Air Terjun Lano, Oase di Gerbang Ibu Kota Baru
Air Terjun Lano di Desa Lano merupakan salah satu obyek wisata unggulan Kabupaten Tabalong. Terletak di perbatasan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur membuatnya menjadi oase di gerbang ibu kota baru.

Pengunjung memasuki lokasi obyek wisata Air Terjun Lano di Desa Lano, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (28/10/2021). Obyek wisata di perbatasan Kalsel-Kaltim itu dibuka kembali setelah lebih setahun ditutup akibat pandemi Covid-19.
Air Terjun Lano di Desa Lano merupakan salah satu obyek wisata unggulan Kabupaten Tabalong. Terletak di perbatasan provinsi membuatnya menjadi tempat yang cocok untuk melepas penat di tengah perjalanan panjang dari Kalimantan Selatan ke Kalimantan Timur.
Hujan masih cukup deras ketika bus pariwisata yang membawa rombongan dari Banjarmasin dan Banjarbaru tiba di Desa Lano, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kamis (28/10/2021) sore. Satu per satu penumpang turun dari bus dan bergegas menuju Balai Rakyat Desa Lano untuk berteduh. Sekitar 30 menit kemudian hujan baru reda.
Setelah hujan reda, beberapa orang di antara rombongan langsung berjalan melewati jalan setapak yang sebagian sudah dibeton menuju lokasi air terjun. Dari Balai Rakyat, jaraknya sekitar 600 meter dengan rute menembus hutan dan beberapa kali harus menyeberangi sungai kecil.
”Hampir 30 menit perjalanan ke air terjun. Lumayan capek, tetapi puas. Tidak lagi penasaran, apalagi sudah datang dari jauh,” kata Sutrisno (31), salah seorang pengunjung yang datang dari Banjarbaru.
Lihat juga : Menjelajahi Lima Lokasi Wisata Kalimantan Selatan

Pengunjung menjajal trek menuju Air Terjun Lano di Desa Lano, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (28/10/2021). Dari Jalan Trans-Kalimantan, jarak air terjun sekitar 600 meter.
Sutrisno dan beberapa temannya tak lupa mengabadikan momen kunjungan mereka ke Air Terjun Lano dengan berfoto. Mereka memutuskan tidak mandi di air terjun karena sehabis hujan hawanya sangat dingin dan airnya juga keruh.
Sebagian pengunjung lain mengurungkan niat menuju ke lokasi air terjun karena hari mulai senja dan treknya juga cukup licin sehabis hujan. Mereka hanya menikmati suasana di sekitar Balai Rakyat. Di situ spot foto dengan latar air terjun kecil. Bisa juga berfoto di jembatan kayu ulin ataupun di aliran sungai kecil dengan latar bukit karst.
”Sebenarnya sangat ingin naik ke lokasi air terjun, tetapi cuaca dan waktunya tidak memungkinkan. Tempatnya lumayan oke untuk para penikmat wisata petualangan (adventure tourism),” ujar Erma Safitri (34), pengunjung dari Banjarmasin.
Baca juga: Magnet Wisata Desa dari Batu Balian yang Melegenda

Kondisi sungai yang harus dilewati pengunjung untuk menuju Air Terjun Lano di Desa Lano, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (28/10/2021). Obyek wisata di perbatasan Kalsel-Kaltim itu dibuka kembali setelah lebih setahun ditutup akibat pandemi Covid-19.
Obyek wisata Air Terjun Lano dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Naga Rewi Desa Lano dan hanya berjarak 1,5 kilometer (km) dari gerbang perbatasan Kalsel-Kaltim. Dari Tanjung, ibu kota Kabupaten Tabalong, lokasi wisata itu berjarak sekitar 70 km. Adapun, Tanjung berjarak 232 km dari Banjarmasin.
Sekretaris Pokdarwis Naga Rewi Jamin Effendi menuturkan, obyek wisata Air Terjun Lano baru dibuka kembali pada September 2021 setelah mendapat izin dari Pemerintah Kabupaten Tabalong dan Pemerintah Provinsi Kalsel. Sejak pandemi Covid-19 pada Maret 2020, obyek wisata tersebut ditutup untuk mencegah penyebaran Covid-19.
”Pengunjung masih kami batasi dan wajib mematuhi protokol kesehatan selama berada di lokasi obyek wisata Air Terjun Lano,” ujarnya.
Air Terjun Lano merupakan air terjun bertingkat yang memiliki empat tingkatan. Tingginya mencapai 50 meter. Untuk tingkat terbawah yang merupakan bagian paling curam, tingginya lebih kurang 17 meter. Pengunjung bisa mandi di bawah air terjun itu.
”Untuk menikmati obyek wisata Air Terjun Lano, pengunjung cukup membayar retribusi masuk Rp 5.000 per orang pada hari biasa atau Rp 10.000 per orang pada hari Minggu dan hari libur,” tuturnya.
Baca juga : Festival Pasar Terapung Jadi Momentum Kebangkitan Pariwisata Kalsel

