC mengumumkan selesainya pengaspalan lintasan utama sirkuit dengan 17 tikungan itu. Muncul optimisme dari berbagai pihak.
”Kegelisahan dan kekhawatiran kita pupus seketika. Ini bukti kepada dunia bahwa di tempat yang tidak ada apa-apa, bisa mewujudkan sirkuit dengan kualitas yang tidak kalah dengan kualitas sirkuit terbaik di dunia,” kata Gubernur NTB Zulkieflimansyah saat serah terima proyek sirkuit.
Namun, masih banyak pekerjaan rumah. Tidak begitu saja selesai sampai pada keberhasilan menghadirkan sirkuit yang disebut juga Jalan Kawasan Khusus (JKK) Mandalika itu.
Baca juga:
- Pertaruhan Destinasi “Kotak Pasir” Bali-Mandalika
- Pariwisata Berkelanjutan, Satu-satunya Jalan
- Seabad Pariwisata Bali Dongkrak Optimisme di Tarikh Anyar
PT ITDC dan semua pihak terkait, termasuk di dalamnya pemerintah pusat dan daerah, juga memiliki tugas memastikan sirkuit itu berdampak. Tidak hanya mengembalikan pinjaman modal proyek pembangunan sirkuit yang mencapai Rp 1,3 triliun itu. Mereka juga mendapat tambahan tanggung jawab mengakselerasi pertumbuhan ekonomi daerah, bahkan nasional.
Optimistis
Ajang World Superbike (WSBK) pada 19-21 November 2021 adalah pembuktian pertama sirkuit Mandalika. Ajang itu sudah dipastikan terlaksana jika melihat berbagai persiapan.
Persiapan itu meliputi sirkuit dan fasilitas pendukung, skenario transportasi dari pintu masuk NTB menuju dan di dalam kawasan Mandalika, hingga skenario pengamanan. Apalagi logistik WSBK telah berada di Mandalika.
WSBK juga akan dihadiri penonton. Syarat cakupan vaksinasi 70 persen di Lombok Tengah yang menjadi lokasi sirkuit telah terpenuhi. Per Sabtu (13/11/2021), cakupan vaksinasi Lombok Tengah sudah 75,83 persen, sementara NTB mencapai 69,25 persen.
Kegelisahan dan kekhawatiran kita pupus seketika. Ini bukti kepada dunia bahwa di tempat yang tidak ada apa-apa, bisa mewujudkan sirkuit dengan kualitas sirkuit terbaik di dunia.
Melihat seluruh kesiapan itu, tinggal menunggu minat pencinta balap motor untuk mau membeli tiket. Total ada 25.000 tiket yang dijual sejak minggu terakhir Oktober 2021 melalui agen resmi.
Belum ada pernyataan resmi berapa tiket yang terjual. Namun, pada awal November lalu, PT ITDC mulai menjual tiket harian yang ditujukan khusus bagi masyarakat NTB dan wisatawan yang datang. Penjualan dilakukan di Bandara Lombok dan Epicentrum Mall Mataram.
Penonton domestik dan lokal saat ini menjadi target utama mengingat belum semua penerbangan internasional dibuka. Pertimbangan lama karantina saat tiba di Indonesia masih menjadi beban bagi calon wisatawan mancanegara.
Mungkin terlalu dini untuk mengharapkan WSBK bisa mewujudkan mimpi besar akselerasi pertumbuhan ekonomi. Apalagi melihat minat dan masih merebaknya pandemi yang menjadi pertimbangan besar masyarakat untuk datang ke Mandalika.
Meskipun demikian, euforia penyelenggaraan WSBK di Indonesia setelah penantian lebih dari 24 tahun adalah poin penting. Mandalika semakin dilihat dunia. Sejalan dengan itu, optimisme daya pikat kawasan seluas 1,035 hektar itu akan terus meningkat, termasuk pada 2022 dengan hadirnya MotoGP pada Maret.
