Sembilan Hari Banjir di Serdang Bedagai Tak Surut, 5.451 Keluarga Terdampak
Sudah sembilan hari banjir tidak kunjung surut di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumut. Sebanyak 5.451 keluarga terdampak banjir. Pemerintah mendirikan 20 pos pengungsian untuk warga terdampak.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SEI RAMPAH, KOMPAS — Sudah sembilan hari banjir merendam rumah 5.451 keluarga di tiga kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Sebagian warga mengungsi di 20 posko yang sudah didirikan. Warga diminta tetap waspada karena hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diperkirakan masih terjadi dalam beberapa hari ke depan.
”Hingga saat ini kami masih berfokus melakukan tindakan tanggap darurat untuk menangani dampak banjir. Kami mendirikan tenda pengungsian dan dapur umum,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serdang Bedagai Henry Suharto, Rabu (10/11/2021).
Banjir dengan ketinggian 50-100 sentimeter melanda tiga kecamatan, yakni Sei Rampah, Tanjung Beringin, dan Tebing Tinggi. Dampak banjir pun masih terus meluas karena hujan masih terus turun.
Henry mengatakan, ada 5.451 keluarga yang terdampak banjir. Sebagian dari warga terdampak banjir pun harus mengungsi. Pemerintah sudah mendirikan 20 tenda pengungsian di tiga kecamatan itu. Sebagian warga juga mengungsi ke tempat keluarganya.
”Kami juga mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan pangan pengungsi,” kata Henry.
Menurut Henry, banjir di Serdang Bedagai terjadi sejak Selasa (2/11/2021). Banjir terjadi setelah hujan deras melanda Serdang Bedagai dan Simalungun. Sungai Bedagai yang merupakan salah satu sungai besar di kabupaten itu pun meluap.
Sementara itu, di Kecamatan Tebing Tinggi, tanggul Sungai Sibaro jebol karena debit air yang sangat besar. Air pun meluap dan menggenangi permukiman warga. Sungai itu berhulu dari wilayah pegunungan di Kabupaten Simalungun.
”Di Tanjung Beringin, banjir terjadi karena pasang air laut atau banjir rob,” kata Henry.
Camat Sei Rampah Rahmat Suhendra Damanik mengatakan, wilayahnya termasuk daerah dengan dampak banjir paling luas. ”Hasil pendataan kami, ada 2.100 keluarga yang rumahnya terendam banjir di Sei Rampah,” kata Suhendra.
Suhendra menyebut, warga yang terdampak terus bertambah dalam beberapa hari ini karena hujan deras masih terus turun. Di awal banjir pada Selasa (2/11/2021), warga terdampak masih sekitar 1.682 keluarga.
Suhendra mengatakan, pihaknya kini berfokus membantu warga terdampak untuk mengungsi ke tempat yang aman. Beberapa warga dengan dampak yang ringan tetap bertahan di rumahnya.
Menurut Justin Tamba (52), warga Sei Rampah, banjir sudah berlangsung sejak dua minggu lalu. Awalnya kecil, tetapi terus membesar hingga kini.
Sejauh ini rumahnya belum kebanjiran, tetapi sekelilingnya sudah dipenuhi air. ”Saya khawatir ini bakal seperti banjir besar tahun 2001,” kata Justin.
Selain merendam rumah, banjir juga merendam fasilitas publik. Diperkirakan ribuan hektar lahan pertanian ikut terendam. Padahal, saat ini petani sedang memulai masa tanam.
Adapun jalan lintas Sumatera masih belum terendam, tetapi rumah-rumah di pinggir jalan yang posisinya lebih rendah dari jalan berikut lahan pertaniannya sudah terendam. Daerah pintu tol Sei Rampah juga dilaporkan Justin mulai terendam. ”Sudah ada bantuan dari pemerintah pada korban, tetapi belum menyentuh ke penanganan banjirnya,” kata Justin.
Ia khawatir banjir akan semakin besar karena cuaca masih mendung. ”Saya lihat belum ada upaya pengerahan alat berat atau pengerukan sungai. Selain faktor alam, banjir juga karena tidak ada normalisasi sungai selama dua tahun terakhir,” kata Justin.
Prakirawan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan, Utami Al Khairiyah, mengatakan, hujan dengan intensitas ringan diperkirakan masih akan terjadi pada Rabu malam di Serdang Bedagai. Potensi hujan sedang hingga lebat pun cukup besar dalam beberapa hari ke depan.
”Waspadai hujan sedang hingga lebat dengan disertai angin kencang karena dapat menyebabkan banjir dan longsor,” kata Utami. (WSI)