Tiga Tewas Tertimpa Pohon Tumbang di Obyek Wisata Jolotundo, Mojokerto
Hujan lebat disertai angin kencang mengakibatkan pohon tumbang di obyek wisata Jolotundo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Akibat kejadian itu tiga orang meninggal, tiga lainnya luka berat, dan dua luka ringan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
DOKUMENTASI BPBD KOTA BOGOR
Ilustrasi - Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Senin (18/10/2021), membersihkan pohon tumbang akibat hujan deras disertai angin kencang pada Minggu (17/10/2021). Tercatat ada 13 peristiwa bencana karena cuaca ekstrem itu.
SURABAYA, KOMPAS — Hujan lebat disertai angin kencang mengakibatkan pohon tumbang di kawasan obyek wisata Jolotundo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Bencana itu mengakibatkan tiga orang meninggal, tiga luka berat, dan dua orang luka ringan. Menghadapi puncak cuaca ekstrem dan La Nina mitigasi harus diperkuat lagi di semua lini.
Tiga korban meninggal adalah Muhammad Riyan Amim Rizaldi (45) warga Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Mojokerto; Qori Irawan (18) warga Desa Jedong, Kecamatan Ngoro; dan Yusuf Klimin (22) warga Desa Kalipuro, Kecamatan Pungging. Adapun tiga korban luka berat ialah Zaini (18), Fernan Candra (15), Yudi (19).
Semua korban langsung dievakuasi ke Rumah Sakit (RS) Soekandar Mojosari, RS Mawaddah di Kecamatan Ngoro dan RS Sumberglagah Mojokerto. Korban meninggal sudah diserahkan kepada keluarga sementara korban luka berat masih dirawat di rumah sakit.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jatim Budi Santoso, Senin (15/11/2021), mengatakan, peristiwa itu terjadi Minggu (14/11/2021) sekitar pukul 17.00. Saat itu, hujan lebat disertai angin kencang menerpa kawasan wisata dan menumbangkan sebuah pohon yang berada di dekat warung yang sedang ramai.
Sejauh ini pihaknya terus melakukan koordinasi dengan perangkat desa terkait penanganan bencana dan upaya mitigasi agar kejadian serupa tidak terulang. Apalagi cuaca ekstrem dan La Nina diprediksi berlangsung hingga Desember.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Ilustrasi - Petugas Suku Dinas Kehutanan memotong dahan pohon beringin yang telah dipangkas di Jalan Basuki Rahmat, Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (1/11/2021). Pemangkasan ini bertujuan mengoptimalkan fungsi lampu penerangan jalan, selain juga untuk mengantisipasi risiko pohon tumbang karena diterpa angin kencang saat musim hujan.
Perawatan rutin
Ahli kebencanaan dari Pusat Penelitian Mitigasi, Kebencanaan, dan Perubahan Iklim Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Amin Widodo, mengatakan, banyak faktor penyebab pohon tumbang. Salah satunya adalah pohon sudah tua, mengering, dan tidak tumbuh lagi. Bisa juga pohon tersebut keropos pada bagian batangnya karena dimakan rayap. Selain itu, kanopinya (dahan dan ranting) terlalu lebar dan batang pohonnya miring.
”Untuk mengetahui penyebab pastinya, butuh pemeriksaan pohon. Bahkan, kondisi akar pohon juga bisa berpengaruh, contohnya pohon yang ditanam dari hasil stek memiliki akar yang tumbuh menyamping bukan kedalam sehingga kurang kuat menahan empasan angin,” ujar Amin Widodo.
Amin mengatakan idealnya dilakukan pemeriksaan rutin terhadap kondisi pohon yang lokasinya berdekatan dengan aktivitas manusia, misalnya pohon yang ditanam di tepi jalan dan tempat-tempat wisata yang banyak dikunjungi. Pohon yang kondisinya tidak sehat sehingga berpotensi tumbang, segera dipotong.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ilustrasi - Seorang warga berusaha mengevakuasi sepeda motor milik Firdaus (46), warga Parung, Kabupaten Bogor, yang tertimpa pohon tumbang di Jalan Parung-Ciputat, Bojongsari, Sawangan, Depok, Jawa Barat, Selasa (4/5/2021). Angin kencang dan akar pohon yang sudah tidak kuat mengakibatkan Firdaus tertimpa saat melintas. Korban mengalami luka ringan.
