Sempat Surut, Banjir Kembali Genangi Ratusan Rumah di Bandung Selatan
Sempat surut, banjir kembali melanda kawasan Bandung selatan, Jawa Barat, Senin (15/11/2021). Hujan lebat menyebabkan Sungai Citarum meluap dan menggenangi permukiman warga.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kawasan Bandung selatan di Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, kembali dilanda banjir, Senin (15/11/2021). Ratusan rumah terendam banjir luapan Sungai Citarum akibat hujan lebat pada Minggu (14/11/2021) malam.
Banjir berulang kali melanda Bandung selatan sejak awal November. Banjir sempat surut pada Sabtu (13/11/2021) pagi. Warga membersihkan rumah mereka dari sampah dan lumpur yang terbawa banjir.
Akan tetapi, banjir kembali melanda dengan ketinggian 50 sentimeter. ”Banjir di sini memang naik turun. Biasanya surut di pagi atau siang hari, dan air kembali naik ketika malam hari saat hujan lebat di hulu,” ujar Budi (38), warga Baleendah.
Banjir kali ini bukan yang terparah sepanjang November. Ketinggian banjir sempat mencapai 1,5 meter pada Selasa (2/11/2021).
Mayoritas warga bertahan di lantai dua rumah. Saat banjir dengan ketinggian di atas 1 meter, warga biasanya beraktivitas menggunakan perahu.
”Warga memang sudah terbiasa menghadapi banjir. Namun, tetap khawatir karena banjir bisa datang kapan saja tanpa disadari,” ujarnya.
Di Dayeuhkolot, banjir menerjang Kampung Bojongasih yang berada di pinggir Sungai Citarum. Selama puluhan tahun, kawasan tersebut menjadi langganan banjir setiap musim hujan.
Akibatnya, banyak bangunan rusak akibat sering terendam banjir. Bahkan, beberapa rumah ditinggalkan pemiliknya.
Kolam retensi Andir dengan luas genangan sekitar 2,75 hektar itu ditargetkan rampung dua bulan lagi.
Sejumlah warga menilai banjir pada akhir tahun ini lebih cepat surut. Beberapa infrastruktur, yang dibangun pemerintah, seperti kolam retensi, terowongan air Nanjung, dan floodway atau sodetan Cisangkuy, dapat mengurangi debit air dan durasi genangan di kawasan itu.
”Tahun-tahun sebelumnya butuh waktu hingga satu harian untuk surut. Kalau sekarang, beberapa jam juga surut. Namun, jika hujan lebat, air naik lagi,” ujar Soleh (40), warga Dayeuhkolot.
Mengurangi
Soleh berharap kolam retensi Andir yang sedang dibangun dapat lebih mengurangi banjir di Bandung selatan. ”Kolam dengan luas genangan sekitar 2,75 hektar itu ditargetkan rampung dua bulan lagi,” ujarnya.
Terowongan air Nanjung yang dioperasikan sejak awal tahun 2020 ini berfungsi untuk memperlancar aliran Sungai Citarum di Curug Jompong. Sementara sodetan Cisangkuy mengalihkan aliran air langsung menuju Citarum di Kecamatan Katapang. Dengan begitu, debit air yang mengalir di Baleendah, Dayeuhkolot, dan sekitarnya jauh berkurang.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengimbau bupati dan wali kota di provinsi itu meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana. Potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor, meningkat seiring curah hujan tinggi akibat La Nina.
Sejumlah infrastruktur dibangun untuk mengendalikan banjir luapan Citarum. ”Jadi, masih ada (banjir), tetapi boleh dibandingkan volumenya sudah berkurang, tidak berlama-lama seperti dulu. Namun, kita tidak boleh takabur. Bagaimanapun itu fenomena alam. Ikhtiar kami adalah melakukan pengurangan dengan apa pun program dan metode untuk mengatasi kebencanaan,” ujarnya.
Kepala Dinas Sumber Daya Air Jabar Dikky Achmad Sidik menuturkan, infrastruktur pengendali banjir tidak hanya dibangun di Daerah Aliran Ssungai Citarum, tetapi juga di wilayah sungai lainnya, seperti Ciliwung-Cisadane. Di sana, pemerintah sedang menuntaskan pembangunan Bendungan Sukamahi dan Ciawi.