Curah Hujan Tinggi hingga Januari, Waspadai Banjir di Cirebon
Curah hujan tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, hingga Januari 2022. Pemerintah daerah dan masyarakat diminta waspada terhadap banjir.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
ยท3 menit baca
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Warga melintasi banjir di Desa Suranenggala Kulon, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021). Sekitar 1.100 rumah terendam banjir hingga ketinggian lebih dari 1 meter di daerah tersebut. Banjir berlangsung sejak Minggu (17/1/2021).
CIREBON, KOMPAS โ Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Kertajati memprediksi curah hujan meningkat di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, hingga Januari 2022 seiring fenomena La Nina. Pemerintah Kabupaten Cirebon pun mengantisipasi bencana hidrometeorologi, terutama di empat wilayah rawan banjir.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati Devi Ardiansyah mengatakan, Cirebon saat ini memasuki musim hujan dan diperkirakan berlangsung hingga Januari 2022. โIni perlu diwaspadai karena ada indikasi fenomena La Nina yang akan menambah curah hujan,โ ucap Devi setelah rapat koordinasi antisipasi bencana, Kamis (18/11/2021), di Kantor Bupati Cirebon.
La Nina merupakan fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin dan intensitas hujan lebih tinggi. Akibatnya, curah hujan bisa mencapai titik ekstrem, yakni melebihi 100 milimeter per hari. Padahal, normalnya 20 milimeter per hari. โPotensi (hujan ekstrem) ini ada di Cirebon. La Nina akan (mereda) Februari. Nanti akan kami update (perbarui) lagi,โ katanya.
Devi mengimbau Pemkab Cirebon dan masyarakat untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, selama curah hujan tinggi. Apalagi, Cirebon dilalui Daerah Aliran Sungai Cisanggarung yang kerap meluap saat musim hujan. Sejumlah wilayah di Cirebon juga kebanjiran hampir setiap tahun.
Potret sawah yang terendam banjir di jalur Arjawinangun-Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (18/1/2021). Baniir yang terjadi sejak Senin dini hari itu mengganggu aktivitas warga.
Dari Januari hingga Oktober 2021, tercatat 55 kejadian banjir di Cirebon dan 65.016 warga terdampak. Sebanyak 1.261 orang mengungsi dan 17.416 rumah terendam. Selain didominasi banjir, bencana di Cirebon juga berupa tanah longsor yang mengancam 30 rumah serta angin kencang yang merugikan 1.232 jiwa.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cirebon Alex Suheriyawan mengatakan, terdapat empat titik rawan banjir di Cirebon. Pertama, bagian timur yang meliputi Kecamatan Ciledug, Waled, dan Pasaleman. Kedua, bagian tengah, seperti Kecamatan Plered dan Tengah Tani.
Kami buat forum peduli bencana daerah. Di situ ada berbagai pihak. Nanti akan kami teruskan dengan rapat teknis. (Alex Suheriyawan)
Ketiga, Kecamatan Ciwaringin dan Susukan di bagian barat serta titik terakhir di Losari yang kerap dilanda rob. Wilayah timur merupakan daerah industri, sedangkan bagian tengah Cirebon, seperti Tengah Tani, dipadati perumahan. Adapun wilayah barat dilalui Sungai Wangan Ayam dan Sungai Ciwaringin. Sawah di daerah itu juga beralih fungsi jadi rumah.
Alex mengatakan, rapat koordinasi dengan berbagai instansi dan akademisi pada Kamis sore itu merupakan salah satu langkah antisipasi bencana. โKami buat forum peduli bencana daerah. Di situ ada berbagai pihak. Nanti akan kami teruskan dengan rapat teknis. Kami juga akan membangun posko di titik rawan banjir jika diperlukan,โ ujarnya.
Sebelumnya, akhir Oktober lalu, Bupati Cirebon Imron Rosyadi telah menerbitkan Surat Edaran tentang Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan 2021. Surat itu, antara lain, menginstruksikan para camat untuk menyiapkan sumber daya manusia, tempat evakuasi, serta mengidentifikasi kebutuhan peralatan dan logistik menghadapi ancaman banjir.