Jelang Natal dan Tahun Baru, Harga Bahan Pokok di Kota Kupang Cenderung Naik
Menjelang Natal dan Tahun Baru, harga sejumlah bahan pokok di pasar tradisional di Kota Kupang mulai bergerak naik. Pemicu melambungnya harga beberapa komoditas karena sebagian besar dipasok dari Kota Surabaya.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Menjelang Natal dan Tahun Baru, harga sejumlah bahan pokok di pasar tradisional di Kota Kupang mulai bergerak naik. Kenaikan terjadi pekan kedua November 2021. Sebagian besar kebutuhan pokok datang dari luar Nusa Tenggara Timur. Kenaikan untuk mengantisipasi kelangkaan barang dan antisipasi cuaca buruk. Pemprov NTT didorong memproduksi kebutuhan lokal terutama bumbu dapur dan hortikultura.
Sumiyati Ati (48), penjual ayam potong di Pasar Kasih Naikoten, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang, Rabu (10/11/2021), mengatakan, menjelang Natal dan Tahun Baru kebutuhan ayam potong di kalangan peternak mulai langka. Padahal, bulan Oktober lalu, stok ayam di tingkat peternak di Kota Kupang masih tersedia.
Harga daging ayam potong sejak pekan kedua November 2021 mulai bergerak naik. Sebelumnya harga daging ayam Rp 30.000 per kg, naik menjadi Rp 32.000 per kg. Kenaikan harga ini bakal terus berlanjut sampai akhir tahun 2021. Kondisi ini bukan hal baru. Hampir semua kebutuhan hidup bakal naik menjelang Natal dan Tahun Baru.
Ia mengatakan, pedagang setempat sangat sulit mendapatkan ayam potong di tingkat peternak di Kota Kupang dan sekitarnya dengan mudah dan murah. Sejak 2019 pedagang ayam mulai mendatangkan daging ayam potong dari Surabaya, sejak ayam potong langka di tingkat peternak.
Pasokan daging ayam dari Surabaya untuk mengimbangi harga daging ayam lokal yang terus begerak naik. Sebelum ayam dari luar masuk Kota Kupang, harga daging ayam Rp 35.000 per kg sehingga konsumen tidak mampu berbelanja ayam potong. ”Saat itu pedagang sengaja memotong satu ekor ayam sampai empat bagian agar bisa dibeli konsumen. Satu potong, misalnya 250 gram, dijual Rp 10.000 per potong,” kata Ati.
Pasokan dari Surabaya
Untuk membantu konsumen, pedagang pasar mendatangkan daging ayam potong dari Surabaya. Agar konsumen bisa membedakan ayam lokal dan ayam dari luar Kupang, pedagang sengaja membungkus ayam dari luar dengan plastik dan kepala ayam dihilangkan. Sementara ayam lokal tidak dibungkus plastik.
Ayam dari luar NTT selalu disimpan di dalam es balok. Ini dilakukan untuk menjaga agar ayam tetap terlihat segar. Sementara ayam lokal, yang dipotong hari itu, tidak diawetkan, kecuali pada hari itu tidak laku dijual. Harga ayam dari luar Rp 55.000 per ekor (1,5 kg), sementara ayam lokal dijual Rp 70.000 per ekor (1,5 kg).
Setiap menjelang Natal dan Tahun Baru, pedagang kesulitan mendapatkan ayam potong lokal di tingkat peternak. Peternak mengaku, ayam sudah laku dibeli orang. Kelangkaan ayam ini merata di semua peternak. ”Tetapi satu pekan menjelang Natal, ayam mulai marak di tingkat peternak. Mungkin saja sengaja disembunyikan, kemudian dimunculkan kembali,” ujarnya.
Maksi Salmun (54), peternak ayam potong di Kelurahan Naimata, Kota Kupang, mengatakan tidak lagi memelihara ayam sejak Agustus 2021. Harga pakan ayam potong naik dari Rp 400.000 per 50 kg menjadi Rp 600.000 per kg, belum lagi harga bibit ayam sampai Rp 15.000 per ekor.
