Protes Trotoar Licin di Kota Ambon Tak Direspons, Godam Berbicara
Seorang warga Kota Ambon menghancurkan trotoar berpermukaan licin lantaran mencelakai istrinya. Protes banyak warga atas trotoar licin sejak Maret 2021 tidak ditanggapi pemerintah. Banyak warga menjadi korban.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
Seorang pria berpostur tinggi besar membawa godam berbobot 5 kilogram. Ia menuju salah satu ruas trotoar di kawasan Pompule, pusat Kota Ambon, Maluku, Selasa (9/11/2021). Martil didaratkan keras ke permukaan trotoar. Ubin pun hancur berkeping-keping. Aksi kurang dari 1 menit itu viral di media sosial.
Dalam bahasa Melayu Ambon, ia mengungkapkan kemarahannya. ”Beta kasih ancor. Beta pung bini jato (Saya hancurkan. Istri saya jatuh),” teriaknya sebelum mendaratkan godamnya ke ubin trotar beberapa kali. ”Beta pung bini jato,” ujarnya lagi setelah aksi itu selesai. Identitas pria yang mengenakan helm itu belum diketahui.
Aksi tersebut dilakukan lantaran istrinya jatuh saat berjalan di atas trotoar itu. Dalam video berdurasi sekitar 30 detik itu, terdengar komentar warga yang mendukung aksi pria tersebut. Sepertinya godam itu dibawa dari rumah. Aksi terencana itu pun menjadi viral.
Trotoar di sepanjang Kota Ambon yang dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku mulai Februari 2021 sudah menuai protes warga. Sebab, ubin yang digunakan pada bagian permukaan trotoar itu licin sehingga membuat pejalan kaki rawan terpeleset.
Sudah banyak warga yang terjatuh saat berjalan di atas trotoar itu. ”Saya pernah jatuh saat jalan di Jalan Telukabessy. Saya hampir masuk ke dalam parit. Saya sarankan, kalau pakai sendal yang tipis dan licin, jangan coba-coba jalan di trotoar,” tutur Geva Maturan (40), warga Kota Ambon.
Tak hanya warga biasa. Wakil Ketua DPRD Kota Ambon Rustam Latupono juga pernah terpeleset di trotoar itu. Beruntung ia sigap sehingga tidak terluka. Kejadian itu dialami Rustam pada Maret 2021 dan ia juga sudah menyampaikan protes kepada Pemerintah Provinsi Maluku.
Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia Provinsi Maluku Mien Rumlaklak juga mengatakan, trotoar itu sangat membahayakan penyandang disabilitas. Selain licin, pada sejumlah ruas tak ada koridor. ”Orang yang normal saja berbahaya kalau jalan di trotoar itu, apalagi kami dari kelompok disabilitas. Ini sebaiknya dibongkar saja,” ucapnya.
Warga kecewa
Sebelumnya, di media sosial, banyak sekali warga Kota Ambon yang mengeluhkan kondisi trotoar yang licin itu. Ada yang terpeleset, bahkan jatuh dengan luka dan memar di tubuh. Mereka meminta agar Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku membongkar trotoar itu dan mengganti dengan ubin yang permukaannya kasar.
Tak digubris Pemprov Maluku, sejumlah mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Ambon menggelar unjuk rasa memprotes trotoar itu. Saat mereka berorasi di kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku, tiba-tiba muncul sekelompok preman yang menyerang mereka.
Kelompok preman itu tidak mau ada orang yang memprotes kebijakan Gubernur Maluku Murad Ismail dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku M Marasabessy. Penyerangan mahasiswa itu membuat gerakan protes secara terbuka mengenai proyek trotoar di Kota Ambon pun terhenti.
Setelah aksi pria yang menghancurkan trotoar itu berdedar di media sosial, warganet malah mendukungnya melalui sejumlah komentar. Mereka merasa aksi tersebut sebagai puncak dari kekesalan masyarakat lantaran aspirasi mereka tidak didengar oleh Pemprov Maluku.
Refleksi
Ketua Fraksi Golkar DPRD Provinsi Maluku Anos Yeremias berpendapat, aksi penghancuran trotoar itu menunjukkan masyarakat tidak percaya lagi pada pemerintah yang sejatinya harus mendengar keluhan mereka. ”Kami sudah sampaikan sejak dari awal bahwa tidak boleh pakai keramik licin di trotoar,” katanya.
Ia mendesak Pemprov Maluku agar segera menggantinya. Jika masih terus diabaikan, tidak tertutup kemungkinan aksi semacam itu dapat terulang di kemudian hari. Pemerintah harus peka terhadap kondisi itu. ”Ini jadi bahan refleksi bagi pemerintah juga kami di legislatif. Jangan membangun infrastruktur yang membahayakan keselamatan masyarakat,” ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku M Marasabessy yang dihubungi Kompas melalui telepon dan pesan singkat belum juga merespons, padahal pesan terkirim. Secara resmi, Pemprov Maluku juga belum bersikap menanggapi penghancuran trotoar. Sebelumnya, seorang bawahan Marasabessy menjelaskan bahwa keramik yang dipakai tidak masalah.
Penjelasan bawahan yang tak mau disebutkan namanya itu bertolak belakang dengan penjelasan seorang tukang yang ikut mengerjakan trotoar itu. ”Keramik ini sangat licin. Jadi, sangat tidak cocok pakai di trotoar. Cocoknya dipakai di rumah. Namun, ini perintah kontraktor sehingga kami kerjakan,” ujar tukang dimaksud.
Keramik licin itu memang dipesan secara khusus. Pada permukaannya tertulis Ambon City of Musik. Artinya, kontraktor akan mengeluarkan uang lagi untuk membeli keramik baru. Kontraktor berpotensi rugi. Sayangnya, pemerintah tetap membiarkan hal itu.
Masyarakat semakin kecewa dan marah. Kemarahan yang ditampung terakumulasi hingga godam berbicara. Jangan sampai terulang lagi.