Belasan Kapal Ikan di Tegal Terbakar, Pemadaman Terhambat Jalan Sempit
Sempitnya jalan menuju lokasi membuat pemadaman belasan kapal perikanan di Kota Tegal, Jawa Tengah sulit dipadamkan. Ke depan, setiap kapal diharapkan memiliki alat pemadam. Polisi masih menyelidiki penyebab kebakaran.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Kebakaran terjadi di sebuah galangan kapal milik PT Tegal Sipyard Utama, Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah pada Rabu (17/11/2021) dini hari. Hingga lewat tengah hari atau lebih dari 11 jam, api belum padam sepenuhnya. Kerugian diperkirakan puluhan miliar rupiah.
Kebakaran tersebut pertama kali diketahui oleh warga pada Rabu pukul 01.30. Awalnya, kebakaran terjadi di atas satu kapal yang sandar di bagian tengah antara galangan kapal PT Tegal Sipyard Utama dan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Tegal.
Saat peristiwa terjadi, angin di sekitar lokasi berembus cukup kencang sehingga api cepat merambat ke kapal-kapal lain yang sedang bersandar di kawasan tersebut.
Menurut salah satu pemilik kapal sekaligus Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal Riswanto, kebakaran itu telah menghanguskan sedikitnya 15 kapal. Kapal yang terbakar merupakan kapal perikanan milik sekitar tujuh orang. Ukuran kapal yang terbakar rata-rata di atas 50 gros ton.
”Jenis kapalnya macam-macam, ada kapal cantrang, kapal cumi, dan kapal gillnet (jaring ingsang). Kapal-kapal itu bersandar dengan alasan beragam. Ada kapal yang memang sedang diperbaiki di galangan, ada juga yang baru kembali dari melaut, dan ada yang sedang persiapan mau melaut,” kata Riswanto saat ditemui, Rabu pagi.
Riswanto menyebut, kerugian yang dialami akibat kebakaran itu beragam, tergantung alat tangkap dan isi kapal. Untuk satu kapal, kerugian yang harus ditanggung pemilik kapal sedikitnya sebesar Rp 3 miliar.
Untuk satu kapal, kerugian yang harus ditanggung pemilik kapal sedikitnya sebesar Rp 3 miliar.
Sekitar 11 jam setelah kejadian, api belum juga bisa dipadamkan. Asap hitam yang membubung di sekitar lokasi juga terlihat dari radius 3 kilometer. Berdasarkan pantauan Kompas, petugas pemadam kebakaran masih berjibaku memadamkan api. Sejumlah warga terlihat turut memadamkan api dengan peralatan seadanya.
Akses sempit
Masih adanya bahan bakar minyak di sejumlah kapal dan kencangnya angin yang berembus di sekitar lokasi membuat api terus merambat ke kapal-kapal lain. Warga di sekitar lokasi menyebut, mobil pemadam kebakaran sempat kesulitan menembus lokasi lantaran lebar jalan menuju galangan kapal tersebut cukup sempit, yakni sekitar 2 meter. Akhirnya, mereka harus mencari jalur lain yang memutar lebih jauh.
”Sejak pukul 01.30, sudah ada sekitar 10 mobil pemadam kebakaran dari Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes yang dikerahkan. Setiap mobil pemadam sudah lima sampai enam kali bolak-balik isi ulang air,” kata Kepala Kepolisian Resor Tegal Kota Ajun Komisaris Besar Rahmad Hidayat.
Namun, pemadaman terkendala oleh akses menuju lokasi yang sangat sempit. ”Semoga, hal ini bisa menjadi evaluasi agar ke depannya, pengelola galangan kapal menyediakan jalur untuk mobil pemadam kebakaran,” ucapnya.
Rahmad menuturkan, tidak ada korban jiwa dan korban luka dalam kejadian tersebut. Adapun kerugian materiil diperkirakan mencapai puluhan miliar.
Pihaknya masih menyelidiki penyebab kebakaran. Polisi masih terus menggali data dari para saksi kebakaran dan pemilik kapal.
Secara terpisah, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono menyampaikan keprihatinannya atas kejadian tersebut. Dedy berharap, ke depan, sistem keamanan kapal dikuatkan untuk mencegah kejadian serupa.
”Ke depan, saya harapkan setiap kapal yang bersandar dijaga minimal oleh satu orang selama 24 jam penuh. Kapal juga harus dilengkapi alat pemadam kebakaran ringan sehingga kalau ada kebakaran di satu kapal, bisa langsung dipadamkan sebelum merambat ke kapal lain,” ujar Dedy.
Dedy menuturkan, setiap kawasan, baik industri, permukiman, maupun kawasan bisnis, idealnya dilengkapi dengan jalur bagi mobil pemadam kebakaran. Ke depan, hidran juga diharapkan bisa dipasang di titik-titik yang rawan kebakaran, termasuk di pelabuhan. Sebab, tidak adanya hidran disebut Dedy membuat proses pemadaman kebakaran pada Rabu lebih lama.