Awal Musim Hujan, 15 Desa dan Kelurahan di Kalteng Sudah Terendam Banjir
Banjir di Kalteng terus meluas. Kini 15 desa dan kelurahan terendam banjir dan semua terjadi saat musim hujan baru dimulai. BMKG memprediksi kondisi ini bertahan sampai Mei tahun depan, apalagi ada La Nina.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sebanyak 15 desa dan kelurahan di Kalimantan Tengah sudah terendam banjir meski masih di awal musim hujan. Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur, menjadi daerah terdampak terburuk.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng, banjir melanda empat wilayah, yaitu Kabupaten Kotawaringin Timur, Pulang Pisau, Katingan, dan Kota Palangkaraya. Di Kota Palangkaraya, tidak ada rumah terendam, hanya beberapa ruas jalan dan saat ini mulai surut.
Di Pulang Pisau, banjir merendam sembilan desa di dua kecamatan, yakni Kecamatan Banama Tingang dan Kahayan Tengah. Setidaknya 393 keluarga terdampak banjir.
Sementara di Kotawaringin Timur, dua desa dan satu kelurahan terendam. Di Kabupaten Katingan, Desa Tumbang Hiran dan Desa Tumbang Sanamang mulai terendam. Ditambah satu kelurahan di Kota Palangkaraya, total 15 desa dan kelurahan yang terendam banjir di Kalteng saat ini.
BPBD KATINGAN
Akses jalan sementara diputus akibat rusaknya gorong-gorong di Kecamatan Pulau Malan akibat banjir di Kabupaten Katingan, Kalteng, Selasa (5/10/2021).
Munawarman (30), warga Mentawa Baru Hilir, Sampit, mengungkapkan, banjir mulai merendam rumahnya, Jumat (12/11/2021) siang. Banjir, menurut dia, merupakan imbas luapan dari Sungai Mentaya.
”Tadi malam hujan deras. Air sungai meluap, tetapi enggak sampai masuk rumah. Baru siang ini tiba-tiba sudah meluap sampai masuk ke rumah-rumah warga,” ungkap Munawarman.
Munawarman menjelaskan, sejak Mei 2021, banjir sudah tiga kali melanda wilayahnya. ”Setelah sempat surut, banjir muncul lagi di bulan Agustus dan September. Memang cepat surut, tetapi cepat juga naiknya,” katanya.
Selain Sampit, banjir juga melanda Desa Tumbang Mujam, Kecamatan Tualan Hulu, Kotawaringin Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur mencatat, ketinggian air mencapai 50 sentimeter dari permukaan jalan dan sempat menutup akses ke desa tersebut.
Kondisi banjir di wilayah Mendawai, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu (18/9/2021). Banjir di Kalteng merendam 11 kabupaten/kota.
Selain itu, banjir sudah melanda selama lebih kurang satu minggu di Kabupaten Pulang Pisau. Di Desa Ramang, misalnya, banjir akibat luapan Sungai Kahayan itu sudah sering terjadi, bahkan saat hujan belum turun.
Kepala Desa Ramang Langkai Tabat mengungkapkan, banjir tahunan itu sudah diantisipasi secara sederhana. Salah satu caranya menaikkan lantai kayu rumah panggung atau menambah kayu penyangga di tengah dinding.
”Banjir kali ini belum sampai masuk rumah karena sebagian besar rumah di sini memang rumah panggung,” kata Langkai.
Langkai mengungkapkan, meski belum ada rumah yang terendam, seluruh pekarangan rumah warga tergenang. Di pekarangan itu, warga menanam beragam sayuran hingga tanaman obat.
”Ada juga yang ladangnya terendam, terutama yang dekat sungai. Tetapi, sebagian besar ladang warga agak jauh juga dari sungai,” ungkap Langkai.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Anggota staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng menjelaskan luasan banjir di Katingan, Kalimantan Tengah, di ruangannya, Kamis (5/11/2021). Banjir di Katingan pada periode Agustus-September lalu disinyalir merupakan yang terburuk dalam 50 tahun terakhir.
Awal musim hujan
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBPK Erlin Hardi mengungkapkan, banjir kali ini disebabkan fenomena La Nina yang memperburuk cuaca ekstrem. Hal itu membuat air-air sungai meluap.
”Kami sudah kirim bantuan logistik maupun perlengkapan ke kabupaten. Kami harap tim reaksi cepat bergerak ke lokasi dan tiap daerah bisa mengimbau masyarakatnya untuk waspada,” kata Erlin.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palangkaraya, Chandra Mukti Wijaya, menjelaskan, saat ini seluruh wilayah Kalteng memasuki awal musim hujan. Musim hujan ini baru akan berganti ke musim kemarau pada Mei 2022.
”Prediksinya memang sampai tahun depan. Kalau memang ada perubahan prediksi, pasti akan kami informasikan secara resmi,” kata Chandra.
Menurut Chandra, banyaknya wilayah yang berpotensi banjir disebabkan fenomena La Nina untuk Kalteng hingga Februari 2022. ”Kondisi itu bisa menambah intensitas curah hujan,” ujarnya.