Ikhtiar pengendalian dan antisipasi pandemi Covid-19 perlu terus dipelihara mengingat risiko bisa meningkat dan kian menyusahkan dengan ancaman bencana hidrometeorologi terkait musim hujan dan La Nina.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Vaksin Merah Putih untuk penanganan Covid-19 dari tim peneliti Universitas Airlangga yang siap digunakan untuk uji klinis. Seed vaksin diberikan kepada PT Biotis Pharmaceuticals untuk produksi bagi uji klinis. Penyerahan seed vaksin bersamaan dengan Sidang Terbuka Dies Natalis Ke-67 Universitas Airlangga di Kampus C Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/11/2021).
SURABAYA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 (coronavirus disease 2019) belum berlalu meski melandai di Jawa Timur. Namun, antisipasi dan penanganan mengendur dilihat dari minimnya jumlah kabupaten/kota yang berpredikat memadai.
Menurut laman resmi https://www.infocovid19.jatimprov.go.id/, Rabu (10/11/2021), kasus warga terjangkit Covid-19 masih terjadi, tetapi masih dalam indikator landai. Sembilan hari terakhir bertambah 405 kasus konfirmasi, kesembuhan 471 kasus, kematian 34 jiwa, dan pengurangan jumlah pasien dirawat 100 orang.
Artinya, dalam sehari, rata-rata penambahan kasus 45 orang, kesembuhan 53 orang, kematian 3-4 orang, dan pasien dirawat berkurang 11-12 orang. Jumlah suspek atau yang dicurigai terjangkit 10.667 orang, sedangkan probable 919 orang.
Di sisi lain, menurut laman https://vaksin.kemkes.go.id/, dari 38 kabupaten/kota di Jatim, bertahan hanya enam daerah yang mendapat nilai asesmen 1 atau baik. Keenamnya adalah Surabaya, Lamongan, Kota Madiun, Kota Blitar, Kota Pasuruan, dan Kota Mojokerto. Sebanyak 15 daerah bernilai asesmen 2, sedangkan mayoritas atau 21 daerah bernilai asesmen 3.
Papan informasi situasi pandemi Covid-19 yang terakumulasi sejak Maret 2020 di Taman Bungkul, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (20/10/2021). Situasi pandemi di Surabaya telah melandai, bahkan boleh menerapkan kebijakan level 1 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di mana aktivitas sosial dilonggarkan.
Ada 10 indikator penilaian suatu daerah dalam penanganan pandemi Covid-19. Sepuluh indikator itu meliputi tingkat kasus konfirmasi, tingkat pasien dirawat di rumah sakit, tingkat kematian, transmisi komunitas, tingkat testing (pengetesan), tingkat tracing (pelacakan), tingkat treatment (perawatan), kapasitas respons, cakupan vaksinasi dosis pertama, dan cakupan vaksinasi dosis pertama untuk warga lanjut usia.
Enam daerah bernilai asesmen 1 berarti memenuhi sepuluh indikator itu secara memadai. Kasus konfirmasi, jumlah pasien dirawat, kematian, dan transmisi komunitas rendah. Tingkat 3T memadai atau memenuhi permintaan pemerintah pusat, sedangkan respons penanganan cepat. Cakupan vaksinasi juga luas atau di atas 50 persen.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengingatkan, situasi pandemi yang melandai jangan membuat bupati/wali kota terlena. Prinsip penanganan pandemi yang dalam hal ini terwujud dalam sepuluh indikator asesmen itu perlu terus diupayakan agar meningkat sehingga membaik.
”Secara umum, patut disyukuri meski dalam kewaspadaan bahwa situasi pandemi masih landai,” kata Khofifah.
Untuk itu pemerintah terus mendorong perluasan dan percepatan vaksinasi. Sasaran vaksinasi di Jatim sebanyak 31,827 juta jiwa. Dosis pertama telah diberikan kepada 20,785 juta jiwa atau cakupan 65,4 persen. Dosis pertama dan dosis kedua atau komplet telah diberikan kepada 12,762 juta jiwa atau cakupan 40,1 persen.
Siswa SMP Negeri 62 Surabaya, Jawa Timur, mengikuti tes usap antigen seusai pembelajaran tatap muka terbatas, Senin (27/9/2021). Tes antigen dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan penularan Covid-19 dari kegiatan persekolahan atau kluster sekolah.
Tembus 60 persen
Khofifah mengharapkan, sampai akhir tahun ini, cakupan dosis komplet dapat menembus 50 persen, bahkan 60 persen. Vaksinasi terbukti menurunkan risiko kematian warga yang terjangkit Covid-19. Ketika serangan memuncak pada Juni-Juli 2021, kematian di Jatim setiap hari bisa menembus 200 orang. Namun, saat ini kematian harian 3-4 orang.
”Diharapkan ke depan kematian akibat Covid-19 bisa ditekan sampai nihil, bahkan kasus konfirmasinya,” katanya.
Secara terpisah, epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengingatkan satuan tugas penanganan Covid-19 kabupaten dan kota untuk tetap berikhtiar. Di musim hujan berarti ada risiko kejadian bencana hidrometeorologi yang dampaknya juga memerlukan penanganan.
”Antisipasi harus tetap tinggi agar jangan sampai terjadi lagi ledakan kasus Covid-19,” kata Windhu. Upaya mempertahankan kinerja penanganan dan pengendalian pandemi disempurnakan dengan kinerja vaksinasi.
Diharapkan ke depan kematian akibat Covid-19 bisa ditekan sampai nihil, bahkan kasus konfirmasinya. (Khofifah Indar Parawansa)
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, instansinya menggandeng motivator Aqua Dwipayana untuk memberikan semangat baru kepada tenaga kesehatan dan nonkesehatan yang sudah hampir dua tahun terlibat dalam penanganan pandemi Covid-19.
Mereka selama 24 bulan rela berkorban dan bekerja keras melayani masyarakat. Karena setiap hari berkecimpung dengan Covid-19, tentu muncul perasaan bosan dan jenuh. Kegiatan pertama khusus diberikan kepada seluruh karyawan RS dr Soewandhie, yakni 1.200 orang, yang digelar dalam tiga sesi.
Upaya lain untuk memutus penularan Covid-19, setiap satu bulan, seluruh siswa kelas VI sampai kelas IX, meski belum semua bisa ikut pembelajaran tatap muka terbatas, dilakukan tes usap antigen. Pemberian vaksinasi bagi warga Surabaya juga terus dipermudah dengan menggelar vaksinasi di beberapa pusat perbelanjaan dan puskesmas meski capaian vaksinasi di Kota Surabaya sudah 115 persen dosis pertama dan 90 persen dosis kedua.