Sejumlah pihak percaya akan hal itu, terutama melihat bagaimana WSBK mampu menggerakkan sektor pariwisata. Secara perlahan, pelaku usaha jasa pariwisata mulai melepaskan diri dari kelesuan akibat pandemi.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata NTB, pada 2020, total kunjungan wisatawan ke NTB hanya 400.595 orang. Sepanjang tahun ini hingga November ada 344.733 kunjungan turis. Jumlah itu merosot jauh dibandingkan sebelum pandemi yang sebanyak 3,5 juta orang pada 2017, 2,8 juta pada 2018, dan 3,7 juta pada 2019.
WSBK mampu mengobati kelesuan, misalnya dari sisi okupansi hotel yang hampir tanpa tamu. Hal ini terjadi tidak hanya di dalam, tetapi juga di luar kawasan Mandalika. Jasa perjalanan wisata hingga usaha mikro, kecil, dan menengah yang selama ini bergantung pada sektor pariwisata mulai bergerak kembali.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia saat mendampingi Presiden Joko Widodo meresmikan Sirkuit Mandalika mengatakan, tidak hanya wisatawan, investasi akan semakin banyak masuk ke Mandalika.
Apalagi jika nantinya Mandalika yang dikembangkan sebagai destinasi wisata olahraga tidak hanya menggelar olahraga otomotif dunia, tetapi juga jenis olahraga lainnya.
Menurut Bahlil, sejauh ini ada sekitar 40 perusahaan yang telah berinvestasi ke Mandalika. Ia yakin ke depan investor akan lebih banyak datang lagi ke Mandalika setelah perhelatan MotoGP.
Pemerintah daerah pun sama optimistisnya. Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengatakan, tidak hanya WSBK dan MotoGP, berbagai gelaran yang akan terus berlangsung akan semakin membuat Mandalika dilihat dunia.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Yusron Hadi mengatakan, pariwisata NTB di 2022 akan lebih baik dari 2021. Keberhasilan ajang di Mandalika akan membuat dunia yakin bahwa pariwisata NTB bisa bangkit dan mereka mau datang.
Agar momentum itu berdampak, ujar Yusron, memang diperlukan upaya mendorong bagaimana wisatawan tidak hanya menikmati balapan, tetapi juga berwisata hingga menikmati produk ekonomi kreatif. Tidak hanya di Mandalika, tetapi semua kawasan yang ada sehingga semua merasakan dampaknya.
Segala upaya itu, tambah Yusron, juga harus dibarengi upaya pencegahan penyebaran Covid-19, baik percepatan vaksinasi maupun protokol kesehatan.
Melihat berbagai potensi dari hadirnya sirkuit dengan berbagai ajang kelas dunianya serta optimisme berbagai pihak, peluang untuk mewujudkan mimpi akselerasi pariwisata dan ekonomi pascapandemi cukup besar.
Hanya saja, ajang di Mandalika kan high class. Masyarakat lokal butuh penyesuaian apa yang harus mereka kerjakan. Bagaimana mereka berkontribusi dalam ajang itu.
Kekhawatiran tidak menggeliatnya pariwisata karena pandemi belum sepenuhnya tertangani tentu ada. Apalagi seandainya wisatawan mancanegara belum kunjung berani datang ke Indonesia.
Namun, jika melihat data yang ada, selama ini kunjungan wisatawan ke NTB justru lebih banyak wisatawan nusantara. Pada 2017, misalnya, jumlahnya mencapai 2 juta orang, lebih banyak dari wisatawan mancanegara yang mencapai 1,4 juta orang. Begitu juga pada 2018, wisatawan nusantara 1,6 juta orang, wisatawan mancanegara 1,2 juta orang. Pada 2019, wisatawan nusantara 2,1 juta orang dan wisatawan mancanegara 1,5 juta orang.
