Pakan Hewan Peliharaan Kesayangan Ikut Genjot Ekspor Pertanian Indonesia
Produk pakan hewan kesayangan berpeluang menggenjot transaksi ekspor sektor pertanian Indonesia. Hal itu terjadi setelah produk buatan anak negeri berhasil menembus pasar global di Asia Tenggara.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Produk pakan hewan peliharaan kesayangan berpeluang menggenjot transaksi ekspor sektor pertanian Indonesia. Keberadaannya juga diyakini bakal menurunkan tingkat ketergantungan konsumen dalam negeri pada produk pakan impor yang sekarang terbilang tinggi.
Peluang itu terlihat saat 10 ton produk pakan hewan kesayangan produksi PT Central Windu Sejati (CPPETINDO), anak perusahaan PT Central Proteina Prima Tbk (CP Prima), diberangkatkan dari Sidoarjo, Jawa Timur, menuju Brunei Darussalam, Kamis (11/11/2021). Kesempatan ini menjadi ekspor perdana untuk produk makanan kucing bermerek Bolt dan Cleo.
Sebagai produsen pakan hewan kesayangan, CPPETINDO mampu memproduksi 8.000 ton per bulan. Kapasitas produksi itu akan ditingkatkan menjadi 15.000 ton per bulan pada tahun depan.
Presiden Direktur CPPETINDO Paulius Juta mengatakan, selain Brunei Darussalam, pihaknya juga akan mengekspor produk pakan hewan ke Filipina pada Desember mendatang. Perusahaannya juga tengah membidik pasar ekspor di enam negara di Asia Tenggara lainnya pada 2022.
”Kami antusias mengenalkan produk makanan kucing Bolt dan Cleo ke negara-negara tetangga. Produk yang dipasarkan merupakan unggulan yang diproduksi pabrik berstandar tinggi dan tersertifikasi,” ujar Paulius.
Paulius menargetkan peningkatan transaksi ekspor sebesar 300 persen pada 2024. Dia optimistis target itu bisa dicapai dengan memperbanyak jumlah negara tujuan ekspor. Selain itu, perusahaan berupaya meningkatkan volume produk ekspor dengan menggencarkan promosi.
Tantangan yang dihadapi pelaku usaha untuk melakukan ekspansi di pasar ekspor, antara lain, kebijakan setiap negara yang berbeda. Kebijakan itu harus disikapi dengan perlakuan khusus, bahkan kerap memerlukan intervensi pemerintah.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan di Kementerian Pertanian Nasrullah mengatakan, meski nilainya baru 10 ton, ekspor perdana produk pakan hewan ini bermakna besar bagi Indonesia. Salah satunya, pengakuan mampu memproduksi produk berkualitas tinggi dan berdaya saing global.
”Ekspor perdana ini juga akan membuka peluang perdagangan ke beberapa negara lain di Asia Tenggara. Hal ini menjadi terobosan untuk pengembangan ekonomi Indonesia dan menciptakan optimisme kebangkitan di tengah pandemi Covid-19,” ujar Nasrullah.
Nasrullah menambahkan, pemerintah mengapresiasi prestasi pelaku usaha yang memperluas pangsa pasarnya. Hal itu membantu upaya pemerintah memulihkan ekonomi nasional yang terdampak pandemi. Selain itu, meningkatkan devisa negara serta memanggungkan produk Indonesia di kancah internasional.
Ke depan, Kementan akan memfasilitasi kebutuhan pelaku usaha agar bisa menembus pasar perdagangan luar negeri. Program yang ditawarkan seperti pendampingan usaha, kemudahan pengurusan perizinan, dan promosi produk melalui pameran internasional. Selain itu, pemerintah juga berupaya membuka peluang perdagangan melalui pembicaraan bilateral dengan sejumlah negara.
”Silakan buat peta jalan (pengembangan ekspor). Apa yang dibutuhkan, sampaikan kepada pemerintah. Akan diberikan karpet merah karena hal itu termasuk terobosan untuk pengembangan ekonomi Indonesia,” kata Nasrullah.
Nasrullah mengatakan, sektor pertanian, termasuk subsektor peternakan, merupakan salah satu tulang punggung ekonomi nasional. Oleh karena itu, kinerjanya harus terus digenjot, terutama transaksi perdagangan ekspor. Selain pakan hewan kesayangan, beberapa komoditas yang juga diunggulkan, seperti produk pakan ternak, daging ayam, telur, kambing, domba, dan produk olahan hewan ternak.
Transaksi perdagangan ekspor pada subsektor peternakan tahun 2020 tercatat mencapai 964,9 juta dollar AS. Transaksi perdagangan ini semakin meningkat pada 2021. Sebagai gambaran, hingga akhir September, nilai transaksinya mencapai 878,4 juta dollar AS.
Nilai transaksi tersebut meningkat 39 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal itu menandakan sektor pertanian berperan besar dalam peningkatan ekonomi nasional di masa pandemi Covid-19. Subsektor peternakan berkontribusi memberikan nilai transaksi ekspor terbesar kedua setelah perkebunan.
Kementan menargetkan transaksi ekspor komoditas pertanian kembali meningkat pada 2022. Bahkan, pada 2024, peningkatan transaksi ekspor komoditas pertanian, termasuk subsektor peternakan, ditargetkan mencapai 300 persen atau tiga kali lipat dari nilai transaksi saat ini.
Dalam negeri
Nasrullah juga menambahkan, ekspor perdana produk pakan hewan kesayangan juga menjadi momentum bagi kebangkitan produsen lokal agar mampu berjaya di pasar dalam negeri. Pangsa pasarnya mencapai Rp 4 triliun pada 2020.
Akan tetapi, pangsa pasar yang besar itu kini dikuasai produk pakan hewan kesayangan produksi luar negeri. Penguasaan produk impor ini mencapai 60 persen dan 40 persen lainnya produk lokal. Dengan diakuinya kualitas produk lokal di pasar global, konsumen dalam negeri diharapkan tidak lagi mengonsumsi produk impor.
Secara bertahap, konsumen dalam negeri diharapkan mulai beralih pada produk lokal agar ketergantungan pada impor bisa direduksi. Selain itu, penggunaan produk lokal memperbesar belanja di dalam negeri dan menciptakan peluang bisnis bagi pelaku usaha. Tentunya harga produk produksi dalam negeri harus lebih kompetitif.