BPCB Jatim Temukan Bukti Candi Songgoriti Pernah Dipugar Belanda
Pemerintah Hindia Belanda telah beberapa kali melakukan pemugaran terhadap Candi Songgoriti yang ditemukan tahun 1799. BPCB Jawa Timur melakukan ekskavasi dan menemukan bukti soal pemugaran itu.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BATU, KOMPAS — Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur menemukan bukti bahwa Candi Songgoriti di Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur, pernah dipugar oleh Belanda. Bukti itu diperoleh dari temuan batu bata di bagian fondasi dan drainase candi yang menggunakan semen.
Berdasarkan keterangan yang terpampang di lokasi, Candi Songgoriti berada di lembah antara Gunung Kawi dan Anjasmoro. Candi berbahan batu andesit itu ditemukan Van Ijsseldijk tahun 1799. Pemerintah Hindia Belanda melakukan pemugaran tahun 1849 dan 1863 yang diketuai Rigg dan Brumund. Knebel kemudian melakukan inventarisasi serta pemugaran tahun 1902 dan 1921-1923.
Ketua Tim Ekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Muhammad Ichwan, Rabu (17/11/2021), mengungkapkan, pihaknya menemukan perkuatan fondasi di bagiah bawah batu. Perkuatan itu berupa tatanan batu bata berlapis sembilan.
Adapun batu bata penyusunnya bukan berupa batu bata kuno, tetapi batu bata pada masa Kolonial dengan ukuran panjang 25 sentimeter, lebar 30 cm, dan tebal 5 cm. Di bagian bawah fondasi juga ada perkuatan berupa cor semen setebal 40 cm di sisi timur dan utara batur.
”Kita membuktikan dari referensi bahwa candi ini pernah dipugar pada masa Kolonial. Kami mendapatkan batu yang ada timah (lingkaran) sebagai penanda bahwa ada penataan ulang. Ini didapat pada candi. Kemudian batur sendiri dilakukan pemugaran, dibuktikan dengan penambahan perkuatan bata dan cor semen,” katanya.
BPCB melakukan ekskavasi Candi Songgoriti sejak 10 November dan akan berakhir pada 19 November. Selama proses ekskavasi, tim telah membuka 22 kotak gali. Target ekskavasi menemukan bentuk dan denah dari batur. Dari sisi bentuk, tim mendapati wujud bujur sangkar dengan fondasi tiga lapis.
Adapun dari sisi denah, tim menemukan sudut barat laut, timur laut, dan tenggara. Sementara sisi selatan dan barat masih dicari. Sebelumnya, ekskavasi terhadap Candi Songgoriti pernah dilakukan oleh BPCB Jawa Timur tahun 2014, tetapi hanya dalam rangka zonasi.
Kita membuktikan dari referensi bahwa candi ini pernah dipugar pada masa kolonial.
Hasil ekskavasi kali ini, selain menemukan sudut, tim juga mendapati pada bagian kaki candi terdapat tiga lapis batur. Antara kaki candi dan batur terdapat lantai koral—berada di sisi utara kaki candi yang menempel pada sisi dalam candi.
”Yang sisi timur (hari ini) kami masih coba perdalam kotak galinya karena kemarin kami belum dapat data,” ucap Ichwan, yang menyamakan Candi Songgoriti dengan Candi Jawi di Pasuruan dan Candi Sanggrahan di Tulungagung yang berdiri di atas batur.
Pamong Budaya Ahli BPCB Jawa Timur Andi M Said mengatakan, pihaknya ingin menata kembali ruang candi (candi dan sekelilingnya). Di luar area candi diperkirakan masih banyak potensi benda cagar budaya. Adapun hasil pemugaran di masa kolonial, menurut dia, masih terkesan asal-asalan.
Andi mencontohkan batu candi yang banyak dipasang di batur. ”Batu yang harusnya di badan candi, tetapi ditempatkan di bawah. Itu kelihatan dari slop di bagian bawah. Juga menggunakan batu bata baru pada masa itu. Bukan masa candi dibangun. Candi Songgoriti dibangun abad IX pada masa Mataram Kuno,” ujarnya.
Kondisi tanah di sekitar candi juga sudah terbongkar, bukan tanah asli. Bisa jadi, menurut Andi, itu merupakan hasil bongkaran saat pemugaran atau sesudah masa itu. Hal ini mengingat Candi Songgoriti—yang terindikasi sebagai petirtaan—berada dekat sekali dengan sumber air panas.
Masyarakat telah memanfaatkan airnya, khususnya untuk keperluan wisata pemandian air hangat. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya pipa besi dan paralon, tandon, dan drainase air di bawah candi.
Bahkan, ada informasi, dulu di dekat candi ada rumah sakit milik Belanda, tetapi saat ini telah berubah menjadi jalan. Diperkirakan air panas dari sumber di dekat candi juga dimanfaatkan untuk keperluan rumah sakit. Selama ini, posisi Candi Songgoriti berada di halaman penginapan dan tempat wisata Pemandian Air Panas Alami Songgoriti.
”Keberadaan tandon itu sebenarnya mengganggu dari sisi cagar budaya. Tetapi, ya, sudah terjadi di masa lalu. Yang bisa kita lakukan sekarang menata kembali. Ada beberapa pipa yang musti kita hilangkan karena tidak berfungsi lagi,” ujarnya.
Mengenai harapan ke depan, Andi mengatakan, sebaiknya ruang candi ditata kembali sebagaimana aslinya atau dibiarkan apa adanya, tidak perlu ditambah bangunan baru. Sebaliknya, masyarakat bisa membuat candi tiruan di tempat lain, seperti Tirta Empul di Bali, untuk keperluan wisata.