Melihat berbagai daya tarik yang dimiliki Mandalika, bisa jadi angka-angka itu bisa dicapai pada 2022, terutama wisatawan nusantara. Tentu perlu usaha ekstra agar wisatawan tidak sekadar menonton balapan, tetapi juga mau menghabiskan lebih banyak waktu dan uang ketika datang.
Tantangan
Saat ini, penularan Covid-19 di Indonesia, termasuk di NTB, memang semakin terkendali. Namun, itu belum cukup mampu menarik wisatawan, khususnya wisatawan nusantara, berlibur ke NTB.
Pada saat yang sama, pandemi juga masih tidak bisa diprediksi kapan berakhirnya. Mutasi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, tak menunjukkan tanda-tanda selesai dan terus ada potensi terjadi ledakan kasus baru. Di luar harapan besar pariwisata bisa menggeliat, tetap ada kekhawatiran lain, yakni munculnya siklus keterpurukan setelah gelombang pertama dan kedua pandemi.
Pengamat ekonomi yang juga dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram, M Firmansyah, mengatakan, apa yang kita kerjakan saat ini memang masih menunggu status Covid-19. ”Kita belum tahu. Namun, dengan tren menurun, sebenarnya sudah menjadi pintu masuk untuk memperbaiki pergerakan orang dan modal ke daerah,” katanya.
Oleh karena itu, kata Firmansyah, isu paling penting adalah penanganan Covid-19, termasuk dalam upaya mendorong dampak hadirnya Mandalika. Menurut dia, Mandalika saat ini menjadi sorotan. Tidak hanya Indonesia, tetapi seluruh dunia.
”Hanya saja, ajang di Mandalika, kan, high class. Masyarakat lokal butuh penyesuaian apa yang harus mereka kerjakan. Bagaimana mereka berkontribusi dalam ajang itu. Tidak hanya soal barang, tetapi juga jasa. Itu harus disiapkan,” kata Firmansyah.
Kehadiran Mandalika, tambah Firmansyah, secara perlahan akan membawa perubahan dan masyarakat akan menyesuaikan diri. Namun, hal itu tidak bisa diserahkan ke mekanisme pasar, melainkan dirancang.
Hal itu bisa dimulai dengan merancang keorganisasian, baik formal maupun nonformal. Organisasi atau lembaga itu bertugas mendesain tata nilai dalam berbisnis dan berekonomi di kawasan Mandalika. Tanpa harus mendegradasi tata nilai kehidupan sehari-hari masyarakat.
”Tata nilai yang didesain lebih ke nilai-nilai universal. Lebih ke standar daerah yang sama dengan standar internasional,” kata Firmansyah.
Baca juga :
Selain kelembagaan, menurut Firmansyah, butuh desain manufaktur yang ada untuk mendukung keberadaan Mandalika. Perlu ada kluster-kluster ekonomi kreatif lain, baik di Pulau Lombok maupun Sumbawa. Hal itu juga harus berdasarkan hitungan yang benar.
Firmansyah menambahkan, pandemi sulit ditebak. Gelombang berikutnya mungkin saja terjadi sehingga banyak yang berspekulasi.
Oleh karena itu, meski telah ada Mandalika dengan segala magnetnya, tidak boleh sepenuhnya menggantungkan harapan ke sana. ”Harus ada alternatif yang bisa bergerak. Jangan seperti Bali yang sektor utamanya pariwisata. Pada masa begini sangat tenggelam,” kata Firmansyah.
Manufaktur bisa didorong dengan mengandalkan produksi pertanian, peternakan, dan perkebunan yang relatif stabil. ”Tidak melulu memikirkan pariwisata, karena pariwisata juga supporting dari sektor lain,” kata Firmansyah.
Magnet baru Mandalika memang perlu dikawal ketat agar daya tariknya benar-benar seperti yang diharapkan.
Baca juga : Euforia Warga Tonton Balapan dalam Sesi Kunjungan di Mandalika