Selain itu dilakukan pemangkasan terhadap dahan dan ranting yang terlalu rimbun. Perawatan pohon harus rutin dilakukan sebagai upaya mitigasi terhadap bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi pada musim hujan periode ini. Apalagi sudah ada peringatan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengenai cuaca ekstrem dan La Nina yang melanda wilayah Jatim.
Amin mengatakan, beberapa tahun belakangan ini ada kecenderungan angin yang bertiup memiliki kekuatan yang semakin besar sehingga dampaknya semakin luas dan semakin parah. Hal ini merupakan salah satu penanda cuaca ekstrem yang terjadi karena perubahan ikim semakin menguat.
Mitigasi bencana merupakan tanggung jawab bersama guna mencegah jatuhnya korban jiwa dan memperkecil dampak kerusakan. (Amin Widodo)
Oleh karena itu, dampak cuaca ekstrem berupa angin kencang harus lebih diwaspadai karena menimbulkan kerusakan yang luas dan parah bahkan menyebabkan jatuhnya korban jiwa seperti di Mojokerto. Kewaspadaan ini harus dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah daerah maupun masyarakat.
Dalam kasus pohon tumbang di tempat wisata, pemda harus membuat kebijakan tentang pemeriksaan pohon yang dilakukan secara rutin di seluruh tempat wisata, jalan raya, dan tempat-tempat yang menjadi pusat kegiatan masyarakat. Pengelola obyek wisata harus dirangkul sebagai bagian dari tanggung jawab kepada wisatawan.
Di sisi lain, masyarakat harus diedukasi agar tidak bepergian saat musim hujan. Mencari tempat berteduh yang aman dengan cara menjauhi pohon dan bangunan yang rawan roboh. ”Mitigasi bencana merupakan tanggung jawab bersama guna mencegah jatuhnya korban jiwa dan memperkecil dampak kerusakan,” kata Amin.
PEMKAB SIDOARJO
Bupati Sidoarjo Muhdlor Ali saat meninjau rumah korban bencana angin puting beliung di Candi, Kamis (11/11/2021)
Di awal musim hujan tahun ini, beberapa kejadian bencana angin kencang telah melanda Jatim. Di Sidoarjo, misalnya, hingga Jumat (11/12/2021) tercatat tiga peristiwa angin kencang terjadi selama musim pancaroba atau dalam rentang dua pekan belakangan.
Laporan terbaru, angin kencang melanda Desa Kedungkendo, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Kamis (11/11/2021). Kejadian itu mengakibatkan belasan rumah warga rusak ringan hingga berat sehingga tidak bisa ditinggali.
Sepekan sebelumnya, tepatnya pada Jumat (5/11/2021), bencana angin kencang juga menyapu permukiman warga di Dusun Pepe dan Dusun Wagir, Desa Kwangsan, Kecamatan Sedati. Kejadian itu mengakibatkan 28 rumah rusak terutama pada bagian atap. Genteng-genteng berjatuhan dan kayu penyangga atap banyak yang terlepas menimpa perabotan di bawahnya.
Peristiwa angin kencang terparah terjadi di Kecamatan Wonoayu karena menimpa enam desa, yakni Mulyodadi, Pagerngumbuk, Plaosan, Wonokalang, Candinegoro, dan Karangpuri. Tidak kurang dari 150 rumah warga yang terdampak sehingga mengalami rusak ringan hingga sedang.
Menyikapi rentetan kejadian angin kencang tersebut, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali meminta masyarakatnya meningkatkan kewaspadaan. Caranya antara lain lebih berhati-hati saat terjadi hujan disertai angin. Selain itu, lebih peduli pada lingkungan sekitar untuk mengenali hal-hal yang berpotensi memperburuk dampak bencana, seperti pohon yang sudah lapuk atau bangunan yang rawan roboh.