Waspadai Mobilitas Masyarakat Pemicu Lonjakan Covid-19 di Jatim
Perkembangan Covid-19 signifikan di tiga daerah di Jatim. Pemicunya diduga kuat berasal dari pelaku perjalanan luar daerah. Kewaspadaan terhadap mobilitas masyarakat lebih ditingkatkan menghadapi Natal dan Tahun Baru.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/AGNES SWETTA P/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Suasana penumpang di lobi terminal domestik Bandara Juanda, Senin (3/5/2021).
SURABAYA, KOMPAS — Tiga daerah di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kasus Covid-19 yang signifikan dalam beberapa hari belakangan ini. Pemicunya diduga kuat berasal dari pelaku perjalanan luar daerah. Kewaspadaan terhadap mobilitas masyarakat lebih ditingkatkan menghadapi liburan Natal dan Tahun Baru, serta kepulangan pekerja migran Indonesia.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jatim Makhyan Jibril Alfarabi mengatakan, tiga daerah yang mengalami perkembangan kasus signifikan adalah Surabaya, Malang, dan Kabupaten Ngawi. Jumlah kasus Covid-19 di Jatim, Senin (15/11/2021), bertambah 29 orang. Penambahan terbanyak ada di Ngawi (7 orang), kemudian Sidoarjo dan Banyuwangi masing-masing 4 orang.
Secara akumulatif atau sejak pertengahan Maret 2020, di Jatim telah tercatat 398.927 kasus konfirmasi Covid-19. Kasus aktif atau dalam perawatan sebanyak 241 pasien. Kasus terbanyak di Kabupaten Malang 17 orang, kemudian Ponorogo 13 orang, dan Ngawi 12 orang. Kasus aktif di Malang tersebut turun dibandingkan dengan sehari sebelumnya, Minggu (14/11/2021), tetap posisinya tetap yang tertinggi di Jatim.
Sementara itu, Surabaya mencuri perhatian satgas Covid-19 karena mengalami penambahan kasus baru sebanyak 21 orang pada Sabtu (13/11/2021) sehingga total kasus aktifnya menjadi 23 orang. Kenaikan kasus baru itu hampir 300 persen dibandingkan penambahan pada hari sebelumnya yang hanya 8 orang dan bahkan pada Kamis hanya ada 3 kasus baru.
”Perkembangan kasus Covid-19 yang menonjol di tiga daerah itu disinyalir disebabkan mobilitas masyarakat yang meningkat seiring pelonggaran aturan pembatasan kegiatan masyarakat. Meski demikian, asalnya bukan dari Jatim melainkan pelaku perjalanan dari daerah lain,” ujar Jibril.
KOMPA/RUNIK SRI ASTUTI
Pelaku perjalanan dari luar negeri tiba di Bandara Juanda, Surabaya, Rabu (28/4/2021),
Dugaan itu dikonfirmasi oleh Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita. Dia mengatakan, berdasarkan hasil pelacakan yang dilakukan dinkes terdapat riwayat perjalanan, warga yang kembali ke Kota Surabaya mendapatkan hasil positif Covid-19 usai perjalanan dari luar kota.
”Dari hasil pelacakan, umumnya warga terkonfirmasi positif adalah pelaku perjalanan dari kota atau daerah lain,” kata Febria.
Jibril menambahkan terdeteksinya kasus konfirmasi positif baru di Surabaya, Malang, dan Ngawi, dalam jumlah yang signifikan, merupakan buah dari tingginya capaian pelacakan kontak erat, yakni 15 orang untuk setiap satu pasien. Hal itu menjadi salah satu upaya mitigasi sebaran Covid-19 untuk mencegah serangan gelombang ketiga.
Secara umum kondisi penanganan pandemi Covid-19 di Jatim, menurut Jibril, masih berada dalam koridor yang benar. Indikasinya pertambahan kasus baru jauh lebih rendah dibandingkan pada serangan gelombang kedua Juli lalu. Positivity rate di Jatim masih berada di angka 0,2 persen. Selain itu, tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 berada di angka 4 persen untuk isolasi intensif dan 3 persen untuk ruang isolasi biasa.
Meski penambahan kasus secara umum di Jatim rendah, kewaspadaan terhadap Covid-19 perlu ditingkatkan. Berkaca pada pengalaman tahun lalu, peningkatan kasus yang tinggi pada Januari dan Februari dipicu oleh tingginya mobilitas masyarakat selama bulan Desember.
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membagikan masker kepada penumpang di Bandara Juanda Surabaya, Sabtu (24/4/2021)
”Potensi terjadi lonjakan kasus pada Desember ini masih dimungkinkan yang dipicu oleh mobilitas masyarakat karena ada momen Natal dan Tahun baru. Selain itu, ada potensi kepulangan pekerja migran Indonesia (PMI) asal Jatim ke Tanah Air,” ucap Jibril.
Berkaca pada serangan sebelumnya, yang perlu diwaspadai ialah penularan Covid-19 yang berasal dari virus varian baru. Penularan ini berpotensi terjadi seiring masuknya PMI. Oleh karena itu, kewaspadaan harus ditingkatkan mulai dari pintu masuk negara seperti Bandara Internasional Juanda di Sidoarjo.
Sementara itu, indikasi lain dari meredanya pandemi Covid-19 di Jatim ialah angka kematian yang rendah. Mengutip laman resmi https://infocovid19.jatimprov.go.id/, jumlah kasus secara akumulatif atau sejak pertengahan Maret 2020, di Jatim telah tercatat 398.927 kasus konfirmasi Covid-19. Dalam setengah bulan ini, jumlah kematian pasien Covid-19 di Jatim tercatat 48 orang. Rerata harian terjadi kematian 3 orang. Situasi itu rendah dan mengindikasikan keberhasilan program vaksinasi sejak pertengahan pertengahan awal tahun.
Dalam sehari ini di Jatim, tercatat kematian dua orang yakni warga Jember dan warga Surabaya. Dengan kematian dua orang itu, data jumlah warga yang meninggal sejak pertengahan Maret tahun lalu menjadi 29.675 jiwa.
Selain itu, jumlah pasien dirawat tersisa 215 orang. Pasien berasal dari Kabupaten Malang (17 orang), Ponorogo (13 orang), lalu Ngawi, Trenggalek, Tulungagung, dan Banyuwangi masing-masing 12 orang.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, angka kematian harian yang rendah mengindikasikan keberhasilan program vaksinasi. Artinya, vaksinasi bisa dianggap berhasil menekan risiko dampak fatal Covid-19 terhadap pasien.
Situasi itu berbeda dibandingkan dengan ketika Indonesia termasuk Jatim mengalami ledakan kasus dalam kurun Juni-Agustus 2021. Jumlah kematian harian menembus 100 orang di Jatim, sedangkan kasus konfirmasi menembus 5.000 orang dalam sehari. Ledakan kasus itu terkait serangan varian baru virus korona dan masih rendahnya cakupan vaksinasi.
”Tujuan untuk mendapat kekebalan kelompok semakin dekat,” kata Windhu. Untuk itu, Windhu mendorong agar aparatur di daerah terutama kabupaten/kota tetap giat untuk melaksanakan vaksinasi sekaligus pengendalian pandemi. Pengendalian dalam bentuk mempertahankan kinerja yang baik dalam pengetesan, pelacakan, penanganan atau 3T dan penegakan protokol kesehatan.