”Kami peternak dengan modal kecil ini dapat dukungan dana dari pengusaha. Kalau mereka tidak dukung dengan alasan Covid-19, kami juga macet,” ucapnya.
Agus Manafe (29), pedagang bumbu dapur, mengatakan, bawang merah mengalami kenaikan dari Rp 25.000 per kg menjadi Rp 27.000 per kg, sementara bawang putih naik dari Rp 30.000 per kg ke Rp 35.000 per kg. Bawang putih didatangkan dari luar provinsi, sedangkan bawang merah sebagian diproduksi di Kota Kupang dan sekitarnya.
Bawang bombay juga didatangkan dari Surabaya, dijual dengan harga Rp 5.000 per buah, jahe Rp 5.000 per 100 gram, cabe rawit merah Rp 30.000-Rp 35.000 per kg. Kentang Rp 15.000-Rp 20.000 per kg, dan wortel Rp 15.000-Rp 20.000 per kg.
Antisipasi kelangkaan
”Kenaikan ini untuk mengantisipasi kelangkaan stok di pasar, apalagi sering terjadi cuaca buruk, kapal dari Surabaya atau Sulewesi yang membawa bumbu dapur dan kebutuhan lain sering terlambat masuk Kupang,”kata Manafe.
Harga ikan segar dijual bervariasi, tergantung dari jenis ikan. Ikan kembung, misalnya, paling banyak diminati konsumen, naik dari Rp 20.000 per 0,5 kg menjadi Rp 22.000 per 0.5 kg, kakap merah dan kerapu masing-masing Rp 55.000 per kg menjadi Rp 60.000 per kg, dan ekor kuning Rp 30.000 per kg menjadi Rp 35.000 per kg. Harga telur ayam naik dari Rp 1.700 per butir menjadi Rp 2.000 per butir.
Saya memilih berjualan sayur dan bumbu dapur ketimbang daging ayam karena pekan lalu rugi jutaan rupiah karena jualan tidak laku.
Minyak goreng merek Bimoli, misalnya, Rp 35.000-Rp 37.000 per 2 liter, Tropical Rp 34.000-Rp 35.000 per 2 liter, dan Sania Rp 25.000-Rp 30.000 per liter. Minyak goreng curah Rp 15.000-Rp 17.000 per liter.
Agustina Ola (45), penjual ayam di Pasar Oebobo, Kota Kupang, mengatakan, dirinya sejak satu pekan terakhir tidak lagi berjualan karena harga ayam di tingkat peternak naik.
”Saya memilih berjualan sayur dan bumbu dapur ketimbang daging ayam karena pekan lalu rugi jutaan rupiah karena jualan tidak laku. Harga ayam naik dari Rp 45.000 per kg menjadi Rp 55.000 per kg. Konsumen tidak mau berbelanja, saya rugi,” tuturnya.
Sementara harga beras dan gula pasir relatif stabil. Harga beras bervariasi Rp 9.000-Rp 13.000 per kg, sementara gula pasir Rp 15.000 per kg untuk jenis gula curah dan Rp 17.000 per kg untuk merek Gulaku.
Ketua Kamar Dagang dan Industri NTT Paul Liyanto mengatakan, kenaikan harga pada pekan kedua November 2021 itu dinilai terlalu awal. Natal berlangsung sekitar 46 hari lagi. ”Jika (harga) barang-barang naik dari sekarang, tentu sangat membebani konsumen. Kenaikan itu bakal terus berlanjut,” katanya.
Pemerintah daerah harus melakukan intervensi dari sekarang, antara lain, dengan melakukan operasi pasar terutama bumbu dapur dan minyak goreng. Soal kenaikan harga daging ayam potong di tingkat peternak, perlu pengawasan dan kontrol, mengapa sampai terjadi demikian.
”Mestinya bawang putih, bawang merah, jahe, wortel, ayam potong, dan telur ayam bisa diusahakan di Kota Kupang atau kabupaten lain di NTT. Hasil produksi pertanian seperti itu mestinya terus didorong sehingga tidak perlu didatangkan dari luar,” ujarnya.