Pengunjung bersantai di jembatan di lokasi obyek wisata Air Terjun Lano, Desa Lano, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (28/10/2021). Obyek wisata di perbatasan Kalsel-Kaltim itu dibuka kembali setelah lebih setahun ditutup akibat pandemi Covid-19.
Hutan desa
Jamin menjelaskan, Air Terjun Lano berada di dalam kawasan hutan seluas 1.005 hektar. Hutan itu berstatus hak pengelolaan hutan desa (HPHD). Izin HPHD untuk masa kelola selama 35 tahun terbit pada 2015 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kalsel Sahbirin Noor. ”Kami berinisiatif mengajukan izin HPHD pada 2013 karena statusnya adalah hutan lindung,” ujarnya.
Setelah mendapat izin HPHD, Pokdarwis Naga Rewi mendapat pendampingan dari Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Lano, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tabalong, Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel untuk mengelola kawasan hutan tersebut. LPHD Lano baru-baru ini berhasil menyabet terbaik kedua tingkat nasional Lomba Wana Lestari Tahun 2021 kategori HPHD.
Dalam ruang lingkup hutan berstatus HPHD terdapat kegiatan jasa lingkungan, terutama Air Terjun Lano yang dikelola sebagai obyek wisata unggulan Kabupaten Tabalong. Selain itu, juga ada pemanfaatan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Lano serta agroforestri atau wanatani untuk tanaman karet dan kemiri.
”Di kawasan hutan berstatus HPHD ini juga terdapat Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) madu, karet, kemiri, dan kelompok tani hutan lainnya. Jadi, warga desa turut mengelola dan menikmati hasilnya,” ungkapnya.

Balai Rakyat Desa Lano di lokasi obyek wisata Air Terjun Lano, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (28/10/2021). Balai rakyat tersebut dibangun oleh Gubernur Kalsel Sahbirin Noor pada 2017.
Pendamping LPHD Lano Sunari mengatakan, pengelolaan kawasan hutan itu sempat terkendala karena izin HPHD itu masuk wilayah izin perusahaan kayu lapis PT Elbana Abadi Jaya. ”Izin itu kemudian diurus sehingga terjadi kemitraan antara LPHD Lano dan PT Elbana. Dengan begitu, LPHD Lano bersama pokdarwis pun sah untuk mengelola Air Terjun Lano,” katanya.
Sejak dibuka pada 2016, ujar Jamin, obyek wisata Air Terjun Lano tak pernah putus dikunjungi wisatawan, terutama dari Kalsel, Kaltim, dan Kalteng. Bahkan, pernah juga kedatangan wisatawan mancanegara dari India, Yaman, Bangladesh, dan Amerika Serikat. ”Jumlah pengunjung rata-rata 20.000 orang per tahun,” katanya.
Dari kunjungan wisatawan tersebut, Pokdarwis Naga Rewi memperoleh pendapatan dari retribusi masuk sekitar Rp 100 juta per tahun. Pendapatan itu kemudian disetor ke pemerintah desa, kabupaten, dan provinsi sesuai porsinya masing-masing. Kemudian dialokasikan juga untuk upah pekerja, pengeluaran rutin rumah ibadah Desa Lano, serta santunan kematian pada warga desa.
Agar lebih menarik bagi wisatawan, pengelola perlu membangun homestay yang menarik tanpa meninggalkan kearifan lokal sebagai ciri khasnya.
”Untuk pengembangan obyek wisata Air Terjun Lano, kami lebih banyak melakukannya secara swadaya dengan menggunakan pendapatan dari retribusi masuk. Karena itulah, kami menerima piagam penghargaan dari Bapak Gubernur sebagai pokdarwis mandiri pada penilaian pokdarwis tingkat Provinsi Kalsel tahun 2018,” tuturnya.

Pengunjung berfoto di Air Terjun Lano, Desa Lano, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (28/10/2021). Obyek wisata di perbatasan Kalsel-Kaltim itu dibuka kembali setelah lebih setahun ditutup akibat pandemi Covid-19.
Menurut Jamin, obyek wisata Air Terjun Lano yang sudah memberikan kontribusi cukup berarti bagi desa harus mulai bangkit lagi setelah dihantam pandemi Covid-19. Selama pandemi dan ditutupnya lokasi obyek wisata tersebut, banyak fasilitas yang rusak dan tidak terawat, seperti spot foto, gazebo, dan toilet.
”Untuk sarana dan prasarana di sini memang masih minim, baru terbangun sekitar 20 persen dari rencana desain pengembangannya. Mudah-mudahan ke depan, kami bisa membangun penginapan (homestay) untuk kenyamanan pengunjung yang datang ke sini,” katanya.
Di samping minimnya sarana dan prasarana, di lokasi obyek wisata Air Terjun Lano juga belum ada penerangan listrik meskipun lokasinya berada persis di tepi Jalan Trans-Kalimantan. Jaringan internet di lokasi tersebut juga lemah. ”Ini juga menjadi kendala kami untuk pemasaran wisata,” ujar Jamin.
Muhammad Risanta dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Kalsel menilai obyek wisata Air Terjun Lano sangat potensial dikembangkan menjadi obyek wisata unggulan Kalsel. Apalagi, lokasinya persis di perbatasan Kaltim sehingga bisa menjadi gerbang ibu kota negara baru.
”Agar lebih menarik bagi wisatawan, pengelola perlu membangun homestay yang menarik tanpa meninggalkan kearifan lokal sebagai ciri khasnya. Selain itu, kebersihan lingkungan juga harus dijaga, salah satunya dengan menyediakan toilet yang bagus dan bersih,” kata Risanta.
Bupati Tabalong Anang Syakhfiani mengatakan, daerahnya adalah teras ibu kota negara (IKN) baru sekaligus penyangga IKN. ”Untuk sektor pariwisata, Tabalong punya kelebihan dalam wisata alam, wisata religius, dan wisata seni budaya. Itu semua akan kami kembangkan agar Tabalong menjadi daerah yang produktif,” katanya.
Baca juga : Pemulihan Pariwisata Kalsel Butuh Solusi dan Inovasi

Kondisi trek menuju Air Terjun Lano di Desa Lano, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (28/10/2021). Dari Jalan Trans-Kalimantan, jarak air terjun sekitar 600 meter.