Kota Palangkaraya Dikepung Banjir, Akses Masuk Nyaris Putus
Banjir di Kalimantan Tengah terus meluas. Tujuh kabupaten dan kota terendam banjir. Kota Palangkaraya, ibu kota provinsi itu, kini dikepung banjir hingga semua akses nyaris tertutup.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, dikepung banjir. Hampir seluruh akses masuk ke kota itu tertutup banjir. Beberapa ruas jalan bahkan sudah tidak bisa dilewati.
Banjir sudah merendam Kota Palangkaraya hampir satu minggu. Dalam pantauan Kompas, pada Kamis (18/11/2021) banjir masih menutup akses jalan Trans-Kalimantan di bagian utara Kota Palangkaraya, tepatnya di wilayah Bukit Rawi, sepanjang 4,5 kilometer.
Ketinggian air maksimal mencapai 106 sentimeter dengan titik terdalam mencapai 151 sentimeter. Jalan ini ditutup sementara. Bahkan, aparat Polda Kalteng sudah membuat posko di lokasi tersebut untuk mengimbau kendaraan dari arah Kabupaten Gunung Mas ataupun dari arah Kota Palangkaraya agar memutar balik kendaraannya. Jalan ini hanya bisa dilalui kelotok atau perahu kayu bermotor.
Di bagian selatan Kota Palangkaraya yang juga merupakan jalan Trans-Kalimantan nyaris terputus. Wilayah Tumbang Nusa dari arah Banjarmasin ke Kota Palangkaraya terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 60 sentimeter, dengan panjang jalan terendam mencapai 200 meter.
”Saat ini antrean di Jembatan Tumbang Nusa mencapai 2 kilometer, kami berlakukan buka tutup jalan,” ungkap Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalteng Komisaris Besar Eko Saputro.
Eko menjelaskan, pihaknya sudah mendirikan posko bencana berkoordinasi dengan Polres Pulang Pisau dan Polresta Palangkaraya, juga dinas terkait lainnya.
Di bagian barat Kota Palangkaraya, jalan hampir terputus di wilayah Kabupaten Katingan sebelum memasuki Kota Palangkaraya, tepatnya di wilayah Kereng Pangi. Jalan ini pada Minggu (14/11/2021) sempat terputus karena ambruknya gorong-gorong di jalan nasional tersebut. Kini pihak pemerintah sudah memperbaiki jalur tersebut, tetapi masih memberlakukan buka tutup jalan.
Saat ini antrean di Jembatan Tumbang Nusa mencapai 2 kilometer, kami berlakukan buka tutup jalan.
Tiga jalur itu (utara, barat, selatan) merupakan seluruh akses untuk masuk ke Kota Palangkaraya. Selain dari tiga jalur itu, ada akses lain, yakni transportasi sungai untuk mencapai ”Kota Cantik” itu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya Emi Abriyani mengungkapkan, banjir di Kota Palangkaraya terus meluas. Sebelumnya banjir hanya melanda 17 kelurahan di empat kecamatan, kini banjir melanda 20 kelurahan dari lima kecamatan.
Dari data BPBD Kota Palangkaraya, terdapat 5.199 keluarga atau 11.127 orang dari 120 wilayah rukun tetangga yang terendam banjir. Setidaknya terdapat 619 orang yang mengungsi ke posko-posko di kelurahan mereka.
”Kami saat ini sedang mendistribusikan logistik kebutuhan para pengungsi. Selain itu, kami juga menyiapkan pelayanan kesehatan di tiap posko,” kata Emi.
Wali Kota Palangkaraya Fairid Naparin mengungkapkan, pihaknya meningkatkan status dari siaga darurat bencana menjadi tanggap darurat bencana banjir. Hal itu dilakukan agar penanganan banjir lebih baik.
”Saya pastikan pemerintah kota selalu hadir untuk menjamin kebutuhan para pengungsi. Kami akan maksimal memenuhi kebutuhan mereka,” kata Fairid.
Pengungsi banjir di Kota Palangkaraya mulai diserang beragam penyakit, mulai dari penyakit kulit atau gatal-gatal, infeksi saluran pernapasan akut, hingga diare. Setidaknya mereka sudah berada di luar rumah selama empat hari.
Fatimah (42), warga Jalan Mendawai III, Kelurahan Palangka, mengungkapkan, dirinya terpaksa mengungsi lantaran air sudah lebih dari 1,5 meter. Ibu dua anak itu tinggal dengan orangtua dan neneknya yang berumur 101 tahun.
Ia bersama keluarga yang berjumlah tujuh orang kemudian mengungsi ke sebuah rumah toko (ruko) kosong di Pasar Kahayan. Mereka semua tinggal di ruangan berukuran 3 meter x 4 meter dan beralaskan tikar purun.
Kini Fatimah dan tiga anggota keluarganya diserang batuk dan penyakit kulit gatal-gatal. Kulit di bagian tangan Fatimah memerah dan timbul bercak. Tak hanya tangan, sela-sela kakinya juga mulai diserang kutu air. ”Tiap hari bolak-balik ke rumah, takut ada yang maling barang di rumah. Ke sini (posko) hanya untuk makan dan tidur,” katanya.