Angin Kencang Kerap Melanda, Warga Sidoarjo Diimbau Lebih Waspada terhadap Bencana
Pemkab Sidoarjo minta warganya meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologis, terutama angin kencang. Dalam dua pekan terdapat tiga kejadian yang memorakporandakan puluhan rumah warga.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, meminta warganya meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologis, terutama angin kencang. Dalam dua pekan belakangan, tiga kejadian telah memorakporandakan puluhan rumah warga. Kewaspadaan itu menjadi bagian dari mitigasi untuk mencegah jatuhnya korban.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo memetakan seluruh wilayah yang terbagi dalam 18 kecamatan merupakan daerah rawan bencana angin kencang atau puting beliung. Bencana ini bahkan tercatat terjadi setiap tahun, terutama pada musim pancaroba atau peralihan dari kemarau ke musim hujan, seperti sekarang ini.
Masih berdasarkan data BPBD Sidoarjo, hingga Jumat (12/11/2021) tercatat tiga peristiwa angin kencang selama musim pancaroba atau dalam rentang dua pekan belakangan. Laporan terbaru, angin kencang melanda Desa Kedungkendo, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Kamis (11/11/2021). Kejadian itu mengakibatkan belasan rumah warga rusak ringan hingga berat sehingga tidak bisa ditinggali.
Sepekan sebelumnya, tepatnya pada Jumat (5/11/2021), bencana angin kencang menyapu permukiman warga di Dusun Pepe dan Dusun Wagir, Desa Kwangsan, Kecamatan Sedati. Kejadian itu mengakibatkan 28 rumah rusak, terutama pada bagian atap. Genteng-genteng berjatuhan dan kayu penyangga atap banyak yang terlepas menimpa perabotan di bawahnya.
Peristiwa angin kencang terparah terjadi di Kecamatan Wonoayu karena menimpa enam desa, yakni Mulyodadi, Pagerngumbuk, Plaosan, Wonokalang, Candinegoro, dan Karangpuri. Tidak kurang dari 150 rumah warga yang terdampak sehingga mengalami rusak ringan hingga sedang.
Menyikapi rentetan kejadian angin kencang tersebut, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali meminta masyarakatnya meningkatkan kewaspadaan. Caranya, antara lain, lebih berhati-hati saat terjadi hujan disertai angin. Selain itu, lebih peduli pada lingkungan sekitar untuk mengenali hal-hal yang berpotensi memperburuk dampak bencana, seperti pohon yang sudah lapuk atau bangunan yang rawan roboh.
”BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) telah menyampaikan peringatan tentang potensi cuaca ekstrem dan La Nina yang berpotensi menyebabkan bencana. Hal itu harus disikapi dengan kewaspadaan tinggi, tetapi tidak perlu khawatir secara berlebihan,” ujar Muhdlor.
Kesiapsiagaan satgas penanggulangan bencana ini juga didukung dengan peralatan yang memadai. Hal itu karena bencana sulit diprediksi. (Dwijo Prawito)
Pemkab Sidoarjo telah meminta pemerintah desa menggencarkan kembali sosialisasi tentang mitigasi bencana hidrometeorologis dari hal-hal yang paling sederhana. Contohnya, menunda bepergian atau perjalanan saat hujan deras dan menjauhi pohon untuk berteduh.
Segera melapor
Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito menambahkan, pihaknya meminta masyarakat segera melapor jika terjadi bencana. Kecepatan laporan itu penting agar penanganan bisa segera diberikan sehingga jatuhnya korban bisa dicegah atau ditekan jumlahnya. Untuk melayani masyarakat, pihaknya telah menyiagakan satgas penanggulangan selama 24 jam penuh.
”Kesiapsiagaan satgas penanggulangan bencana ini juga didukung dengan peralatan yang memadai. Hal itu karena bencana sulit diprediksi,” kata Dwijo.
Dia menambahkan, BPBD Sidoarjo terus memperbarui informasi tentang cuaca yang diperoleh dari BMKG. Informasi tersebut kemudian diteruskan kepada masyarakat, terutama satgas bencana di tingkat desa dan kecamatan, agar mereka bisa memitigasi potensi kerawanan di daerahnya.
Wakil Bupati Sidoarjo Subandi menambahkan, pemerintah daerah juga berupaya memperkuat tanggap darurat dengan menyiagakan bantuan untuk korban bencana. Bantuan itu berupa bahan kebutuhan pokok, seperti beras, gula, dan minyak goreng. Selain itu, peralatan pribadi atau personal care, seperti handuk dan peralatan mandi.
”Pemkab Sidoarjo juga menyiagakan material atau bahan bangunan yang diperlukan untuk perbaikan darurat dampak bencana serta perbaikan permanen. Contohnya, terpal, genteng, seng, dan kayu,” ucap Subandi.
Selain angin kencang, Sidoarjo juga rawan bencana banjir. Salah satunya di tiga desa di Kecamatan Tanggulangin, yakni Kedungbanteng, Banjarasri, dan Banjarpanji. Pemda bahkan telah menggandeng ahli dari perguruan tinggi untuk mencari solusi agar banjir yang merendam ribuan rumah warga itu segera teratasi.
Desa Kedungbanteng, Banjarasri, dan Banjarpanji menjadi langgaran banjir sejak lima tahun belakangan. Penyebabnya beragam, tetapi hasil penelitian dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) menunjukkan terjadi penurunan tanah yang signifikan setiap tahun sehingga menyebabkan daerah tersebut semakin rendah.
Kondisi permukaan tanah yang rendah menyebabkan air tidak bisa mengalir ke sungai. Pemda telah mengeruk sungai-sungai yang melintasi tiga desa tersebut untuk mengatasi sedimentasi dan meningkatkan daya tampung saat hujan. Solusi lain juga telah ditempuh, yakni meninggikan bangunan rumah warga dan jalan desa dengan cara menguruknya.